A film is - or should be - more like music than like fiction. It should be a progression of moods and feelings. The theme, what’s behind the emotion, the meaning, all that comes later.
~ Stanley Kubrick
IN A BETTER WORLD (2010) — What makes the friendship between Christian and Elias so special is how deeply and honestly Susanne Bier displays the emotional side of both children. Only by peering the eyes of the two actors, I can feel the all emotional reasons why they become such small terrorists. YOUNG TÖRLESS (1966) — Violence is not just a physical matter, but also psychological and emotional. In Young Törless, ethical ​​and subjective values ​​were so contradictory. Then the boundaries between good and evil even more vague. PHARAOH (1966) — Faraon is an evocative anatopism, also an astonishing colossal. A truly rare gem of its kind. Not only works as a visual declaration, Kawalerowicz also made it so carefully, so mesmerizing, yet so challenging. THE BOYS OF PAUL STREET (1969) — An ironic allegory not only for the face of war, but also the heart of it: militarism and nationalism. The irony in the end makes the two terminologies be absurd. SPIRITED AWAY (2001) — “What's in a name?” asked Shakespeare. “A name is an identity,” said this movie. MISS JULIE (1951) - Miss Julie is a very challenging study, whether psychological or situational. In a simple but smart way, Miss Julie presents the phases of a political game of love and seduction. MY NIGHT AT MAUD'S (1969) - Éric Rohmer not only talk about choices and risks of choices, there is also a glimpse the importance of choices and the pain of choices. My Night at Maud's, for me, is the most amazing movie about refracting those two opposing aspects of life. TEN (2002) — The use of "dashboard camera" method by Abbas Kiarostami is successfully providing such microscopic spectacle about the characters, not only on outside but also capable of making this movie as a unique character and gender study. THE PARTY AND THE GUESTS / A REPORT ON THE PARTY AND THE GUESTS (1966) — The allegory is not only the great thing about this Czechoslovak New Wave Cinema movie, but also its weirdness, its unnatural behavior, its peculiar plot, but the most of it is about how the movie smartly move without caution. ELEPHANT (2003) — Elephant is a piece of work that should be commended for its bravery. Such compliments are mainly intended to for Gus Van Sant's guts on using such non-linear and unusual narrative spectacle. Also packed with such unnatural risky styles which was really cost lot of guts.

Minggu, 31 Oktober 2010

La Boulangère de Monceau

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Éric Rohmer
Pemain: Barbet Schroeder, Bertrand Tavernier, Claudine Soubrier, Michèle Girardon, Fred Junk, Michel Mardore

Tahun Rilis: 1963
Judul Internasional: The Bakery Girl of Monceau atau The Girl at Monceau Bakery

Film ini merupakan film pertama dari Contes moraux (Six Moral Tales) karya
Éric Rohmer.

Contes moraux kalau diartikan secara harfiah kurang lebih menjadi “Cerita-cerita moral.” Dan La Boulangère de Monceau, yang berdurasi sekitar 23 menit, adalah film pertama dari Six Moral Tales tersebut. Untuk gampangya, keenam film ini bisa saja disebut sebuah heksalogi.

An Officer and a Gentleman

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Taylor Hackford
Pemain: Richard Gere, Debra Winger, Louis Gossett, Jr., David Keith, Lisa Blount, Lisa Eilbacher, Tony Plana, Harold Sylvester, David Caruso

Tahun Rilis: 1982

An Officer and a Gentleman
, sama seperti judulnya, menceritakan sebuah kisah cinta seorang pria yang berjuang menjadi seorang officer dan seorang gentleman. Sulit memang menemukan film-film tentang cinta (dengan level yang lebih serius, bukan romantic comedy) yang cukup menarik akhir-akhir ini, dan ya, tidak ada salahnya mencoba film percinta-cintaan yang dibuat 28 tahun yang lalu ini. Film Hollywood yang satu ini menawaarkan sebuah konsep cinta yang benar-benar berbeda pada film-film percintaan klise Hollywood umumnya.

Sabtu, 30 Oktober 2010

The Joneses

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Derrick Borte
Pemain:
Demi Moore, Amber Heard, David Duchovny, Ben Hollingsworth, Gary Cole, Chris Williams, Glenne Headly, Lauren Hutton

Tahun Rilis: 2009

Konsumerisme selalu punya dua sisi, bisa saja berdampak positif, tapi bisa juga berdampak negatif. Apa saja bisa terjadi di tengah-tengah masyarakat konsumerisme ini, termasuk juga hal yang terjadi di The Joneses. Sekalipun, apabila dipikir lebih mendalam, apa yang ditunjukkan dalam The Joneses ini agaknya sulit diterapkan di kehidupan nyata, tetap saja premis yang dijanjikan terbilang cukup menggoda.

Jumat, 29 Oktober 2010

Deadly Pledge

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Bert Kish
Pemain:
Leighton Meester, Kailin See, Lisa Marie Caruk, Agam Darshi, Meghan Ory, Adrian Petriw, Jessica Huras, Lara Gilchrist, Carlo Marks, Elyse Levesque, David Patrick Flemming

Tahun Rilis:
2007
Judul Alternatif: The Haunting of Sorority Row

Saya tidak akan berpanjang-panjang!

Samantha Willows (Leighton Meester), seorang mahasiswi baru, sedang menjalani masa perploncoan di asramanya. Masalahnya, ternyata asrama tersebut dihantui oleh seorang arwah seorang mahasiswi junior yang hendak menuntut dendam. Agak mengingatkan pada Sorrority Row, bukan? Faktanya, film ini memang kelihatan sekali berusaha menyuguhkan tontonan thriller/horror sekolahan era 1999-2000. Sebut saja I Know What You Did Last Summer dan sejenisnya.

Selasa, 26 Oktober 2010

Possession

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Joel Bergvall & Simon Sandquist
Pemain:
Sarah Michelle Gellar, Lee Pace, Tuva Novotny, Michael Landes, Chelah Horsdal

Tahun Rilis: 2009

Film ini merupakan dibuat berdasarkan sebuah film Korea Selatan, Addicted (2002) karya Park Young-hoon.

Jess (Sarah Michelle Gellar) punya kehidupan yang nyaris sempurna: pekerjaan mapan & suami yang selalu romantis setiap saat. Bayangkan saja, secara berkala suaminya, Ryan (Michael Landes), mengirimi surat cinta, menyusupkan bunga, bahkan bercinta, tentunya. Dengan mengesampingkan ketidaksiapan Jess untuk mempunyai anak, satu-satunya benalu dalam kesempurnaan hidupnya adalah kehadiran Roman (Lee Pace), saudara Ryan yang terkait kasus kriminal yang numpang tinggal di rumah Jess. Roman berbadan lebih besar daripada Ryan, lebih sangar, punya tatto besar di lengan, dan tidak pernah tanggung menampar pacarnya sendiri, Casey (Tuva Novotny). Kehadiran Roman selalu membuat Jess merasa nyaman (ketika Roman muncul ketika Jess dan Ryan sedang bercakar-cakaran di dapur, misalnya).

Nanny McPhee

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Kirk Jones
Pemain:
Emma Thompson, Colin Firth, Kelly MacDonald, Angela Lansbury, Celia Imrie, Imelda Staunton, Derek Jacobi, Patrick Barlow, Thomas Sangster, Eliza Bennett, Jennifer Rae Daykin, Raphaël Coleman, Samuel Honywood, Holly Gibbs, Hebe and Zinnia Barnes

Tahun Rilis:
2005

Film ini diadaptasi dari buku Nurse Matilda karya Christianna Brand.

Nanny McPhee adalah tipikal film-film fantasi keluarga yang bisa diibaratkan dengan coklat, permen, atau manisan-manisan apapun yang bisa merusak gigi. Layaknya coklat dan permen yang tentu sangat memanjakkan lidah anak-anak, tapi bisa membuat gigi sakit tak terkira, Nanny McPhee juga bisa saja berdampak demikian. Nanny McPhee mempertontonkan segermobolan anak-anak berandal yang pada adegan-demi-adegan mendapatkan pelajaran atas keberandalan mereka. Saya tidak akan bilang dengan menonton ini anak-anak lantaran bakal takut melakukan kenakalan, tapi yang pasti (sisi coklat dan permen dari Nanny McPhee), penonton anak-anak tentu bakal suka melihat anak-anak lain dipaksa menuruti aturan orang dewasa. Dan bagi para penonton dewasa, Nanny McPhee tetap tidak kehilangan kenikmatan coklat dan permennya. Tone dongeng di film ini juga agak mengingatkan saya pada Mary Poppins, film yang juga saya nikmati layaknya sebatang coklat.

Jestem

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Dorota Kedzierzawska
Pemain: Piotr Jagielski, Agnieszka Nagórzycka, Edyta Jungowska, Barbara Szkaluba, Pawel Wilczak, Marcin Sztabinski, Lucjan Bienkowski, Agnieszka Podsiadlik, Elzbieta Okupska, Janusz Chabior, Przemyslaw Bluszcz, Tomasz Beker, Kevin Rolof, Piotr Andrykowski, Mateusz Andrykowski

Tahun Rilis:
2005
Judul Internasional: I Am

Film Polandia ini dibintangi oleh Piotr Jagielski dengan tingkat intensitas dan tingkat kepolosan yang tinggi untuk ukuran peran anak-anak. Bahkan peran ini merupakan salah satu peran anak-anak yang paling rumit di era 2000-an ini. Melihat penampilan superb Piotr Jagielski, saya tidak yakin ada aktor anak-anak lain yang bisa membawakan peran ini sebaiknya. Namun, sekalipun Jestem menghadirkan tokoh utama anak-anak, dan jelas merupakan sebuah coming of age, tetap saja Jestem bukanlah tontonan yang tepat untuk anak-anak. Alasannya singkat saja, karena film ini membahas material rumit soal kekejaman dan ketidakadilan dunia.

Minggu, 24 Oktober 2010

Oorlogswinter

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Martin Koolhoven
Pemain:
Martijn Lakemeier, Yorick van Wageningen, Jamie Campbell Bower, Raymond Thiry, Melody Klaver, Anneke Blok, Mees Peijnenburg, Tygo Gernandt, Dan van Husen, Ad van Kempen, Jesse van Driel

Tahun Rilis:
2008
Judul Internasional: Winter in Wartime

Diadaptasi dari novel Winter in Wartime karya Jan Terlouw.

Perang sudah jadi salah satu subyek yang sangat umum dalam dunia perfilman, mulai dari PDI, PDII, Perang Vietnam, perang-perang saudara, sampai perang-perang dalam mitologi Yunani atau Romawi. Topik ini sudah meluas ke berbagai macam genre, tidak hanya genre perang semata, tapi juga drama, aksi, thriller, komedi, black comedy bahkan musikal.

Sabtu, 23 Oktober 2010

The Ghost Writer

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Roman Polanski
Pemain:
Ewan McGregor, Pierce Brosnan, Olivia Williams, Kim Cattrall, Tom Wilkinson, Timothy Hutton, James Belushi, Eli Wallach

Tahun Rilis: 2010

Diangkat dari novel The Ghost Writer karya Robert Harris.

Ada sebuah fakta yang menarik dari The Ghost Writer yang disutradarai Roman Polanski (Cul-de-Sac, Rosemary's Baby, Chinatown, Tess, dll), film ini menampilkan seorang penulis bayangan (Ewan McGregor) yang sama sekali tidak diperkenalkan asal-usulnya, bahkan namanya, yang di sepanjang film berusaha menguak misteri dari sekian banyak fakta tentang seseorang yang menyewanya untuk menulis autobiografi.

The Man Who Fell to Earth

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Nicolas Roeg
Pemain:
David Bowie, Buck Henry, Rip Torn, Candy Clark, Tony Mascia, Rick Riccardo, Bernie Casey

Tahun Rilis:
1976

Diadaptasi dari novel The Man Who Fell to Earth karya Walter Tevis.

Dibutuhkan lebih dari sekedar logika untuk menonton The Man Who Fell to Earth, sebuah film yang dilabeli genre fiksi ilmiah ini. Diperlukan imajinasi, logika, dan kemampuan untuk membaca tiap adegan dengan keduanya secara bersamaan. Film ini disutradarai oleh Nicholas Roeg (karyanya yang paling dikenal adalah Walkabout), yang memang sudah dikenal dengan gaya imajinernya dalam merepresentasikan suasana, emosi, dan intensitas adegan (biasanya pada adegan-adegan vital/penting). The Man Who Fell to Earth lebih mirip sebuah fiksi ilmiah visioner ketimbang fiksi ilmiah yang ilmiah.

Jumat, 22 Oktober 2010

The A-Team

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Joe Carnahan
Pemain: Liam Neeson, Bradley Cooper, Quinton Jackson, Sharlto Copley, Jessica Biel, Patrick Wilson, Brian Bloom

Tahun Rilis: 2010

Film ini dibuat berdasarkan serial TV The A-Team (1983-1987).

The A-Team sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan action-summer movie lainnya. Film ini bertopang pada kehebohan-kehebohan spesial efek yang semerbak di sepanjang film. Permasalahan klise film semacam ini adalah kedangkalan, entah itu kedangkalan cerita atau kedangkalan penokohan. Tidak semua film-film semacam ini dangkal, Inception membuktikan tidak semua summer movie mempunyai plot yang dangkal dan tampil sekedar sebagai pameran CGI (dengan kata lain CGI dimanfaatkan sebagai penunjuang visualisasi, bukan menu utama), dan The Hurt Locker merupakan contoh di mana aksi-aksi yang dibuat riil ternyata tidak kalah membangun adrenalin ketimbang aksi hasil CGI.

3 Idiots

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Rajkumar Hirani
Pemain: Aamir Khan, R. Madhavan, Sharman Joshi, Kareena Kapoor, Boman Irani, Omi Vaidya, Parikshit Sahni, Javed Jaffrey

Tahun Rilis:
2009
Judul Hindi: थ्री इडीयट्स

Diadaptasi dari novel Five Point Someone karya Chetan Bhagat.

Ketika semua mahasiswa lainnya kuliah hanya untuk mencari ijazah (dan kerja), Rancho (Aamir Khan), malah kuliah demi ilmu. Rancho jenius dan datang dari keluarga kaya. Rancho menjalani kuliahnya dengan kesenangan. Rancho tidak terlalu peduli dengan ranking, nilai ujian, atau ijazah, tujuan utamanya adalah mencari ilmu.

Kamis, 21 Oktober 2010

Сон смешного человека (Son smeshnovo cheloveka)

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)

http://3.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TMAmvdGb2pI/AAAAAAAABZg/GT__eU6KdGY/s1600/Kinema.jpg

Sutradara:
Aleksandr Petrov

Tahun Rilis:
1992
Judul Internasional: The Dream of a Ridiculous Man

Diadaptasi dari cerpen The Dream of a Ridiculous Man (1887) karya Fyodor Dostoevsky.

Dengan tidak menyepelekan/mengesampingkan animasi-animasi mainstream yang sudah merajalela, menurut saya Aleksandr Petrov adalah salah satu animator langka, berkelas, dan terbaik dewasa ini–sekaligus salah satu animator paling underrated dewasa ini. Bukan berarti karya-karya Aleksandr Petrov tidak pernah mendapat pengakuan dunia, sebut saja The Cow, Mermaid, The Old Man and the Sea, dan My Love, yang berhasil masuk jajaran nominator Academy Awards for Best Animated Short Film. Bahkan The Old Man and the Sea berhasil meraup penghargaan tersebut. Hanya saja, cukup wajar buat saya kalau namanya tidak seterkenal Hayao Miyazaki atau sutradara-sutradara Pixar, misalnya, karena sejauh ini beliau hanya memproduksi animasi-animasi pendek (karyanya dengan durasi paling lama adalah My Love, kurang lebih 26 menit). Rasanya cukup dimengerti juga kenapa sejauh ini Aleksandr Petrov hanya berkutat pada film-film animasi berdurasi singkat. Bayangkan saja, Aleksandr Petrov menghabiskan waktu dua setengah tahun untuk memproduksi The Old Man and the Sea yang hanya berdurasi kurang lebih 20 menit. Dan konon untuk melukis lebih dari 29000 frame film tersebut, Aleksandr Petrov menghabiskan waktu dari Maret 1997 sampai April 1999.

Rabu, 20 Oktober 2010

9

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Shane Acker

Tahun Rilis: 2009

Diadaptasi dari film pendek 9 karya Shane Acker.

Film ini dibuka dengan visualisasi menjanjikan, apalagi untuk sebuah film animasi CGI. Mengambil setting Bumi di masa post-appocalypse (pasca kehancuran), 9 dibuka dengan sebuah prolog dari seorang profesor/ilmuwan. Di ambang kehancuran umat manusia, sang ilmuwan ini menggunakan semacam perangkat alkemis untuk memindahkan jiwanya ke dalam sembilan boneka, yang disebut “Stitchpunks,” secara terpisah, berharap suatu saat boneka-boneka homunkulus ini bisa mengembalikan kehidupan di Bumi.

Dead Again

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Kenneth Branagh
Pemain:
Kenneth Branagh, Andy García, Emma Thompson, Lois Hall, Richard Easton, Jo Anderson, Derek Jacobi, Robin Williams

Tahun Rilis:
1991

Dead Again sangat mengingatkan saya pada thriller-thriller neo-noir semacam Vertigo, Wuthering High, atau Rebecca. Kenneth Branagh (Henry V) mengemas film ini dengan romance, suspense, dan (pastinya) twist. Tapi dua hal yabg membuat Dead Again menarik adalah temanya yang unik dan formulanya yang menarik. Sekalipun membawa tema seputar metafisika, reinkarnasi, mimpi, dan alam bawah sadar, Dead Again nyatanya tidak melupakan logika dalam pengemasannya. Ditambah lagi, film ini menyuguhkan dua kisah paralel yang pada akhirnya bisa disatukan dengan baik.

Sweetheart

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Hanny R. Saputra
Pemain: Marcel Chandrawinata, Aurellie Moeremans, Sabai Morscheck, Joanna Alexandra, Sheila Thohir, Ayu Azhari, Ivan Ray

Tahun Rilis: 2010

Nayato sudah pernah memamerkan tontonan tentang kekerasan di sekolah dalam Ekskul, ditambah bumbu-bumbu kontrovers internal maupun eksternalnya. Ekskul, lengkap dengan “style-style Nayatoisme,” mempertontonkan cerita tentang seorang remaja yang menawan beberapa teman sekolahannya yang sudah mem-bully-bully-nya. Ekskul sendiri lebih terfokus pada penawanan dengan beberapa flashback masa lalu suram si remaja penawan, salah satunya mempertontonkan adegan remaja itu digantung di pagar sekolahan sambil ditertawakan. Di mana logikanya? Saya cuma membuat perbandingan. Kenapa saya membandingkan Sweetheart dengan Ekskul? Karena pada akhirnya Sweetheart dan Ekskul sama saja buruknya. Dan itu jujur.

Leap Year

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Anand Tucker
Pemain:
Amy Adams, Matthew Goode, Kaitlin Olson, Adam Scott, John Lithgow

Tahun Rilis: 2010

Si cewek benci sama si cowok. Si cowok juga benci sama si cewek. Si cewek dan si cowok barentem mulu nyaris sepanjangan awal film. Tebak bagaimana akhirnya nasib si cewek dan si cowok? Ooow, saya nggak spoiler loh!

The Last Airbender

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: M. Night Shyamalan
Pemain:
Noah Ringer, Dev Patel, Nicola Peltz, Jackson Rathbone, Shaun Toub, Aasif Mandvi, Seychelle Gabriel, Cliff Curtis, Summer Bishil

Tahun Rilis: 2010

Diangkat dari serial animasi televisi Avatar: The Last Airbender.

Siapa kira M. Night Shyamalan, yang pernah melahirkan The Sixth Sense dengan salah satu line fenomenal “I see dead people,” bisa menelurkan sebuah film buruk hampir dari segala aspek vital. Saya akan membuat resensi ini sesingkat mungkin, saya sama sekali tidak berniat membuat tulisan rumit dan panjang seperti yang saya buat untuk Ten atau A Passage to India. Lagipula memang tidak banyak yang bisa dibicarakan panjang-lebar dari film ini. Mengena sinopsis, saya tidak akan menulis ulang sinopsisnya, serial tivi Avatar: The Last Airbender sudah cukup terkenal bahkan di Indonesia. Saya asumsikan saja semua orang yang membaca tulisan ini, terlepas sudah atau belum menonton film ini, sudah tahu garis besar ceritanya.

http://1.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TMG_ohl3CkI/AAAAAAAABZw/zH4dcKlfFq0/s1600/Kinema.jpg

The Last Airbender malah sudah menimbulkan kontroversi ketika M. Night Shyamalan memutuskan menggunakan aktor kaukasoid untuk memerankan Aang, yang sangat kental unsur Buddha, Taoisme, dan keorientalannya. Bukan. Noah Ringer, pemeran Aang malah bukan aktor profesional sebenarnya. Dan penampilan Noah Ringer di sini sangat buruk, malah jadi salah satu keburukan vital film ini. Lantas apa alasan M. Night Shyamalan memilih Noah Ringer? Dan Noah Ringer jelas bukan Dakota Fanning yang popularitasnya bisa mendongkrak film ini. Hanya beliau yang tahu. Tapi coba bandingkan dengan Gabe Nevins, yang juga bukan aktor profesional, yang dipilih Gus Van Sant untuk tampil sebagai pemeran utama di Paranoid Parks. Atau kenapa Rob Marshal memilih Zhang Ziyi, Gong Li, dan Michelle Yeoh untuk memerankan tokoh-tokoh Jepang di Memoirs of a Geisha. Kalau dibandingkan, susah menemukan alasan yang tepat kenapa M. Night Shyamalan memilih Noah Ringer. Jangankan Noah Ringer, tidak ada satupun penampilan pemain di film ini yang menyenangkan. Bahkan, untuk sebuah film yang harusnya menjadi hiburan, penampilan-penampilan di The Last Airbender malah nyaris tidak bernyawa. Dramatisasi yang diterapkan kebanyakan tidak tepat.

Untuk ukuran sebuah film fantasi, di era di mana teknologi visualisasi sudah sampai level 3D ini, The Last Airbender malah lebih buruk ketimbang efek-efek yang ada dalam animasi 1990-an. Bukan buruk dari segi kecanggihannya, tapi dari segi efektivitasnya. Wajar saja, mengingat The Last Airbender adalah sebuah film yang dipaksakan untuk menjadi 3D. Mulanya film ini diproduksi hanya sebatas film fantasi 2D, tapi, karena alasan komersial pastinya, rumah produksi memaksa untuk membuat versi 3D dari film ini. Jadilah sebuah film yang sangat-sangat buruk dari segi visualisasi. Dan untuk ukuran plot cerita, film ini tidak lebih baik dari akting dan efek spesialnya. Pacing yang buruk. Bahkan peloncatan alur yang sangat-sangat kasar. The Last Airbender seakan-akan cuma merangkum beberapa seri dari seril tivi nya. Hasilnya, tidak ada kejelasan kecuali sebuah sequel.

http://3.bp.blogspot.com/-HrnJzFBqkWE/TWvSnLDFJEI/AAAAAAAACNs/dplSEkLtvWY/s1600/E.bmp

Senin, 18 Oktober 2010

Ever After

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Andy Tennant
Pemain:
Drew Barrymore, Anjelica Huston, Dougray Scott, Megan Dodds, Melanie Lynskey

Tahun Rilis: 1998

Dibuka dengan adegan seorang wanita tua sedang berbincang-bincang dengan The Brothers Grimm, menawarkan cerita sebenarnya dari “the little cinder girl” (karya Grimm Brothers) yang menurutnya merupakan kisah nyata. Lukisan asli “the little cinder girl,” yang pada kenyataannya adalah lukisan-daur-ulang dari La Scapigliata karya Leonardo Da Vinci. Pembukaan tersebut mengidentifikasikan dua hal: (1) Ever After adalah sebuah historical fiction, dan (2) Ever After merupakan versi rombakkan dari Cinderella.

Sabtu, 16 Oktober 2010

Ten (ده)

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Abbas Kiarostami
Pemain: Mania Akbari, Amin Maher, Kamran Adl, Roya Arabshahi, Amene Moradi, Mandana Sharbaf, Mandana Sharbaf

Tahun Rilis: 2002

Abbas Kiarostami memang salah satu sutradara langka yang sering bereksperimen dengan film-filmnya, bukan hanya dari segi kontekstual, tapi juga secara teknis dan filosofistidak hanya pada bentuk, tapi juga menyangkut isi. Ten adalah salah satu inovasi dari Abbas Kiarostami. Ten tidak seperti film-film pada umumnya yang sering mejeng di bioskop-bioskop, film ini dengan berani melepaskan diri dari bentuk-bentuk konvensional sebuah film pada umumnya. Itulah yang membuat Abbas Kiarostami berbeda dengan sutradara konvensional pada umumnya.

Nān o Kūcheh (نان و کوچه)

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)

http://3.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TLlxkL4DgkI/AAAAAAAABYA/eLKhVKht4Jc/s1600/Kinema.jpg

Sutradara:
Abbas Kiarostami

Tahun Rilis: 1970
Judul Internasional: The Bread and Alley

“I believe the films of Iranian filmmaker Abbas Kiarostami are extraordinary. Words cannot relate my feelings. I suggest you see his films; and then you will see what I mean,” itu lah pernyataan Akira Kurosawa tentang Abbas Kiarostami.

Jumat, 15 Oktober 2010

Daybreakers

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Michael Spierig & Peter Spierig
Pemain: Ethan Hawke, Willem Dafoe, Claudia Karvan, Sam Neill, Michael Dorman, Isabel Lucas, Vince Colosimo, Robyn Moore

Tahun Rilis: 2010

Setelah sebelumnya kisah seputar vampir dibawa ke level “mimpi basah ABG” dalam Twilight Saga, kali cerita vampir dibawa ke level gore-futuristik oleh dua sutradara Australia. Seharusnya Daybreakers bisa jadi alternatif menyegarkan setelah sebelumnya cerita vampir dijejali kekonyolan, ketidakpentingan, dan ketidakjelasan ala film-film ABG. Pertanyaannya: “Kenapa nama hero di film gore ini harus Edward pula?”

Kamis, 14 Oktober 2010

Promenons-nous dans les bois

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Lionel Delplanque
Pemain: Clotilde Courau, Clément Sibony, Vincent Lecœur, Alexia Stresi, Maud Buquet, François Berléand, Denis Lavant, Michel Muller, Thibault Truffert, Marie Trintignant, Suzanne MacAleese

Tahun Rilis:
2000
Judul Internasional: Deep in the Woods

Jujur saja, saya bingung apa yang harus saya tulis tentang Promenons-nous dans les bois (terjemahan bebasnya: “jalan-jalan di hutan”). Horror dari Perancis ini sebenarnya punya potensi untuk menjadi sebuah horror dengan tone psikoseksual yang lumayan, andai saja tidak dieksekusi seburuk ini.

Rabu, 13 Oktober 2010

Never Been Kissed

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Raja Gosnell
Pemain: Drew Barrymore, Jeremy Jordan, Michael Vartan, David Arquette, Molly Shannon, Marley Shelton, John C. Reilly, Garry Marshall, Leelee Sobieski, Jessica Alba, James Franco

Tahun Rilis:
1999

Kalau dilihat dari cerita yang disuguhkan, Never Been Kissed tidak ada bedanya dengan komedi-komedi remaja ala 90-an. Film ini dibintangi Drew Barrymore sebagai seorang wartawan yang menyamar sebagai siswa di sebuah SMA (high school) demi mendapatkan berita. Jangan terlalu berharap sebuah gambaran riil ataupun detil dari kehidupan jurnalistik, film ini lebih mirip sebuah komedi sekolahan tahun 90-an. Bukankah sudah kelihatan dari poster dan judulnya, kan?

Senin, 11 Oktober 2010

Fired Up!

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Will Gluck
Pemain:
Eric Christian Olsen, Nicholas D'Agosto, Sarah Roemer, David Walton, AnnaLynne McCord

Tahun Rilis:
2009

Mengikuti ketenaran Bring it On, dewa untuk genre film-film cheerleader, hadir sebuah film yang di posternya terpampang besar huruf “FU.” Buat yang tidak memperhatikan detil poster filmnya, kalau-kalau saja ada yang demikian, “FU” ini bukan singkatan dari “F*** U” atau “F*** Up,” melainkan Fired Up.

Minggu, 10 Oktober 2010

Tángshān Dàdìzhèn (唐山大地震)

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Feng Xiaogang
Pemain: Jingchu Zhang, Daoming Chen, Chen Li, Yi Lu, Fan Xu, Guoqiang Zhang, Jin Chen, Zi-feng Zhang, Ziwen Wang, Zhong Lü, Lixin Yang, Li-li Liu, Mei Yong, Tie-Dan

Tahun Rilis:
2010
Judul Internasional: Aftershock

Pernah terjadi dua gempa besar di Cina: Gempa Tangshan tahun 1976 dan Gempa Sichuan tahun 2008. Film ini menghubungkan kedua gempat itu dengan sebuah melodrama.

Gempa Tangshan ini tercatat sebagai gempa paling mematikan yang pernah terjadi. pemerintah Cina tidak benar-benar mengeluarkan jumlah akurat perihal korban meninggal, konon berkisar antara 200.000 sampai 700.000 (di akhir film dikatakan korban meninggal sekitar 240.000 manusia).

Sabtu, 09 Oktober 2010

The Others

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Alejandro Amenábar
Pemain: Nicole Kidman, Fionnula Flanagan, Christopher Eccleston, Elaine Cassidy, Eric Sykes, Alakina Mann, James Bentley

Tahun Rilis:
2001

Saya bingung bagaimana harus memulai resensi The Others ini. The Others adalah sebuah horor psikologis (psychological horror) dari Alejandro Amenábar, sutradara yang membesut Abre los ojos dan Mar adentro (yang keduanya sangat saya suka). Berbeda dengan horror-horror konvensional (konvensional dalam standar modern ini). The Others bukan tipikal horror yang bertopang pada gore dan suara penuh sensasi, tapi lebih kepada situasi, story, dan misteri.

Pyaar Ishq aur Mohabbat

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Rajiv Rai
Pemain: Arjun Rampal, Sunil Shetty, Aftab Shivdasani, Kirti Reddy, Monica Bedi, Isha Koppikar, Raza Murad

Tahun Rilis:
2001

Saya bisa dibilang tidak terlalu akrab dengan perfilman era 1990-2000-an dari Bollywood, tapi bisa juga dibilang akrab. Bisa dibilang tidak akrab, karena: (1) saya memang tidak terlalu sering menonton film Bollywood era itu, dan (2) jarang sekali film Bollywood era itu yang melekat di kepala saya. Saya bisa dibilang akrab karena: (1) saya hapal keklisean-keklisean Bollywood era itu, dan (2) sayangnya semua keklisean Bollywood era itu sudah tidak mempan lagi pada saya. Pada dasarnya saya tidak anti-Bollywood lo, saya suka Salaam Bombay!, Mother India, The Apu Trilogy, dan beberapa film Bollywood lainnya.

Jumat, 08 Oktober 2010

Bridget Jones's Diary

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Sharon Maguire
Pemain: Renée Zellweger, Hugh Grant, Colin Firth, Jim Broadbent, Gemma Jones

Tahun Rilis:
2001

Diangkat dari novel Bridget Jones's Diary karya Helen Fielding.

Bridget Jones adalah seorang gadis (atau wanita) Inggris yang masih lajang di usia 30-an tahun, hidup nyaris tidak teratur, takut jadi perawan tua, alkoholik, megalomaniak, lemot terutama untuk urusan berbicara di depan publik, bertubuh tidak ideal, dan berniat mengubah total kebiasaan hidupnya di ulang tahunnya yang ke-32. Yang paling menarik dari Bridget Jones's Diary adalah menyaksikan seorang Renée Zellweger menyulap dirinya menjadi si-chubby Bridget Jones.

Kamis, 07 Oktober 2010

Henry & June

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Philip Kaufman
Pemain: Fred Ward, Uma Thurman, Richard E. Grant, Maria de Medeiros, Kevin Spacey, Jean-Philippe Ecoffey, Maurice Escargot, Liz Hasse

Tahun Rilis:
1990

Diangkat dari novel Henry & June karya Anaïs Nin.

Buat yang asing dengan nama sutradara Philip Kaufman, beliau adalah salah satu sutradara Hollywood yang berani mengambil resiko dengan meloncat dari satu genre film ke genre film lainnya, mulai dari drama realisme hingga fantasi dan komedi. Biasanya film-film Philip Kaufman diangkat dari novel, sebut saja Invasion of the Body Snatchers (1978) yang diangkat dari novel sci-fi karangan Jack Finney, The Unbearable Lightness of Being (1988) yang diangkat dari novel erotis-filosofis karya Milan Kundera, The Wanderers (1979) yang diangkat dari novel tentang subkultur kelas pekerja anak-anak muda karya Richard Price, dan karya-karya lainnya. Yang akan saya bahas kali ini adalah film besutan Pihilip Kaufman yang diangkat dari sebuah novel erotis karya Anaïs Nin.

Selasa, 05 Oktober 2010

Madame X

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Lucky Kuswandi
Pemain: Amink, Marcell Siahaan, Sarah Sechan, Shanty, Titi DJ, Ria Irawan, Vincent Rompies, Joko Anwar, Fitri Tropica

Tahun Rilis:
2010

Indonesia memproduksi sebuah film superhero-comedy (atau bisa juga disebut action-comedy)? Mulanya saya tidak memiliki sedikitpun ketertarikan dengan proyek ini. Alasannya sudah umum. Tapi mendengar nama Nia di Nata di jajaran produser–yang notabene enggan memproduksi film-film buruk, saya jadi tertarik.

Jangan samakan Madame X yang ini dengan Madame X yang dibintangi Lana Turner (1966). Seperti yang sudah dikatakan di posternya, Madame X mengambil premis film tentang superhero waria. Garis besar ceritanya kurang lebih tentang Adam (Amink), waria yang ditangkap oleh kelompok Bogem–kelompok homophobic brutal yang selalu menodongkan ancaman “Tobat atau mati?” pada tiap tawanan-tawanannya. Teman Adam (Joko Anwar) tewas, dan Adam pun dibuang, hingga akhirnya ditolong oleh pasangan pemilik sanggar Tari Lenggok, Om Rudy dan Tante Yantje–seorang transeksual (diperankan oleh Robby Tumewu dan Ria Irawan). Singkat cerita, Adam bergabung dengan grup Tari Lenggok bimbingan Om Rudy. Dan singkat cerita lagi, ternyata tarian tersebut bukan sekedar tarian biasa, tapi juga semacam seni beladiri. Om Rudy dan Tante Yantje diam-diam ternyata mempunyai sebuah proyek superhero rahasia, dan Adam dipercaya untuk mengambil posisi superhero tersebut.

http://1.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TK4Pt0uVD9I/AAAAAAAABVo/yUP23fg4u90/s1600/Kinema.jpg

Film ini norak. Film ini konyol. Memang. Tergantung bagaimana cara memandang kenorakan dan kekonyolan film ini. Apakah baik? Atau malah buruk? Sudah banyak judul-judul komedi Indonesia era new wave ini yang mentikberatkan komedinya pada kekonyolan: ada tampil sekonyol-konyolnya sampai akhirnya terlihat sangat-sangat dipaksakan; ada pula yang berusaha tampil konyol-berbobot dengan menyisipkan pesan-pesan tapi hasilnya malah merusak keseluruhan atmosfir film tersebut; dan sudah jadi rahasia umum kalau ada juga tipe komedi konyol bikinan Indonesia yang menyuguhkan kekonyolannya melalui adegan sensual, bahkan seksual, yang hasilnya malah sangat menganggu. Nyatanya saya tidak terlalu terganggu dengan kenorakan dan kekonyolan yang ada di Madame X.

Alasannya karena Madame X cukup sadar akan esensinya sebagai superhero-comedy dan cukup sadar juga dengan muatan serta atmosfirnya. Film ini mampu mempertahankan humor-humor dan adegan-adegan kocak tanpa perlu harus terlihat dipaksakan untuk lucu (tapi malah menganggu adegan itu sendiri). Selain itu, film ini juga sadar akan muatannya, di bagian-bagian emosional tertentu, film ini tidak serta merta mengubah atmosfirnya menjadi sentimentil, tapi tetap mempertahankan nuansa superhero-comedy-nya dengan cara tertentu.

http://4.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TK4PMjSBuxI/AAAAAAAABVg/u6XwxhG6KNg/s1600/Kinema.jpg

Madame X juga menampilkan beragam sindiran: seputar kultur pop (Lady Gaga stuff, fashion, selebritis kawin-cerai, susuk selebritis yang bisa juga dipandang sebagai sindiran seputar obsesi kecantikan, sampai “Infotaiment derajatnya lebih rendah daripada pelacur”; seputar sosial politik (perkumpulan kaum-kaum anarkis yang berbuat seenaknya yang merupakan sindiran pada grup “you-know-who,” sindiran penipuan agen TKI/TKW, poligami, dan villain film ini sendiri merupakan sindiran bahwa para calon perwakilan rakyat bisa begitu munafiknya ketika mencalonkan diri); hingga sindiran seputar seks dan LGBT (oral seks, homophobic, cross-dresser, transgender, sampai bondage dan sadomasochism). Berita baiknya, Madame X cukup berhasil menyuguhkan sindiran-sindirannya tanpa harus menganggu menu utama film, atau tanpa perlu terkesan preachy. Malah di seringnya saya merasa bahwa sindiran-sindiran tersebut mengalir dan menjadi bagian dari komedinya sendiri.

Kalau sudah berurusan dengan film-film superhero, maka efek-efek spesial sudah jadi kewajiban. Efek-efek spesial yang dihadirkan di Madame X adalah sesuatu yang rentan, maksudnya, efek spesial di film ini bisa dipandang sebagai kelemahan utamanya, tapi bisa juga dipandang sebagai keunikannya. Tergantung persepsi yang memandang. Kalau saya lebih suka memandang efek spesial yang norak ini sebagai konsistensi terhadap atmosfirnya sendiri. Kenapa harus memaksa tampil keren kalau tidak sesuai dengan kondisinya, kan?

http://1.bp.blogspot.com/-NueRwvCWyRI/TWuaIz7MSOI/AAAAAAAACL8/0zKrw3WpcFI/s1600/C-.bmp

Alangkah Lucunya (Negeri Ini)

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Deddy Mizwar
Pemain: Reza Rahadian, Deddy Mizwar, Slamet Rahardjo, Jaja Mihardja, Tio Pakusadewo, Asrul Dahlan, Ratu Tika Bravani, Rina Hasyim, Sakurta Ginting, Sonia

Tahun Rilis:
2010
Judul Internasional: How Funny (This Country Is)

Saya sudah nonton beberapa film yang dijadikan perwakilan untuk Best Foregin Language Oscar 2011 dari beberapa negara, antara lain: Eu când vreau să fluier, fluier dari Romania, Mamma Gógó dari Islandia, Peepli Live dari India, The Human Resources Manager dari Israel, Son of Babylon dari Irak, Bibliothèque Pascal dari Hungaria, Die Fremde dari German, Morrer Como Um Homem dari Portugis, dan terakhir Hermano dari Venezuela. Sejauh ini tidak satupun dari film-film itu yang mengecewakan, semuanya sangat bagus malah. Dan kalau harus memilih, mungkin (dari semua yang baru saya tonton di atas), saya bakal memilih Hermano, Mamma Gógó, dan Morrer Como Um Homem. Tapi saya bukan juri Oscar, dan sama sekali tidak tahu selera Oscar, terlebih Oscar seringkali melakukan hal tak terduga (seperti memenangkan El Secreto de Sus Ojos ketimbang Das weiße Band atau Un prophète, yang keduanya bisa dibilang kuda hitam Best Foreign Language Oscar tahun ini).

Senin, 04 Oktober 2010

Election

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Alexander Payne
Pemain: Matthew Broderick, Reese Witherspoon, Chris Klein, Jessica Campbell, Phil Reeves, Molly Hagan, Colleen Camp, Nicholas D'Agosto, Mark Harelik, Delaney Driscoll, Frankie Ingrassia

Tahun Rilis:
1999

Diadaptasi dari novel Election karya Tom Perrotta.

Dari sekian banyak judul film remaja berlatar sekolahan, yang umumnya berbicara soal love, sex, love, sex, love, sex, Election salah satu judul langka yang tidak menitikberatkan pada love dan sex. Bukannya saya tidak suka film remaja tentang love dan sex, dan bukan berarti tidak ada love dan sex dalam Election, tapi bukan itu yang dijadikan menu utama dalam Election.

Election menyuguhkan sebuah kisah satir tentang orang-orang yang terlibat dalam sebuah sistem, dalam kasus ini sistem pemilihan student body president (ketua OSIS) di sekolah. Saya suka penggambaran tokoh utama film ini, Tracy Flick (Reese Witherspoon), gadis paling pintar dan paling ambisius di sekolahan yang selalu mengacungkan tangannya untuk setiap pertanyaan di kelas, sementara sang guru mati-matian berharap ada tangan lain yang mengacung selain Tracy. Kali ini, Tracy mengincar posisi ketua OSIS. Tidak ada yang menghalangi ambisi Tracy sampai Jim McAllister (Matthew Broderick), guru sejarah sekaligus pembina OSIS yang agak terganggu dengan sikap ambisius Tracy–dan punya ketidaksukaan pribadi terhadap Tracy, menghasut Paul Metzler (Chris Klein), mantan atlit soccer terkenal yang kakinya pincang sehingga tidak bisa lagi bermain soccer. Persaingan Tracy semakin rumit ketika Tammy (Jessica Campbell), adik angkat Paul yang cemburu karena mantan kekasih lesbiannya memutuskannya lalu berpacaran dengan kakaknya, tiba-tiba turut menyalonkan diri sebagai kandidat ketua OSIS–untuk balas dendam.

Film ini mengolah materinya dengan cukup cerdas, apalagi untuk sebuah komedi remaja, dan tetap mampu menyuguhkan humor segar serta nuansa satirnya. Ada yang emosi. Ada yang cemburu. Ada yang berbuat kesalahan. Ada yang berdusta. Ada yang memanfaatkan kesalahan orang lain. Ada yang memanfaatkan pengakuan orang lain. Ada yang curang. Dan tentu juga ada yang harus menanggung. Semua itu merupakan bentuk satir dari apa saja yang mungkin terjadi di dalam sebuah sistem, dan bukan cuma mungkin terjadi pada sebuah pemilihan ketua OSIS semata.

http://1.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TKpTyJpYeLI/AAAAAAAABUY/1GUSsvR_Y7Q/s1600/Kinema.jpg

Pesona lain dari Election selain ceritanya sendiri adalah karakteristik tokoh-tokohnya. Selain sebagai film komedi-satir, Election juga bisa dipandang sebagai sebuah film tentang tipe-tipe personalitas. Ada empat karakteristik unik dalam Election, yang jelas sekali jauh berbeda dengan karakteristik klise pada film-film remaja pada umumnya: Tracy si rubah betina ambisus; guru yang terjebak pada situasi seputar gairah, tanggung jawab, dan tekanan yang ditimbulkan oleh pengalaman pribadi temannya dan Tracy; pemuda populer yang seakan-akan seperti versi laki-laki dari “Virgin Mary”; dan terakhir ada gadis lesbian yang terbakar cemburu. Kerennya, tidak seperti seperti film-film tentang remaja pada umumnya di mana penokohan hanya sekedar jadi pajangan, karakteristik di Election dimanfaatkan semaksimal dan seefektif mungkin.

Hal lainnya yang saya suka dari Election adalah penggunaan narasi multi-karakternya yang terbilang unik. Ada empat narasi dari empat tokoh utama, Tracy, Jim, Paul, dan Tammy, bergulir secara bergantian, dan paralel dengan kisahnya sendiri. Narasi Jim yang paling mendominasi film.

Penampilan para pemain di Election juga sangat menyenangkan untuk disimak. Terutama penampilan dari Reese Withespoon. Rasanya bolehlah penampilan Reese Witherspoon di film ini disebut sebagai penampilan terbaiknya setelah penampilannya sebagai June Cash di Walk the Line. Jarang lo menemukan penampilan unik seperti yang ditunjukkan Reese Witherspoon di film ini di komedi-komedi remaja. Saya suka Election bukan hanya karena film ini menyuguhkan sesuatu yang berbeda dari film-film tentang remaja (atau film-film tentang sekolah), tapi karena film ini termasuk dari segelintir film-film tentang sekolahan yang mampu menampilkan sesuatu yang lebih jauh lagi dari itu.

http://1.bp.blogspot.com/-nhStlHuwPw8/TWvFtSuSwNI/AAAAAAAACMk/29KSHDpWz7U/s1600/B%252B.bmp

Taboo

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Max Makowski
Pemain: Nick Stahl, Eddie Kaye Thomas, January Jones, Lori Heuring, Derek Hamilton, Amber Benson

Tahun Rilis:
2002

Taboo adalah sebuah suspense tentang tabu. Taboo dipenuhi oleh tokoh-tokoh pendosa, kejam, keji, dan licik yang tentunya bukan sebuah panutan. Taboo jelas bukan film bermoral, atau tentang moral, malah sebaliknya. Seperti yang tersurat di judulnya, dan sudah saya bilang di awal, Taboo adalah sebuah suspense tentang tabu.

Minggu, 03 Oktober 2010

Can't Hardly Wait

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Deborah Kaplan & Harry Elfont
Pemain: Ethan Embry, Charlie Korsmo, Lauren Ambrose, Peter Facinelli, Seth Green, Jennifer Love Hewitt, Robert Jayne, Michelle Brookhurst

Tahun Rilis:
1998

Can't Hardly Wait mengandung unsur-unsur klise film remaja tahun 1990-an, tapi juga mengandung sesuatu yang lumayan menyegarkan untuk sebuah film remaja. Langsung saja ke resensinya, Can't Hardly Wait mencoba menyuguhkan semacam drama-komedi multikarakter ala SMA dengan setting di semacam pesta kelulusan.

Sabtu, 02 Oktober 2010

Måske ku' vi

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Morten Arnfred
Pemain: Karl Wagner, Marianne Groth Svendsen, Marie-Louise Coninck, Ole Meyer, Ole Ernst, Morten Hovman, Beth Lendorf, Kirsten Søberg, Ib Tardini

Tahun Rilis: 1976

Sebelum saya memulai resensi, ada baiknya saya peringatkan film dari Denmark ini mengandung unsur seksual yang cukup kental (sekalipun poternya kelihatan seolah-olah remaja). Måske ku' vi, atau kalau diterjemahkan bebas kira-kira menjadi Could We Maybe, adalah segelentir film langka yang membahas tentang coming of age atau pubertas (termasuk pula dari sisi seksual) secara cukup unik. Måske ku' vi juga terbilang berani dalam hal menyuguhkan adegan-adegan seksual. Tidak sevulgar Y tu mamá también atau Ma mère, memang, tapi untuk sebuah film dengan tokoh utama yang masih baru menginjak keremajaan, Måske ku' vi termasuk cukup lantang dalam hal adegan seksual.

Yeh Mohabbat Hai

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Umesh Mehra
Pemain: Akanksha Malhotra, Rahul Bhatt, Nasir Khan, Mohini Sharma, Danny Denzongpa, Parikshat Sahni, Shakti Kapoor, Mohnish Bahl, Gulshan Grover, Johnny Lever, Rakesh Bedi, Anjana Mumtaz

Tahun Rilis: 2002

Bollywood itu komplit lo, kayak toserba, hampir semua yang dicari-cari penonton pada umumnya berusaha disuguhkan dalam satu paket oleh Bollywood. Aksi ada. Romansa pun ada. Ditambah musikal, dan tidak lupa tari-tarian plus penari latar yang mendadak muncul entah dari mana ketika lagu dimulai dan tiba-tiba menghilang ketika lagu selesai. Pemeran utamanya pasti cewek cantik (pasti dong) yang rambutnya mirip iklan shampoo. Dan pemeran utama cowok pasti tampan dan ber-sixpack. Hal-hal itu seperti sudah jadi ciri khas Bollywood banget.

Ladies in Lavender

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Charles Dance
Pemain: Judi Dench, Maggie Smith, Daniel Brühl, Natascha McElhone

Tahun Rilis: 2004

Berdasarkan cerita pendek Ladies in Lavender karya William J. Locke.

Saya tidak pernah membenci film-film melodrama. Selama film-film melodrama itu dikemas dengan baik, tidak over atau tidak lebay (kalau dalam bahasa gampangnya). Melodrama debutan sutradara Charles Dance ini mengingatkan saya pada The Whales of August, sebuah film tentang masa-masa tua dua kakak-beradik yang diperankan oleh dua legenda akting yang keduanya masuk 20 besar Greatest Female Star AFI dan sudah mengecap Lifetime Achievement dari Academy Awards: Bette Davis (Jezebel, Of Human Bondage, All About Eve, Whatever Happened to Baby Jane? di usia 79 tahun ketika film itu diproduksi) dan Lillian Gish (yang sudah berjaya sejak era film bisu Hollywood, terutama di film Birth of a Nation, dan di era film bersuara paling dikenal di film Duel in the Sun 15 tahun lebih tua daripada Bette Davis ketika produksi The Whales of August). Bette Davis wanita pertama yang dianugerahi Lifetime Achievement dari Oscar, dan Lillian Gish wanita kedua. Di usia nyaris meninggal, keduanya dipasangkan sebagai kakak beradik di film yang tercatat sebagai film terakhir bagi keduanya. Cute (and great, of course) couple, isn't it?