Pages

Senin, 12 Juli 2010

The Clearing

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Pieter Jan Brugge
Pemainb:
Robert Redford, Helen Mirren, Willem Dafoe, Alessandro Nivola, Matt Craven, Melissa Sagemiller, Wendy Crewson, Larry Pine, Diana Scarwid

Tahun Rilis:
2004

WAYNE Hates (Robert Redford) dan istrinya Eileen (Helen Mirren) adalah contoh pasangan sempurna. Lebih dari berkecukupan. Punya dua anak dewasa. Dan yang terpenting, bahagia. Kedunya tinggal menanti masa tua yang tenang nan damai. Suatu pagi ketika Wayne hendak berangkat kerja, seorang pria (Willem Dafoe) yang sepertinya mengenali Wayne menghentikan mobilnya, masuk, lalu menodongkan pistol ke arah Wayne. Wayne diculik.

“The Clearing” cuma cerita penculikan biasa. Tidak ada skandal. Tidak ada twist. Tidak ada kongkalikong. Tidak ada persekongkolan. Tidak ada muncrat-muncratan darah. Ini cuma cerita tentang penculikan yang biasa kita temukan di koran-koran tanpa embel-embel. Kalau yang dicari ketegangan ala “Rumah Dara,” jelas tidak ada di sini. Saya sendiri lebih menikmati (bahkan sangat menikmati) “The Clearing” sebagai drama tentang gejolak psikologis orang-orang yang berkaitan dengan penculikan, ketimbang thriller.

Cerit film dibagi menjadi dua alur utama dan masing-masing bergulir secara bergantian. Alur yang satu bercerita tentang usaha Eileen mendapatkan kembali suaminya dari tangan sang penculik. Alur yang satunya lagi bercerita tentang Wayne dan Arnold (pria yang menculiknya).

Eileen dibantu oleh seorang agen FBI (Matt Craven). Kedua anaknya, Tim (Alessandro Nivola) dan Jill (Melissa Sagemiller) turut serta membantu sang ibu. Mulanya, kedua anaknya mengira bapak mereka cuma kabur dari pernikahannya, hingga ancaman dari penculik pun muncul. Penyelidikan FBI bukan ternyata turut menguak sebuah rahasia bahwa Wayne menjalin affair dengan seorang wanita. Agen FBI tersebut menjabarkan perselingkuhan itu di depan kedua anak Eileen, dan hal ini membua Eileen marah karena dia sama sekali tidak mau kedua anaknya tahu. Eileen pun menemui wanita selingkuhan suaminya (Wendy Crewson). Adegan antara Eileen dan wanita ketiga ini terjalin sangat baik: baik dari segi skenarionya maupun aktingnya. Helen Mirren menampilkan emosi seorang wanita yang dihujani kecemburuan (sekaligus self-control) dengan sangat riil.

Di alur yang satunya lagi, Wayne dan Arnold ternyata cukup banyak bercakap-cakap. Yang terjadi di alur ini adalah sebuah permainan psikologis antara penculik dan yang diculik. Arnold bilang dia cuma dibayar oleh seseorang untuk menculik Wayne, dan orang itu sedang menunggu di sebuah pondok di dalam hutan. Sebelum menculik Wayne, Arnold jelas sudah mempelajari seluk beluk korbannya. Wayne miliuner. Wayne tahun persis cara menjalankan bisnisnya. Wayne hidup berelimangan harta. Arnold jelas tahu semua itu. Tapi Wayne punya insting. Wayne juga tidak asal-asal bercakap dengan Arnold. Arnold bukan lah penculik profesional. Arnold seorang suami miskin dengan istri yang tidak puas dengan kehidupan mereka. Dua-duanya jelas tidak boleh ceroboh dalam situasi seperti ini. Dialog antara Wayne dan Arnold, sama halnya dengan Eileen dan wanita ketiga, terbangun cukup pintar dan tentunya tetap mempertahaan keralistisannya.

Permainan psikologis juga tetap terjalin di ending. Ending-nya jelas bukan tipikal ending yang surprising. Tapi ending yang disajikan jelas sekali mampu mengkaji gejolak batin yang dirasakan tiap tokoh utamanya. Ada kejujuran di ending-nya yang menjabarkan kenapa orang-orang di film ini mampu melakukan tindakan yang mereka lakukan, dan apa dampak bagi mereka setelah mereka melakukan tindakan yang mereka lakukan.

http://4.bp.blogspot.com/-ol3Ag0qoak8/TWvKBW3RH8I/AAAAAAAACNE/W3FzLYGUHn0/s1600/C.bmp

1 komentar: