Pages

Kamis, 11 November 2010

Resensi Singkat #3

http://4.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TN3beOLky9I/AAAAAAAABhY/I4AOJLzqToA/s1600/vlcsnap2010031121h38m14.png

Девочка-дура (Devochka Dura)

http://1.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TN3Oh9ISRGI/AAAAAAAABhI/nGwocHFJKfc/s1600/Kinema.png

Sutradara:
Zoya Kireeva

Tahun Rilis: 2006
Judul Internasional: The Foolish Girl

The Foolish Girl adalah satu dari sekian banyak alasan kenapa saya sangat menyukai animasi-animasi Rusia. Film ini tampil dengan sangat tajam dan disturbing baik dari sisi kontekstual maupun dari sisi artistiknya.

Saya sangat suka dengan gaya animasi di film ini–apapun itu nama tekniknya. Animasi yang dihadirkan memberikan kesan simplistik sekaligus rumit secara bersamaan, sama halnya dengan tema kehidupan kanka-kanak yang dihadirkan, terlihat simpel di luar, tapi rumit di dalam. The Foolish Girl adalah sebuah gambaran kerumitan dunia kanak-kanak. Diceritakan seorang gadis kecil, penyendiri, pemurung, anti-sosial, tapi haus akan perhatian dari lingkungan. Untuk menghilangkan kesendiriaannya, si gadis berusaha menarik perhatian teman laki-lakinya di TK dengan cara yang aneh, yang malah membuat temannya ketakutan.

Zoya Kireeva hanya menunjukkan wajah tokoh kanak-kanak di film yang berdurasi cuma enam menit ini, sementara tokoh dewasa (yang cuma selentingan) hanya ditunjukkan sebatas pinggang semata. Hal ini memberikan sense yang lebih pada dunia kanak-kanak, di mana mereka bertingkah layaknya kanak-kanak sebenarnya di dunia mereka sendiri. Zoya Kireeva tidak terlalu memberi detail pada background, tapi beliau lebih memfokuskan filmnya ini pada tokoh. Tingkah laku kanak-kanak, terutama tokoh utama, disajikan dengan sangat intens, bahkan untuk durasi yang sangat singkat. The Foolish Girl adalah sebuah gambaran intensif tentang rumitnya dunia kanak-kanak. Dan bukankah kita semua pernah hidup di masa itu?

http://4.bp.blogspot.com/-D-ZOpnv6A0k/TWvEpobA-3I/AAAAAAAACMM/lzr7yxkvvb0/s1600/A-.bmp

Second Wind

http://1.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TN3d5M4tZ9I/AAAAAAAABho/Ti_oG47pf1Q/s1600/Kinema.png

Sutradara:
Ian Worrel

Tahun Rilis: 2008

Seorang kurcaci (yang sangat kerdil), seekor kucing, sebuah cahaya biru, dan bola. Dengan latar dunia fantasi antah-berantah, Second Wind menghadirkan sebuah fantasi tentang solidaritas dan spiritualisme hidup dan mati.

Bercerita tentang seorang kurcaci yang bersahabat dengan seekor kucing (lebih besar si kucing daripada si kurcaci). Dua sahabat ini sangat gemar bermain sepak bola berdua, si kurcaci menendang bola, si kucing membalas dengan meniup bola. Sampai akhirnya si kurcaci bertemu dengan teman baru, sebuah cahaya biru, si kucing pun merasa diabaikan. Kisah tersebut tampil cukup dalam ketika menjamah perihal konsekuensi, dan masalah kematian. Yang paling membuat saya terhibur ketika menonton animasi singkat ini adalah gaya animasinya sendiri yang sangat memanjakan mata.

http://4.bp.blogspot.com/-0H2FLhaH8G0/TWvOgO_yp_I/AAAAAAAACNc/yP9H1lANsNk/s1600/B-.bmp

My Friend is a Cloud

http://2.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TN3c3ktILwI/AAAAAAAABhg/Ibsp3tabkKM/s1600/Kinema.png

Sutradara:
Anton Octavian

Tahun Rilis: 2007

Sebagian film-film animasi memang bermain lurus, gamblang, dan cenderung tersurat, terutama animasi-animasi mainstream yang bisa dengan gampang ditemukan di saluran-saluran televisi. Tapi banyak juga animasi yang hadir penuh dengan simbolisme, puitis, non-linear, avant garde, eksperimental, dan gaya-gaya lain yang lepas dari gaya penceritaan mainstream. Animasi pendek dari Romania ini misalnya.

Saya tidak terlalu yakin apakah saya 100% benar-benar mengerti tentang apa yang disajikan oleh Anton Octavian di film yang hanya berdurasi empat menit ini. Tapi setidaknya beginilah pemahaman saya (mengandung spoiler, but who care–ini bukan film sinematik, kan?).

Film dibuka dengan adegan sebuah pesawat menjatuhkan (semacam) bingkisan (atau parsel) ke sebuah kota yang mengambang di awan (semacam kota futuristik). Parsel tersebut jatuh di jendela seorang pianis muda. Parsel tersebut berisi seekor kanjing (atau semacam binatang buah karya imajinasi liar Anton Octavian). Selanjutnya ditunjukkan keharmonisan hubungan si pianis dengan teman barunya itu. Lalu adegan berpindah ke masa yang lebih maju lagi di mana para robot sepertinya sudah mendominasi kehidupan. Si pianis menggelar konser bagi para robot-robot tersebut, dengan wajah murung dan kusam. Dan terakhir, adegan yang mulanya saya kira adalah adegan kunci dari keseluruhan film ini, film berpindah ke adegan pinais (yang masih kecil) yang sedang bermain dengan robot-robotannya. Seorang teman melintas, dan si (calon) pianis melambaikan tangan.

Pertanyaannya: Apakah babak terakhir tersebut menunjukkan bahwa keseluruhan film ini hanyalah imajinasi/fantasi si anak? Kalau iya, maka adegan kunci dari keseluruhan film ini adalah imajinasinya tersebut, karena itulah yang diajarkan The Dream of a Ridiculous Man pada saya.

Maka muncul pertanyaan baru: Apakah inti dari imajinasi si anak tersebut? Sejauh yang saya tangkap, kemungkinan, film ini bercerita tentang seorang anak kecil yang membayangkan masa depan (termasuk masa depannya sendiri). Dan masa depan yang diceritakan si anak kecil cenderung murung. Di babak pertama mimpinya, si anak kecil berteman dengan seekor bintang. Hal ini bisa berarti bahwa si anak kecil kesepian dan membutuhkan teman. Dipertegas dengan gambaran futuristik di babak kedua, di mana manusia yang hadir di imajinasi si anak kecil hanya dia seorang (sisanya robot). Film ini, kurang lebih, tentang bagimana seorang anak kecil yang kesepian membayangkan masa depannya yang kesepian juga. Atau, sejauh yang saya tangkap, film ini menggambarkan tentang bagaimana seorang anak kecil membayangkan masa depannya sesuai dengan kondisinya sekarang.

http://4.bp.blogspot.com/-0H2FLhaH8G0/TWvOgO_yp_I/AAAAAAAACNc/yP9H1lANsNk/s1600/B-.bmp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar