Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Frantisek Vlácil
Pemain: Petr Cepek, Emma Cerná, Jan Vostrcil, Jana Krupicková, Pavel Landovský, Lubomír Tlalka, Milos Willig, Karel Hábl, Zdenek Mátl, Alzbeta Frejková, Josef Nemecek, Karel Belohradský, Vlasta Petriková
Tahun Rilis: 1970
Diangkat dari novel karangan Vladimír Körner.
Mungkin Adelheid termasuk salah satu yang menawarkan pokok anti-perang paling interesan. Pascaperang, tepatnya. Kontingen Moravia punya riwayat sendiri lepas Perang Dunia II. Wilayah tersebut juga disebut Sudetenland tersebab Pejabalan Sudetes yang bersemayam bak sepur mati di utara. Moravia, yang di masa itu termasuk bagian dari Cekoslovakia, tiada sama dengan rupa negaranya. Sebabnya, wilayah ini tak berkecek-kecek dengan Bahasa Ceko, tapi Bahasa Jerman. Lantaran itu pula, manakala okupasi Hitler kharab, minoritet-minoritet yang bertutur Jerman pun terpersalahkan, terkucilkan, dan terhina-dinakan.
Terkisah Letnan Viktor Chotovický (Petr Cepek), yang baru saja pulang dari perang, tiba di sebuah pedusunan di kawasan Moravia. Letnan ini hendak menklaim sebuah mansion bekas keluarga Nazi-Jerman. Di mansion itu, Viktor berjumpa dengan Adelheid (Emma Cerná), pembantu yang datang setiap harinya untuk membereskan mansion tersebut. Usut demi usut, ternyat Adelheid ini tiada bukan adalah seorang tahanan kamp para Nazi, Jerman, dan simpatisan. Setiap sehari sekali ia dibiarkan memberes-bereskan mansion yang konon dulunya tempat keluarganya bersemayam. Tak pelak lagi, Adelheid ini ternyata putri seorang petinggi Nazi.
Viktor yang kepincut keelokan Adelheide, meminta Inspektur Hejna (Jan Vostrcil), pewewenang Hukum setempat, untuk membiarkan Adelheide tinggal bersamanya. Dari arinya, Adelheide seakan sekedar cinta dua kubu berseberangan belaka. Tersebab perbedaan latar bahasa, keduanya hanya bertutur dengan mata dan sinyal badaniah. Tanpa berbahasa suara, keduanya tak perlu takut untuk ihwal kesalahpahaman dan latarbelakang. Sisi menariknya justru datang dari idelogi dan otoritas yang memang tak bisa serta-merta dikesampingkan begitu saja.
Sejatinya, keduanya memang datang dari latar yang berbeda. Viktor boleh saja punya kuasa atas Adelheid dan mansionnya. Tapi perempuan sengap itu lebih hapal tabiat rumah dan sekitarnya. Sekalipun Viktor sudah memugar berperangai pada Adelhide. Laku perempuan itu tetap saja tak ubahnya sahaya pada empunya.
Ancaman dari luar pun tak bisa disingkiri begitu saja. Tentu ada momok preyudis dan penghakiman informil dari masyarakat sekitar, mengingat Adelhide yang notabene berkaruhun Jerman, rumpun petinggi Nazi pula. Ada momok latarbelakang yang membuat Viktor tak kuasa benar-benar mengucap cinta pada Adelheid secara terang-terangan.
Sinema Cekoslovakia memang sudah terkenal dengan sindiran ganjil, hikayat-hikayat, dukacerita, hingga surreal yang selalu punya perangai tersendiri. Melalui Adelheid, Vlácil sebetulnya tak sedang menyuguhkan sebuah roman, melinkan sebuah kengerian. Kengerian tentang dua kubu berlawanan yang harus berbagi atap bahkan tilam. Kengerian budaya penghakiman sebelah tangan. Juga kengerian pusa cinta yang mengaburkan. Pada Adelheid, Vlácil membuktikan sesungguhnya bahasa semiotika sungguh mampu menangkap kengerian-kengerian itu.
Pemain: Petr Cepek, Emma Cerná, Jan Vostrcil, Jana Krupicková, Pavel Landovský, Lubomír Tlalka, Milos Willig, Karel Hábl, Zdenek Mátl, Alzbeta Frejková, Josef Nemecek, Karel Belohradský, Vlasta Petriková
Tahun Rilis: 1970
Diangkat dari novel karangan Vladimír Körner.
Mungkin Adelheid termasuk salah satu yang menawarkan pokok anti-perang paling interesan. Pascaperang, tepatnya. Kontingen Moravia punya riwayat sendiri lepas Perang Dunia II. Wilayah tersebut juga disebut Sudetenland tersebab Pejabalan Sudetes yang bersemayam bak sepur mati di utara. Moravia, yang di masa itu termasuk bagian dari Cekoslovakia, tiada sama dengan rupa negaranya. Sebabnya, wilayah ini tak berkecek-kecek dengan Bahasa Ceko, tapi Bahasa Jerman. Lantaran itu pula, manakala okupasi Hitler kharab, minoritet-minoritet yang bertutur Jerman pun terpersalahkan, terkucilkan, dan terhina-dinakan.
Terkisah Letnan Viktor Chotovický (Petr Cepek), yang baru saja pulang dari perang, tiba di sebuah pedusunan di kawasan Moravia. Letnan ini hendak menklaim sebuah mansion bekas keluarga Nazi-Jerman. Di mansion itu, Viktor berjumpa dengan Adelheid (Emma Cerná), pembantu yang datang setiap harinya untuk membereskan mansion tersebut. Usut demi usut, ternyat Adelheid ini tiada bukan adalah seorang tahanan kamp para Nazi, Jerman, dan simpatisan. Setiap sehari sekali ia dibiarkan memberes-bereskan mansion yang konon dulunya tempat keluarganya bersemayam. Tak pelak lagi, Adelheid ini ternyata putri seorang petinggi Nazi.
Viktor yang kepincut keelokan Adelheide, meminta Inspektur Hejna (Jan Vostrcil), pewewenang Hukum setempat, untuk membiarkan Adelheide tinggal bersamanya. Dari arinya, Adelheide seakan sekedar cinta dua kubu berseberangan belaka. Tersebab perbedaan latar bahasa, keduanya hanya bertutur dengan mata dan sinyal badaniah. Tanpa berbahasa suara, keduanya tak perlu takut untuk ihwal kesalahpahaman dan latarbelakang. Sisi menariknya justru datang dari idelogi dan otoritas yang memang tak bisa serta-merta dikesampingkan begitu saja.
Sejatinya, keduanya memang datang dari latar yang berbeda. Viktor boleh saja punya kuasa atas Adelheid dan mansionnya. Tapi perempuan sengap itu lebih hapal tabiat rumah dan sekitarnya. Sekalipun Viktor sudah memugar berperangai pada Adelhide. Laku perempuan itu tetap saja tak ubahnya sahaya pada empunya.
Ancaman dari luar pun tak bisa disingkiri begitu saja. Tentu ada momok preyudis dan penghakiman informil dari masyarakat sekitar, mengingat Adelhide yang notabene berkaruhun Jerman, rumpun petinggi Nazi pula. Ada momok latarbelakang yang membuat Viktor tak kuasa benar-benar mengucap cinta pada Adelheid secara terang-terangan.
Sinema Cekoslovakia memang sudah terkenal dengan sindiran ganjil, hikayat-hikayat, dukacerita, hingga surreal yang selalu punya perangai tersendiri. Melalui Adelheid, Vlácil sebetulnya tak sedang menyuguhkan sebuah roman, melinkan sebuah kengerian. Kengerian tentang dua kubu berlawanan yang harus berbagi atap bahkan tilam. Kengerian budaya penghakiman sebelah tangan. Juga kengerian pusa cinta yang mengaburkan. Pada Adelheid, Vlácil membuktikan sesungguhnya bahasa semiotika sungguh mampu menangkap kengerian-kengerian itu.
salam sejahtera saya sampaikan semoga bahagia selalu, artikel yanga anda sajikan sangat menarik dan enak dibaca senang dapat berkunjung kemari
BalasHapusTerimakasih, Semoga Bermanfaat
BalasHapus