Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Zoltán Fábri
Pemain: Anthony Kemp, William Burleigh, John Moulder-Brown, Robert Efford, Mark Colleano, Gary O'Brien, Martin Beaumont, Paul Bartleft, Earl Younger, György Vizi, Julien Holdaway, Péter Delmár, Mari Töröcsik, Sándor Pécsi, László Kozák
Tahun Rilis: 1969
Judul Internasional: The Boys of Paul Street
Diangkat dari novel A Pál-utcai fiúk karya Molnár Ferenc.
Kalau Anda cukup akrab dengan film-film klasik anti-populer Eropa (terutama era 60-80-an), pastilah Andah sudah hapal betapa sering anak-anak diposisikan sebagai obyek (atau subyek) persoalan seputar perang. Baik sebagai korban langsung, maupun korban tak langsung. Kamera mengeksploitasi obyek anak-anak secara habis-habisan demi mengungkapkan betapa perihnya perang, betapa bobroknya moral, betapa asusilanya orang-orang dewasa, atau sekedar betapa tak sucinya dunia ini. Seakan-akan anak-anak sendiri diposisikan sudah cukup usia untuk menopang beban persoalan setara dewasa. Film semacam ini kerap kali dideretkan pada kelompok coming of age.
The Boys of Paul Street ini sebetulnya tiada beda dengan coming of age berlatar perang lainnya. Hanya caranya merepresentasikan perang saja yang membuat film ini sangat unik. Di film ini, perang tak lagi dijadikan latar belakang beban yang harus ditopang anak-anak malang. Namun perang itu sendirilah titik persoalannya. Anak-anak tak dibuat merasakan segala dilema dewasa yang ditelurkan perang. Namun mereka sendirilah yang menjalani perang dengan cara sendiri. (Terminologi serupa juga bisa ditemukan pada The Flying Classroom.)
Segenk bocah sekolahan dari kota yang tak disebutkan namanya (kemungkinan Budapest abad ke-20) diharuskan mempertahankan lahan bermain mereka dari incaran genk musuh yang konon bakal meyerbu. Kelompok musuh ini, konon lebih gagah dan lebih dipersenjatai. Berbagai usaha pun mereka lakukan, mulai dari menyelusup ke sarang musuh demi informasi, mendapati seorang pemberontk, berselisih paham seputar langkah yang bakal diambil, sampai pada puncak medan tempur yang sesungguhnya. Kelak hasil yang mereka tuai pun tak serta merta patut dirayakan ketika sebuah ironi turut menimpa.
Tak usah berpanjang-lebar, dari penjabaran singkat di atas saja sudah bisa dipastikan bahwa The Boys of Paul Street berniat mengalegorikan kondisi lapangan sesungguhnya melalui permainan perang-perangan anak-anak. Perlambangan yang ditampilkan pun tak berhenti pada kulit perang semata, tapi juga sistem yang mencangkupinya: militerisme dan nasionalisme. Kritik untuk dua peristilahan itu terisyarat sangat jelas di sepanjang film: Mulai dari bagaimana bocah-bocah ini menjalankan konstiusi dalam kelompok mereka (kelompok yang satu lebih demokratis sedang yang lainnya lebih militeris), istilah-istilah nasionalis yang mereka cetuskan, serta pelbagai cerminan tingkah-polah mereka lainya. Bocah-bocah yang ditampilkan sungguh luar biasa. Terlebih, kalau mau diusut, ternyata pemeran bocah-bocah film ini mayoritas adalah bocah Inggris yang menggunakan dialog Hungaria. (Entah mereka memang kuasa berbahasa Hungaria, atau khusus diajari demi kepentingan film). Irama yang disajikan juga mampu membangkitkan memori kanak-kanak saya; ketika hitam dan putih masih merupakan persepsi yang sederhana. Ironi yang ditampilkan di akhir film benar-benar jadi poin spesial. Membuat saya berpikir: Bahwa segala pengorbanan yang telah dilakukan bocah-bocah itu, kelak, tak lain hanyalah serangkaian absurditas? Sejatinya?
Pemain: Anthony Kemp, William Burleigh, John Moulder-Brown, Robert Efford, Mark Colleano, Gary O'Brien, Martin Beaumont, Paul Bartleft, Earl Younger, György Vizi, Julien Holdaway, Péter Delmár, Mari Töröcsik, Sándor Pécsi, László Kozák
Tahun Rilis: 1969
Judul Internasional: The Boys of Paul Street
Diangkat dari novel A Pál-utcai fiúk karya Molnár Ferenc.
Kalau Anda cukup akrab dengan film-film klasik anti-populer Eropa (terutama era 60-80-an), pastilah Andah sudah hapal betapa sering anak-anak diposisikan sebagai obyek (atau subyek) persoalan seputar perang. Baik sebagai korban langsung, maupun korban tak langsung. Kamera mengeksploitasi obyek anak-anak secara habis-habisan demi mengungkapkan betapa perihnya perang, betapa bobroknya moral, betapa asusilanya orang-orang dewasa, atau sekedar betapa tak sucinya dunia ini. Seakan-akan anak-anak sendiri diposisikan sudah cukup usia untuk menopang beban persoalan setara dewasa. Film semacam ini kerap kali dideretkan pada kelompok coming of age.
The Boys of Paul Street ini sebetulnya tiada beda dengan coming of age berlatar perang lainnya. Hanya caranya merepresentasikan perang saja yang membuat film ini sangat unik. Di film ini, perang tak lagi dijadikan latar belakang beban yang harus ditopang anak-anak malang. Namun perang itu sendirilah titik persoalannya. Anak-anak tak dibuat merasakan segala dilema dewasa yang ditelurkan perang. Namun mereka sendirilah yang menjalani perang dengan cara sendiri. (Terminologi serupa juga bisa ditemukan pada The Flying Classroom.)
Segenk bocah sekolahan dari kota yang tak disebutkan namanya (kemungkinan Budapest abad ke-20) diharuskan mempertahankan lahan bermain mereka dari incaran genk musuh yang konon bakal meyerbu. Kelompok musuh ini, konon lebih gagah dan lebih dipersenjatai. Berbagai usaha pun mereka lakukan, mulai dari menyelusup ke sarang musuh demi informasi, mendapati seorang pemberontk, berselisih paham seputar langkah yang bakal diambil, sampai pada puncak medan tempur yang sesungguhnya. Kelak hasil yang mereka tuai pun tak serta merta patut dirayakan ketika sebuah ironi turut menimpa.
Tak usah berpanjang-lebar, dari penjabaran singkat di atas saja sudah bisa dipastikan bahwa The Boys of Paul Street berniat mengalegorikan kondisi lapangan sesungguhnya melalui permainan perang-perangan anak-anak. Perlambangan yang ditampilkan pun tak berhenti pada kulit perang semata, tapi juga sistem yang mencangkupinya: militerisme dan nasionalisme. Kritik untuk dua peristilahan itu terisyarat sangat jelas di sepanjang film: Mulai dari bagaimana bocah-bocah ini menjalankan konstiusi dalam kelompok mereka (kelompok yang satu lebih demokratis sedang yang lainnya lebih militeris), istilah-istilah nasionalis yang mereka cetuskan, serta pelbagai cerminan tingkah-polah mereka lainya. Bocah-bocah yang ditampilkan sungguh luar biasa. Terlebih, kalau mau diusut, ternyata pemeran bocah-bocah film ini mayoritas adalah bocah Inggris yang menggunakan dialog Hungaria. (Entah mereka memang kuasa berbahasa Hungaria, atau khusus diajari demi kepentingan film). Irama yang disajikan juga mampu membangkitkan memori kanak-kanak saya; ketika hitam dan putih masih merupakan persepsi yang sederhana. Ironi yang ditampilkan di akhir film benar-benar jadi poin spesial. Membuat saya berpikir: Bahwa segala pengorbanan yang telah dilakukan bocah-bocah itu, kelak, tak lain hanyalah serangkaian absurditas? Sejatinya?
карысная інфармацыя
BalasHapusДЗЯКУЙ ЗА рэкамендацыі :-)
збор лекавых сродкаў для пераадолення хваробы міёма
=======================================================
obat miom
obat miom
obat miom
obat miom
obat miom
========================================================