A film is - or should be - more like music than like fiction. It should be a progression of moods and feelings. The theme, what’s behind the emotion, the meaning, all that comes later.
~ Stanley Kubrick
IN A BETTER WORLD (2010) — What makes the friendship between Christian and Elias so special is how deeply and honestly Susanne Bier displays the emotional side of both children. Only by peering the eyes of the two actors, I can feel the all emotional reasons why they become such small terrorists. YOUNG TÖRLESS (1966) — Violence is not just a physical matter, but also psychological and emotional. In Young Törless, ethical ​​and subjective values ​​were so contradictory. Then the boundaries between good and evil even more vague. PHARAOH (1966) — Faraon is an evocative anatopism, also an astonishing colossal. A truly rare gem of its kind. Not only works as a visual declaration, Kawalerowicz also made it so carefully, so mesmerizing, yet so challenging. THE BOYS OF PAUL STREET (1969) — An ironic allegory not only for the face of war, but also the heart of it: militarism and nationalism. The irony in the end makes the two terminologies be absurd. SPIRITED AWAY (2001) — “What's in a name?” asked Shakespeare. “A name is an identity,” said this movie. MISS JULIE (1951) - Miss Julie is a very challenging study, whether psychological or situational. In a simple but smart way, Miss Julie presents the phases of a political game of love and seduction. MY NIGHT AT MAUD'S (1969) - Éric Rohmer not only talk about choices and risks of choices, there is also a glimpse the importance of choices and the pain of choices. My Night at Maud's, for me, is the most amazing movie about refracting those two opposing aspects of life. TEN (2002) — The use of "dashboard camera" method by Abbas Kiarostami is successfully providing such microscopic spectacle about the characters, not only on outside but also capable of making this movie as a unique character and gender study. THE PARTY AND THE GUESTS / A REPORT ON THE PARTY AND THE GUESTS (1966) — The allegory is not only the great thing about this Czechoslovak New Wave Cinema movie, but also its weirdness, its unnatural behavior, its peculiar plot, but the most of it is about how the movie smartly move without caution. ELEPHANT (2003) — Elephant is a piece of work that should be commended for its bravery. Such compliments are mainly intended to for Gus Van Sant's guts on using such non-linear and unusual narrative spectacle. Also packed with such unnatural risky styles which was really cost lot of guts.
Tampilkan postingan dengan label Sangat Jelek. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sangat Jelek. Tampilkan semua postingan

Kamis, 03 Februari 2011

Resensi Singkat #11: “At the Very Bottom of Everything” di GKS Taman Sriwedari Surakarta


Nama Paul Agusta mulai jadi pembicaraan di forum-forum film melalui dua debutnya: At the Very Bottom of Everything dan Kado Hari Jadi (yang ini saya belum berkesempatan nonton). Kemarin, Jumat, 18 Maret 2011, Paul Agusta menyelenggarakan semacam nobar (nonton bareng) At the Very Bottom of Everything (film besutannya) di Gedung Kesenian Solo. Saya mengetahui acara tersebut dari mention seorang teman twitter yang me-retwet ajakan Paul Agusta untuk nonton. Gratis. Penasaran, saya pun datang, walaupun agak minder dan malu-malu karena semua yang hadir di sana rata-rata, kalau nggak wartawan, ya para pekerja film independen muda dari Solo. Lima film besutan Paul Agusta ditayangkan di acara tersebut.

Senin, 20 Desember 2010

Love Story

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Hanny R. Saputra
Pemain: Acha Septriasa, Irwansyah, Henidar Amroe, Reza Pahlevi, Maudy Koesnaedi, Donni Damara, Reza Rahadian, Bella Graceva, Anbo

Tahun Rilis: 2011

Love Story menggenapkan trilogi Acha-Irwansyah setelah Heart (2006) dan
Love is Cinta (2007). Ketiga film tersebut dibesut oleh Hanny R. Saputra, yang juga menyutradarai Virgin dan Mirror (2005). Duet Acha-Irwansyah ini mulai menggelegar dalam film Heart. Kepincut akan kesuksesan tersebut, Hanny dan partner in crime nya, Chand Parwez, kembali memasangkan Acha-Irwansyah dalam Love is Cinta, yang menurut saya tidak lain hanyalah daur-ulang-tidak-resmi dari film Fly Me to Polaris. Yah, secara pribadi saya sama sekali tidak terlalu menyukai Hearts apalagi Love is Cinta.

Rabu, 15 Desember 2010

The Lovely Bones

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Peter Jackson
Pemain: Saoirse Ronan, Mark Wahlberg, Rachel Weisz, Rose McIver, Stanley Tucci, Susan Sarandon, Michael Imperioli, Christian Thomas Ashdale, Reece Ritchie, Charlie Saxton, Amanda Michalka, Jake Abel, Carolyn Dando, Nikki SooHoo, Annabel Grealish, Thomas McCarthy

Tahun Rilis: 2009

Diadaptasi dari novel The Lovely Bones karya Alice Sebold.

Kenyataannya memang tidak semua novel bisa dengan gampang disulap menjadi sebuah karya sinematik. Bahkan novel bestseller yang dipuji oleh berbagai kritkus sastra sekalipun bisa saja gagal total di tangan sutradara yang sudah teruji kehandalannya. Bahkan seorang Peter Jackson, yang namanya dipuji di sana-sini berkat trilogi The Lord of the Rings, ternyata bisa menghasilkan sebauh film hampa – nyaris tidak bernyawa – yang ironisnya diangkat dari sebuah novel yang duduk di peringkat pertama New York Times Bestseller.

Jumat, 10 Desember 2010

Dalam Mihrab Cinta

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Habiburrahman El Shirazy
Pemain:
Dude Harlino, Asmirandah, Meyda Sefira, Tsania Marwa, Boy Hamzah, El Manik, Ninik L. Karim, Elma Theana, Umar Libus, Neno Warisman, Iszur Muchtar, Berliana Febriyanti, Kaharudin Syah

Tahun Rilis: 2010

Film ini diadaptasi dari novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.

Bukan masalah kalau-kalau ada penulis/sastrawan yang berniat coba-coba bikin film. Djenar Maesa Ayu pernah mencobanya, dan tidak terlalu mengecewakan. Kali ini Habiburrahman El Shirazy, penulis novel yang katanya megabestseller Ayat-Ayat Cinta (yang versi filmnya tidak terlalu saya suka) dan Ketika Cinta Bertasbih (yang lagi-lagi versi filmnya tidak saya suka). Sejujurnya saya sama sekali belum pernah membaca satupun novel karangan Habiburrahman El Shirazy, jadi sejauh ini yang saya komentari hanyalah hasil adaptasi dari novel-novelnya.

Senin, 29 November 2010

Viola bacia tutti

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Giovanni Veronesi
Pemain: Asia Argento, Massimo Ceccherini, Valerio Mastandrea, Rocco Papaleo, Daria Nicolodi, Daniela Poggi, Enzo Robutti, Massimo Salvianti, Franco Califano

Tahun Rilis:
1998
Judul Internasional: Viola Kisses Everybody

Tidak semua film yang datang dari negara dengan industri perfilman besar bisa menghasilkan kesan menyenangkan, Viola bacia tutti contohnya. Komedi asal Italia ini sangat buruk, bahkan sudah sampai level buruk yang tidak bisa dimaklumi lagi, sampai-sampai saya tidak percaya film ini datang dari Italia.

Selasa, 23 November 2010

The Last Song

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Julie Anne Robinson
Pemain: Miley Cyrus, Greg Kinnear, Kelly Preston, Liam Hemsworth, Bobby Coleman, Nick Lashaway, Carly Chaikin, Adam Barnett, Nick Searcy, Carrie Malabre, Rhoda Griffis, Lance E. Nichols, Hallock Beals, Stephanie Leigh Schlund

Tahun Rilis: 2010

Diangkat dari novel The Last Song karya Nicholas Sparks

Dua hal penting yang patut diketahui sebelum Anda memutuskan untuk menonton The Last Song adalah: (1) Film ini merupakan debut layar lebar pertama Miley Cyrus sebagai pemeran utama di luar Hannah Montanna (itu juga kalau Anda menganggap judul tersebut adalah sebuah film) dan (2) film ini diangkat dari novel karangan Nicholas Sparks (A Moment to Remember, The Notebook, etc). Dua hal itu cukup meyakinkan bahwa film ini akan memaksa penontonnya untuk menangis bombay.

Kamis, 11 November 2010

Skyline

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)


Sutradara:
Brothers Strause
Pemain: Eric Balfour, Scottie Thompson, David Zayas, Donald Faison, Brittany Daniel, Neil Hopkins, Crystal Reed, J. Paul Boehmer, Tanya Newbould, Tony Black, Pam Levin, Phat Mahathongdy

Tahun Rilis: 2010

“Apa jadinya kalau para pakar spesial efek mencoba menyutradari sebuah film?”

Senin, 08 November 2010

A Nightmare on Elm Street

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Samuel Bayer
Pemain:
Jackie Earle Haley, Kyle Gallner, Rooney Mara, Katie Cassidy, Thomas Dekker, Kellan Lutz

Tahun Rilis:
2010

Film ini merupakan remake dari film A Nightmare on Elm Street karya Wes Craven.

Saya sama sekali belum pernah nonton versi Wes Craven, belum juga sequel-sequel dan spin-off-nya jadi saya tidak akan membanding-bandingkan film ini dengan versi orisinilnya. Andai versi 2010 ini sama sekali tidak memuaskan bagi saya, bukan berarti versi orisinilnya sama buruknya dengan yang ini. Dan apabila kelak saya merasa puas ketika berkesempatan menonton versi orisinilnya, setidaknya saya akan merasa kecewa karena sudah menonton versi 2010-nya terlebih dahulu.

Sabtu, 06 November 2010

Furry Vengeance

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Roger Kumble
Pemain:
Brendan Fraser, Brooke Shields, Matt Prokop, Angela Kinsey, Rob Riggle, Skyler Samuels, Ricky Garcia, Ken Jeong, Jim Norton, Patrice O'Neal, Toby Huss, Wallace Shawn, Gerry Bednob, Samantha Bee, Dee Bradley Baker

Tahun Rilis: 2010

“Racoon did not hijack SUV.”

Kamis, 04 November 2010

Heart 2 Heart

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Nayato Fio Nuala
Pemain: Aliff Alli, Irish Bella, Arumi Bachsin, Wulan Guritno, George Taka, Argatama Levy, Indah Permatasari, Miradz

Tahun Rilis:
2010

Judul film ini Heart 2 Heart, bukan Heart 2. Dan jangan protes kenapa di poster tulisannya Heart 2. Mungkin akal-akalan aneh-dan-gak-jelas dari pihak produser semata. Sejak kapan huruf “Heart” yang ditulis menindih angka “2” bisa dibaca “Heart to Heart”?

Jumat, 29 Oktober 2010

Deadly Pledge

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Bert Kish
Pemain:
Leighton Meester, Kailin See, Lisa Marie Caruk, Agam Darshi, Meghan Ory, Adrian Petriw, Jessica Huras, Lara Gilchrist, Carlo Marks, Elyse Levesque, David Patrick Flemming

Tahun Rilis:
2007
Judul Alternatif: The Haunting of Sorority Row

Saya tidak akan berpanjang-panjang!

Samantha Willows (Leighton Meester), seorang mahasiswi baru, sedang menjalani masa perploncoan di asramanya. Masalahnya, ternyata asrama tersebut dihantui oleh seorang arwah seorang mahasiswi junior yang hendak menuntut dendam. Agak mengingatkan pada Sorrority Row, bukan? Faktanya, film ini memang kelihatan sekali berusaha menyuguhkan tontonan thriller/horror sekolahan era 1999-2000. Sebut saja I Know What You Did Last Summer dan sejenisnya.

Rabu, 20 Oktober 2010

Sweetheart

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Hanny R. Saputra
Pemain: Marcel Chandrawinata, Aurellie Moeremans, Sabai Morscheck, Joanna Alexandra, Sheila Thohir, Ayu Azhari, Ivan Ray

Tahun Rilis: 2010

Nayato sudah pernah memamerkan tontonan tentang kekerasan di sekolah dalam Ekskul, ditambah bumbu-bumbu kontrovers internal maupun eksternalnya. Ekskul, lengkap dengan “style-style Nayatoisme,” mempertontonkan cerita tentang seorang remaja yang menawan beberapa teman sekolahannya yang sudah mem-bully-bully-nya. Ekskul sendiri lebih terfokus pada penawanan dengan beberapa flashback masa lalu suram si remaja penawan, salah satunya mempertontonkan adegan remaja itu digantung di pagar sekolahan sambil ditertawakan. Di mana logikanya? Saya cuma membuat perbandingan. Kenapa saya membandingkan Sweetheart dengan Ekskul? Karena pada akhirnya Sweetheart dan Ekskul sama saja buruknya. Dan itu jujur.

The Last Airbender

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: M. Night Shyamalan
Pemain:
Noah Ringer, Dev Patel, Nicola Peltz, Jackson Rathbone, Shaun Toub, Aasif Mandvi, Seychelle Gabriel, Cliff Curtis, Summer Bishil

Tahun Rilis: 2010

Diangkat dari serial animasi televisi Avatar: The Last Airbender.

Siapa kira M. Night Shyamalan, yang pernah melahirkan The Sixth Sense dengan salah satu line fenomenal “I see dead people,” bisa menelurkan sebuah film buruk hampir dari segala aspek vital. Saya akan membuat resensi ini sesingkat mungkin, saya sama sekali tidak berniat membuat tulisan rumit dan panjang seperti yang saya buat untuk Ten atau A Passage to India. Lagipula memang tidak banyak yang bisa dibicarakan panjang-lebar dari film ini. Mengena sinopsis, saya tidak akan menulis ulang sinopsisnya, serial tivi Avatar: The Last Airbender sudah cukup terkenal bahkan di Indonesia. Saya asumsikan saja semua orang yang membaca tulisan ini, terlepas sudah atau belum menonton film ini, sudah tahu garis besar ceritanya.

http://1.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TMG_ohl3CkI/AAAAAAAABZw/zH4dcKlfFq0/s1600/Kinema.jpg

The Last Airbender malah sudah menimbulkan kontroversi ketika M. Night Shyamalan memutuskan menggunakan aktor kaukasoid untuk memerankan Aang, yang sangat kental unsur Buddha, Taoisme, dan keorientalannya. Bukan. Noah Ringer, pemeran Aang malah bukan aktor profesional sebenarnya. Dan penampilan Noah Ringer di sini sangat buruk, malah jadi salah satu keburukan vital film ini. Lantas apa alasan M. Night Shyamalan memilih Noah Ringer? Dan Noah Ringer jelas bukan Dakota Fanning yang popularitasnya bisa mendongkrak film ini. Hanya beliau yang tahu. Tapi coba bandingkan dengan Gabe Nevins, yang juga bukan aktor profesional, yang dipilih Gus Van Sant untuk tampil sebagai pemeran utama di Paranoid Parks. Atau kenapa Rob Marshal memilih Zhang Ziyi, Gong Li, dan Michelle Yeoh untuk memerankan tokoh-tokoh Jepang di Memoirs of a Geisha. Kalau dibandingkan, susah menemukan alasan yang tepat kenapa M. Night Shyamalan memilih Noah Ringer. Jangankan Noah Ringer, tidak ada satupun penampilan pemain di film ini yang menyenangkan. Bahkan, untuk sebuah film yang harusnya menjadi hiburan, penampilan-penampilan di The Last Airbender malah nyaris tidak bernyawa. Dramatisasi yang diterapkan kebanyakan tidak tepat.

Untuk ukuran sebuah film fantasi, di era di mana teknologi visualisasi sudah sampai level 3D ini, The Last Airbender malah lebih buruk ketimbang efek-efek yang ada dalam animasi 1990-an. Bukan buruk dari segi kecanggihannya, tapi dari segi efektivitasnya. Wajar saja, mengingat The Last Airbender adalah sebuah film yang dipaksakan untuk menjadi 3D. Mulanya film ini diproduksi hanya sebatas film fantasi 2D, tapi, karena alasan komersial pastinya, rumah produksi memaksa untuk membuat versi 3D dari film ini. Jadilah sebuah film yang sangat-sangat buruk dari segi visualisasi. Dan untuk ukuran plot cerita, film ini tidak lebih baik dari akting dan efek spesialnya. Pacing yang buruk. Bahkan peloncatan alur yang sangat-sangat kasar. The Last Airbender seakan-akan cuma merangkum beberapa seri dari seril tivi nya. Hasilnya, tidak ada kejelasan kecuali sebuah sequel.

http://3.bp.blogspot.com/-HrnJzFBqkWE/TWvSnLDFJEI/AAAAAAAACNs/dplSEkLtvWY/s1600/E.bmp

Kamis, 14 Oktober 2010

Promenons-nous dans les bois

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Lionel Delplanque
Pemain: Clotilde Courau, Clément Sibony, Vincent Lecœur, Alexia Stresi, Maud Buquet, François Berléand, Denis Lavant, Michel Muller, Thibault Truffert, Marie Trintignant, Suzanne MacAleese

Tahun Rilis:
2000
Judul Internasional: Deep in the Woods

Jujur saja, saya bingung apa yang harus saya tulis tentang Promenons-nous dans les bois (terjemahan bebasnya: “jalan-jalan di hutan”). Horror dari Perancis ini sebenarnya punya potensi untuk menjadi sebuah horror dengan tone psikoseksual yang lumayan, andai saja tidak dieksekusi seburuk ini.

Senin, 11 Oktober 2010

Fired Up!

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Will Gluck
Pemain:
Eric Christian Olsen, Nicholas D'Agosto, Sarah Roemer, David Walton, AnnaLynne McCord

Tahun Rilis:
2009

Mengikuti ketenaran Bring it On, dewa untuk genre film-film cheerleader, hadir sebuah film yang di posternya terpampang besar huruf “FU.” Buat yang tidak memperhatikan detil poster filmnya, kalau-kalau saja ada yang demikian, “FU” ini bukan singkatan dari “F*** U” atau “F*** Up,” melainkan Fired Up.

Senin, 27 September 2010

Resensi Singkat #2

http://4.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TKBtTlsTVXI/AAAAAAAABRo/O1eD8suO73I/s1600/Kinema.jpg

Baarìa – La porta del vento

Sutradara: Giuseppe Tornatore
Pemain: Francesco Scianna, Margareth Madè, Monica Bellucci, Raoul Bova, Ángela Molina, Enrico Lo Verso, Luigi Lo Cascio, Laura Chiatti, Beppe Fiorello, Nicole Grimaudo, Leo Gullotta, Gisella Marengo, Gabriele Lavia, Giovanni Gambino, Davide Viviani, Mariangela Di Cristina, Giuseppe Garufì, Gaetano Sciortino, Giuseppe Russo, Maurizio San Fratello, Valentina Rubino, Desirée Rubino, Anna Faranna

Tahun Rilis: 2009

Sekali lagi Siscilia dipakai Giuseppe Tornatore sebagai setting, setelah sebelumnya dipampangkan habis-habisan dalam Nuovo Cinema Paradiso, Malèna, dan L'Uomo delle stelle, seperti tidak habis-habis saja cerita Tornatore tentang kampung halamannnya itu. Kalau Cinema Paradiso menceritakan tentang kehidupan seorang Salvatore di tiga usia berbeda: kanak-kanak, remaja, dan dewasa, Baarìa malah lebih luas lagi, menceritakan tentang kehidupan Peppino Terranova dalam tiga generasi: generasi bapak Peppino (ketika Peppino muda), generasa Peppino, dan generasi anak Peppino. Baarìa tampil seakan-akan seperti riwayat hidup full dari seorang Peppino Terranova.

http://1.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TQ-TBlXR1uI/AAAAAAAAB0Y/d6p6Q5BKE9c/s1600/Kinema.jpg

Baarìa masuk jajaran salah satu nominator Best Foreign Language Golden Globe 2010 bersama Un prophète, La Nana, Los abrazos rotos, dan Das weiße Band (pemenang). Mulai dari durasi epik, nuansa, tema, hingga latar Sicilia, Baarìa punya banyak kemiripan dengan masterpiece Giuseppe Tornatore, Cinema Paradiso. Sayangnya, Baarìa tidak se-masterpiece Cinema Paradiso. Walaupun begitu, Baarìa tetap berhasil mempertontonkan sebuah perjalanan cinta, kematian, kerusuhan sosial, permasalahan rumah tangga, permasalahan politik, sampai permasalahan seputar menanggapi perubahan zaman. Semua pemain memberikan penampilan yang sangat solid. Ditambah shot-shot yang memanjakan dan simbolisme-simbolisme yang menarik untuk dipecahkan, Baarìa termasuk tontonan yang menyenangkan. Well, menyenangkan menyaksikan sebuah perubahan zaman melalui kaca mata Peppino. Pada akhirnya, Tornatore menyuguhkan ending (bukan spoiler) yang seolah-olah berupa pertemuan masa lalu dan masa kini (atau pertemuan dua generasi manusia).

http://4.bp.blogspot.com/-0H2FLhaH8G0/TWvOgO_yp_I/AAAAAAAACNc/yP9H1lANsNk/s1600/B-.bmp

Cirque du Freak: The Vampire's Assistant


Sutradara: Paul Weitz
Pemain: John C. Reilly, Ken Watanabe, Josh Hutcherson, Chris Massoglia, Ray Stevenson, Patrick Fugit, Orlando Jones, Willem Dafoe, Salma Hayek

Tahun Rilis: 2009

Diangkat dari novel trilogi Vampire Blood karya Darren Shan.

Setelah The Twilight Sagas masih perlukah sebuah film teen-filck-vampir lagi? Sayangnya ada orang yang merasa masih! Tidak usah heran lagi kalau trilogi vampir dari Darren Shan diangkat jadi another vampire-teen-flick. Chris Massoglia dipasang sebagai pemeran utama. Berita baiknya, doi bukanlah Robert Pattinson. Dan berita buruknya, doi tidak lebih baik dari Robert Pattinson.

Berita baiknya lagi, Cirque du Freak: The Vampire's Assistant lebih ke arah fantasi ketimbang romansa-romansa gombal ABG labil. Dan berita buruknya, fantasi yang disajikan Cirque du Freak: The Vampire's Assistant is a total bore. Susah malah mencari sisi bagus film ini. Karena ini resensi singkat, saya cuma bakal bilang this movie suck in every part of it.

http://3.bp.blogspot.com/-HrnJzFBqkWE/TWvSnLDFJEI/AAAAAAAACNs/dplSEkLtvWY/s1600/E.bmp


Art School Confidential

Sutradara: Terry Zwigoff
Pemain: Max Minghella, Sophia Myles, John Malkovich, Jim Broadbent, Matt Keeslar, Ethan Suplee, Joel Moore, Nick Swardson, Adam Scott, Anjelica Huston

Tahun Rilis: 2006

Orang yang bodoh Matematika bisa jadi pintar Matematika asalkan belajar dengan giat, tapi beda halnya dengan bakat seni. Seniman jauh lebih kompleks lagi. Seniman tidak dibuat. Seniman tidak dipelajari. Tapi seniman dilahirkan. Kita tidak bisa memaksa seseorang dengan suara buruk nan cempreng untuk tiba-tiba bisa menyanyi merdu. Begitu pula halnya dengan melukis. Berkisah tentang obsesi-obsesi Jerome (Max Minghella) ketika belajar di sebuah sekolah seni, dan pada akhirnya Jerome sendiri bakal belajar arti dasar dari seni itu sendiri, lalu menerapkannya bukan hanya pada karya-karyanya tapi juga pada kenyataan yang harus dihadapinnya.

http://4.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TKFxhVj_TtI/AAAAAAAABSI/WazJvMRurq4/s1600/Kinema.jpg

Bagi yang tidak tahu, Terry Zwigoff sebelumnya pernah menelurkan sebuah film dokumenter yang sangat memukau, Crumb, tentang Robert Crumb. Art School Confidential tercatat sebagai film terakhirnya sejauh ini. Max Minghella, anak dari almarhum Anthony Minghella (The English Patient, The Talented Mr. Rippley, dan Cold Mountain) yang sebelumnya membintangi Bee Season, memberikan penampilan yang cukup memukau sebagai tokoh utama. Saya suka bagaimana John Malkovich membawakan tokohnya, dan saya juga suka dosen seni bijak yang diperankan oleh Angelica Huston. Cerita Art School Confidential juga mencangkup sebuah pembunuhan berantai. Sebuah pilihan bijak plot tentang pembunuhan berantai ini tetap berposisi sebagai bumbu, bukan suguhan utama. Dan pada akhirnya plot tentang pembunuhan berantai ini tetap bisa difungsikan dengan baik. Tapi pada dasarnya, subplot tetang pembunuh berantai ini adalah mubazirisme. Saya sendiri lebih menikmati menyaksikan bagaimana usaha Jerome mengejar obsesi-obsesinya di sekolah seni, ketimbang sekedar pembunuhan berantai. This is not a gore thriller for God sake, this is Art School Confidential.

http://1.bp.blogspot.com/-nhStlHuwPw8/TWvFtSuSwNI/AAAAAAAACMk/29KSHDpWz7U/s1600/B%252B.bmp

Selasa, 14 September 2010

The Butterfly

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Nayato Fio Naola
Pemain:
Andhika Pratama, Debby Kristy, Poppy Sovia

Tahun Rilis: 2007

Dalam sebuah wawancara dengan Nayato, The Butterfly konon adalah masterpiece-nya. Di Facebook pun banyak yang bilang kalau The Butterfly ini film yang bagus, dan paling bagus (satu-satunya yang bagus) dari Nayato. Nayato sendiri bilang kalau perannya di lapangan sebagai sutradara tidak menonjol, dia tidak mau nama aslinya dicantumkan. Lalu munculah pseudoname (nama-nama kloningan) yang sebenarnya sudah tidak asing lagi: Koya Pagayo, Pingkan Utari, Ian Jacobs dan Ciska Doppert. Dari tahun 2002 sampai tahun 2010 ini, Nayato terhitung sudah 37 film yang dirilis oleh Nayato.

Kamis, 26 Agustus 2010

Mannequin

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Michael Gottlieb
Pemain:
Andrew McCarthy, Kim Cattrall, Estelle Getty, James Spader, G. W. Bailey, Steve Vinovich

Tahun Rilis: 1987

Untuk sebuah romantic comedy, genre yang sudah sangat umum dan cenderung ringan, Mannequin sangat-sangat gagal. Bahkan sekedar gagal total pun masih belum cukup untuk menggambarkan kegagalan Mannequin. Jangankan sekedar menghibur, Mannequin bahkan sudah sangat gagal untuk sekedar membuat filmnya terlihat hidup.