Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Anurag Basu
Pemain: Hrithik Roshan, Barbara Mori, Kangana Ranaut, Kabir Bedi, Nick Brown
Tahun Rilis: 2010
Sutradara: Anurag Basu
Pemain: Hrithik Roshan, Barbara Mori, Kangana Ranaut, Kabir Bedi, Nick Brown
Tahun Rilis: 2010
BOLLYWOOD sepertinya sedang mencoba menjamah pasar internasional akhir-akhir ini. Setelah sebelumnya sukses menjamah kancah internasional dengan “My Name is Khan” (sebuah film drama) dan “3 Idiots” (sebuah komedi), kali ini Bollywood mencoba dengan film roman, bercampur aksi-thriller, bercampur noir, bercampur western (koboi-koboian).
“Kites,” yang artinya layang-layang, dibuka dengan gambaran dua layang-layang yang sedang terbang, diiringi dengan sebuah narasi tentang filosofi dua layang-layang. “Bila dua layang-layang terlalu lama saling berdekatan, maka, salah satu pasti akan putus.” Filosofi ini memang sesuai dan menggambarkan, kurang lebih, nasib dari hero di film ini.
J (Hrithik Roshan) ditemukan berlumuran darah di sebuah gerobong kereta di sebuah pedesaan Meksiko. Penduduk setempat membantunya. Dan setelah pulih, J beranjak mencari kekasihnya. Kisah tentang J pun diceritakan dengan cara flashback. J adalah seorang guru tari di Las Vegas, yang juga melakukan pekerjaan sampingan menjual popcorn, menyewakan DVD bajakan, dan menikahi wanita-wanita imigran agar mereka bisa mendapatkan “kartu hijau.” Namun, J tidak pernah kaya, seperti yang selalu diucapkannya, “Dewi rezeki selalu mengetuk pintunya, sayangnya dia selalu sedang bernyanyi di kamar mandi.” Termasuk ketika Gina (Kangana Ranaut), salah seorang gadis yang mengikuti kelas tarinya, mendadak masuk ke dalam kamarnya. Gina, secara tiba-tiba, menyatakan citnanya pada J. Sayangnya, J sama sekali tidak mencintainya. J menolaknya. Namun, ketika J menyadari Gina adalah putri dari pemilik gedung kasino yang mempunyai kuasa di kota ini, J mendekati Gina demi uang.
Tidak diduga, di rumah pantai keluarga Gina, J bertemu dengan Natasha (Barbara Mori), gadis hispanik tunangan Tony (Nick Brown), kakaknya Gina. Sebuah perjumpaan yang mengejutkan bagi J, karena sebenarnya Natasha dan J masih berstatus “suami-istri.” Yap, Natasha adalah salah satu gadis hispanik imigran yang dinikahinya, yang sebenarnya bernama Linda.
Suasana noir mewarnai bagain awal film ini. Dan dari sini, terkuak pula bahwa sebenarnya Linda lah gadis yang dicintai oleh J. J sendiri dihantui oleh dilema. Semakin lama dia melihat Linda bersama Tony, semakin J terkoyak. Namun, J sendiri tahu bahya semacam apa yang bakal mengancamnya. Di sebuah malam panjang berdua antara J dan Linda, dua-duanya saling mengakui bahwa mereka sama-sama mendekati harta pasangan masing-masing.
Suasana pun berubah menjadi kacau ketika J menodongkan pistol ke kepala Tony lalu membawa kabur Linda. Tony, dan keluarganya yang berkuasa, tentu tidak tinggal diam atas penghinaan ini. Dari suasana noir, film ini berubah perlahan-lahan menjadi sebuah chasing thriller ( kerjar-kejaran) yang penuh aksi.
Aksi-aksi film ini patut diacungi jempol. Bayangkan berapa banyak mobil mewah pontang-panting, bertebrangan, tabrakan, meledak, dan salute pula pada para stuntman-nya. Yah, untuk ukuran film roman-aksi, aksi di film ini sangat menyenangkan.
Hrithik Roshan, sang aktor utama, patut diberi jempol bukan hanya karena sebagain besar stunt yang konon beliau lakukan sendiri. Tapi karena beliau juga mampu menopang beban berat film ini. Sebagai karakter utama, he's quite worth watching. Barabari Mori pun cukup memikat. Dua-duanya tampil dengan chemistry yang cukup meyakinkan, belum lagi dua-duanya sama-sama bermata hijau, dan punya senyum serupa pula.
Dan bagi yang bermasalah dengan film-film Bollywood, film yang ini agak berbeda dengan roman Bollywood umumnya. Film ini, bisa dibilang, versi westernisasi dari Bollywood tanpa kehilangan unsur Bollywoodnya. Saya pun sadar film ini penuh dengan unsur-unsur melodramatis, too good to be true, bahkan fairytale-isme – yang mana kesemuanya itu memang ciri khas Bollywood sekali. Lagipula “Kites,” pada dasarnya, memang film popcorn (film hiburan). Anggap saja ini film hiburan (semacam “Iron Man,” dan sebagainya). Dan sebagai film hiburan, film ini tampil sangat menghibur. Menyimak usaha mati-matian dua sejoli memperjuangan cinta mereka yang disajikan di film ini, sangat menghibur.
Tidak ditemukan cheese-ness yang terlalu menganggu ala Bollywood di film ini. Tidak ada adegan kerjar-kejaran di padang rumput sambil menyanyi dan menari ala India. Adegan-adegan ala Bollywood-isme itu diganti dengan suasana noir di awal, menit-menit penuh ketegangan menjelang pertengahan, hingga nuansa western menjelang akhir. Transisi dan kait-mengait antar suasana itu pun terjalin mulus. Lebih dari itu, sekalipun tidak ada adegan-adegan nyanyian-tarian ala India, film ini tidak kehilangan atomosfir Bollywoodnya.
“Kites,” yang artinya layang-layang, dibuka dengan gambaran dua layang-layang yang sedang terbang, diiringi dengan sebuah narasi tentang filosofi dua layang-layang. “Bila dua layang-layang terlalu lama saling berdekatan, maka, salah satu pasti akan putus.” Filosofi ini memang sesuai dan menggambarkan, kurang lebih, nasib dari hero di film ini.
J (Hrithik Roshan) ditemukan berlumuran darah di sebuah gerobong kereta di sebuah pedesaan Meksiko. Penduduk setempat membantunya. Dan setelah pulih, J beranjak mencari kekasihnya. Kisah tentang J pun diceritakan dengan cara flashback. J adalah seorang guru tari di Las Vegas, yang juga melakukan pekerjaan sampingan menjual popcorn, menyewakan DVD bajakan, dan menikahi wanita-wanita imigran agar mereka bisa mendapatkan “kartu hijau.” Namun, J tidak pernah kaya, seperti yang selalu diucapkannya, “Dewi rezeki selalu mengetuk pintunya, sayangnya dia selalu sedang bernyanyi di kamar mandi.” Termasuk ketika Gina (Kangana Ranaut), salah seorang gadis yang mengikuti kelas tarinya, mendadak masuk ke dalam kamarnya. Gina, secara tiba-tiba, menyatakan citnanya pada J. Sayangnya, J sama sekali tidak mencintainya. J menolaknya. Namun, ketika J menyadari Gina adalah putri dari pemilik gedung kasino yang mempunyai kuasa di kota ini, J mendekati Gina demi uang.
Tidak diduga, di rumah pantai keluarga Gina, J bertemu dengan Natasha (Barbara Mori), gadis hispanik tunangan Tony (Nick Brown), kakaknya Gina. Sebuah perjumpaan yang mengejutkan bagi J, karena sebenarnya Natasha dan J masih berstatus “suami-istri.” Yap, Natasha adalah salah satu gadis hispanik imigran yang dinikahinya, yang sebenarnya bernama Linda.
Suasana noir mewarnai bagain awal film ini. Dan dari sini, terkuak pula bahwa sebenarnya Linda lah gadis yang dicintai oleh J. J sendiri dihantui oleh dilema. Semakin lama dia melihat Linda bersama Tony, semakin J terkoyak. Namun, J sendiri tahu bahya semacam apa yang bakal mengancamnya. Di sebuah malam panjang berdua antara J dan Linda, dua-duanya saling mengakui bahwa mereka sama-sama mendekati harta pasangan masing-masing.
Suasana pun berubah menjadi kacau ketika J menodongkan pistol ke kepala Tony lalu membawa kabur Linda. Tony, dan keluarganya yang berkuasa, tentu tidak tinggal diam atas penghinaan ini. Dari suasana noir, film ini berubah perlahan-lahan menjadi sebuah chasing thriller ( kerjar-kejaran) yang penuh aksi.
Hrithik Roshan, sang aktor utama, patut diberi jempol bukan hanya karena sebagain besar stunt yang konon beliau lakukan sendiri. Tapi karena beliau juga mampu menopang beban berat film ini. Sebagai karakter utama, he's quite worth watching. Barabari Mori pun cukup memikat. Dua-duanya tampil dengan chemistry yang cukup meyakinkan, belum lagi dua-duanya sama-sama bermata hijau, dan punya senyum serupa pula.
Dan bagi yang bermasalah dengan film-film Bollywood, film yang ini agak berbeda dengan roman Bollywood umumnya. Film ini, bisa dibilang, versi westernisasi dari Bollywood tanpa kehilangan unsur Bollywoodnya. Saya pun sadar film ini penuh dengan unsur-unsur melodramatis, too good to be true, bahkan fairytale-isme – yang mana kesemuanya itu memang ciri khas Bollywood sekali. Lagipula “Kites,” pada dasarnya, memang film popcorn (film hiburan). Anggap saja ini film hiburan (semacam “Iron Man,” dan sebagainya). Dan sebagai film hiburan, film ini tampil sangat menghibur. Menyimak usaha mati-matian dua sejoli memperjuangan cinta mereka yang disajikan di film ini, sangat menghibur.
Tidak ditemukan cheese-ness yang terlalu menganggu ala Bollywood di film ini. Tidak ada adegan kerjar-kejaran di padang rumput sambil menyanyi dan menari ala India. Adegan-adegan ala Bollywood-isme itu diganti dengan suasana noir di awal, menit-menit penuh ketegangan menjelang pertengahan, hingga nuansa western menjelang akhir. Transisi dan kait-mengait antar suasana itu pun terjalin mulus. Lebih dari itu, sekalipun tidak ada adegan-adegan nyanyian-tarian ala India, film ini tidak kehilangan atomosfir Bollywoodnya.
HAey......
BalasHapusLam kNal ea......
jd Follow aQ doNk.....
@Azwar Donk:
BalasHapusMampir ke page (tulisan) tentang film "Kites" ini cuma buat say "HAI" doang?
Say "HAI" di kota chat aja. Kan sudah disediain.