Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Andrew Niccol
Pemain: Ethan Hawke, Uma Thurman, Jude Law, Gore Vidal, Loren Dean, Xander Berkeley, Jayne Brook, Elias Koteas, Maya Rudolph, Blair Underwood, Ernest Borgnine, Tony Shalhoub, Alan Arkin
Tahun Rilis: 1997
Pemain: Ethan Hawke, Uma Thurman, Jude Law, Gore Vidal, Loren Dean, Xander Berkeley, Jayne Brook, Elias Koteas, Maya Rudolph, Blair Underwood, Ernest Borgnine, Tony Shalhoub, Alan Arkin
Tahun Rilis: 1997
Dalam dunia futuristik Gattaca yang berlatar “the not-so-distant future” (masa depan yang tidak begitu jauh), bioteknologi sudah berkembang pesat—lebih pesat dari 2010 ini. Di masa ini rekayasa genetika sudah legal, bahkan berperan penting dalam penentuan status sosial. Bayi-bayi diproduksi secara berkala dengan spesifikasi tertentu sesuai kebutuhan. Bukan masa depan yang sempurna, tentu, tapi sebagai hasilnya, Gattaca tidak menjadi sekedar sci-fi thriller, lebih jauh lagi, Gattaca adalah sebuah kisah ketika sains sudah berjalan melampaui batasan moral dan etika.
Bayi-bayi artifisial yang didesain sesempurna mungkin, IQ tinggi, fisik sempurna, tampan nan rupawan pula, mendapatkan masa depan cerah di Gattaca. Sementara “bayi Tuhan”—yang lahir alami—hanya jadi pekerja kasar. Ini adalah salah satu isu sosial yang dibahas Gattaca: diskriminasi genetik. Kisah dalam Gattaca bersentral pada pria yang menentang sistem—melawan diskiriminasi genetik tersebut. Vincent (Ethan Hawke) lahir dengan cara kuno (alami). Tes genetiknya menunjukkan bahwa dia memiliki pengelihatan yang buruk, masalah jantung, dan kemungkinan jangka hidup sekitar 30,2 tahun. DNA Vincent dikategorikan “In-Valid.” Vincent diperkerjakan sebagai tukang bersih-bersih di tempat peluncuran roket, di mana dia selalu bermimpi suatu saat bakal meluncur.
Vincent tidak menerima takdirnya. Vincent punya adik bernama Anton (Loren Dean), yang lahir dengan bantuan rekayasa genetika, yang selalu mengalahkan Vincent dalam hal apapun. Vincent bermimpi—atau bercita-cita—menjadi anggota ekspedisi ke Titan—salah satu satelit alami Saturnus. Dengan menggunakan bantuan pialang DNA ilegal, Vincent dipertemukan dengan Jerome (Jude Law), pria yang mempunya gen sempurna untuk berkerja di Gattaca, tapi lumpuh karena suatu kecelakaan. Jerome menyediakan sampel darah, sampel urin, dan memperbolehkan Vincent menggunakan identitasnya. Vincent, yang telah menggunakan identitas Jerome, berjuang di Gattaca demi impiannya.
Nuansa thriller-nya mulai terasa ketika terjadi pembunuhan di Gattaca, seorang direktur Gattaca ditemukan terbunuh. Seorang detektif (Alan Arkin) mulai melakukan penyelidikan di Gattaca. Bulu mata Vincent (bukan Jerome) ditemukan, dan teridentifikasi sebagai “In-Valid.” Satu per satu personil diperiksa—termasuk DNA-nya. Yang jadi thrilling point-nya bukan pembunuhannya, atau suspense siapakah pembunuh sebenarnya, melainkan bagaimana usaha Vincent lolos dari berbagai macam pemeriksaan DNA di Gattaca. Di saat yang bersamaan, Vincent mulai menjalin hubungan dengan seorang wanita, teman kerjanya, Irene (Uma Thurman). Tapi tidak mudah berkencan dengan situasi seperti yang sedang dihadapi Vincent.
Gattaca adalah salah satu dari segelintir sci-fi pintar, di saat rata-rata sci-fi hanya bisa menyuguhkan sekelas Transformer. Film ini merupakan perpaduan menarik antara ide pintar, thriller, visualisasi menawan, dan isu provokatif yang dibahas. Kasarnya, ini bukan sci-fi yang sekedar menyuguhkan keseruan gambaran futuristik, tapi juga memberikan bobot berupa bahasan yang bahkan bisa dihubungkan dengan permasalahan serupa di dunia nyata sekarang.
Ada adegan ketika Vincent dan Irene menonton sebuah konser piano. Pria yang memainkan piano itu berjari dua belas—lahir tanpa bantuan rekayasa genetika. Akankah pria itu tetap bisa jadi pianis yang piawai andaikata dilahirkan dengan bantuan rekayasa genetika?
Terlepas dari pujian yang diperoleh Gattaca, film ini gagal dalam box office. Gattaca bahkan gagal mendapatkan kembali uang sejumlah modal yang digunakan. Gattaca juga dijadikan bahan perdebatan para ahli. Di tahun 1997, film ini di-review dalam jurnal Nature Genetics oleh seorang ahli biologi molekuler, Lee M. Silver. Buat saya sendiri, di masa kini, ketika kebanyakan sci-fi cuma berupa adegan heboh-hebohan semata, Gattaca bisa jadi salah satu tontonan yang sangat mengobati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar