Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Joe Carnahan
Pemain: Liam Neeson, Bradley Cooper, Quinton Jackson, Sharlto Copley, Jessica Biel, Patrick Wilson, Brian Bloom
Tahun Rilis: 2010
Film ini dibuat berdasarkan serial TV The A-Team (1983-1987).
Sutradara: Joe Carnahan
Pemain: Liam Neeson, Bradley Cooper, Quinton Jackson, Sharlto Copley, Jessica Biel, Patrick Wilson, Brian Bloom
Tahun Rilis: 2010
Film ini dibuat berdasarkan serial TV The A-Team (1983-1987).
The A-Team sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan action-summer movie lainnya. Film ini bertopang pada kehebohan-kehebohan spesial efek yang semerbak di sepanjang film. Permasalahan klise film semacam ini adalah kedangkalan, entah itu kedangkalan cerita atau kedangkalan penokohan. Tidak semua film-film semacam ini dangkal, Inception membuktikan tidak semua summer movie mempunyai plot yang dangkal dan tampil sekedar sebagai pameran CGI (dengan kata lain CGI dimanfaatkan sebagai penunjuang visualisasi, bukan menu utama), dan The Hurt Locker merupakan contoh di mana aksi-aksi yang dibuat riil ternyata tidak kalah membangun adrenalin ketimbang aksi hasil CGI.
Sayangnya The A-Team malah termasuk golongan film-film yang, mungkin, menganggap CGI adalah sesuatu yang lebih substansial ketimbang unsur-unsur intrinsik lainnya yang jauh lebih penting. Tipikal film semacam ini yang selalu membuat saya merindukan film-film aksi klasik, seperti Rambo, di mana dengan aksi yang lebih bersahaja film-film tersebut mampu menghasilkan tensi yang nyata (bukan plastik). Dan jelas perbedaan prinsip penempatan CGI ini lah yang membedakan antara film yang menyenangkan dan film yang murahan.
Bagi mereka yang masih peduli dengan sinopsis, ini lah sinopsis film ini: sebuah grup mantan tentara elit (A-Team), yang masing-masing tengah dianggap buronan karena kabur dari penjara (atas keputusan pengadilan militer), berusaha memberihkan nama baik mereka. Titik. Cerita film ini sesimpel itu, dan dari situ pun sudah bisa ditebak ke arah mana film ini dibawa, dan bagaimana kira-kira film ini akan berakhir. Jangan salah paham dulu, tema klise-sederhana bisa saja menjadi tontonan yang sangat menyenangkan andai dikemas dengan baik. Tentu, karena film ini, sekali lagi, melupakan pentingnya unsur intrinsik yang baik, cerita film ini pun hanya berakhir sebatas film jempol semata.
Grup ini terdiri dari empat orang: John “Hannibal” Smith (Liam Neeson) yang bertindak sebagai pemimpin sekaligus pemikir; Templeton “Faceman” Peck (Bradley Cooper), playboy sixpack yang selalu punya masalah bila dihadapkan dengan perempuan; B.A. Baracus (Quinton Jackson), pria kulit hitam berbadan gorila tapi mengidap aviatophobia; H.M. “Howling Mad” Murdock (Sharlto Copley), pilot helikopter handal yang mampu terbang berputar 360 derajat sambil dikejar-kejar misil dari belakang, tapi mempunya masalah kewarasan. Para maniak-aksi-aksi-CGI-gila-gilaan mungkin bakal menyatakan penokohan tersebut termasuk unik untuk film aksi. Tapi tidak, bagi saya, penokohan empat tokoh utama di film ini termasuk dangkal, sama dangkalnya dengan film-film aksi dangkal sejenis. Dan tidak satupun pemain, bahkan seorang Liam Neeson, yang mampu menangkat derajat tokohnya, karena dari awal penokohan film ini memang setipis ini.
Kalau sutradara film ini mengira dengan menampilkan multiple villain, maka kenikmatan yang bakal saya rasa juga bakal berlipat-lipat ganda. Tidak sama sekali! Aksi-aksi film ini dibuat sesepektakuler mungkin, yang paling mencengangkan bagi saya adalah penggunaan hukum gravitasi pada tank yang jatuh bebas dari ketinggan beribu-ribu kaki dari Bumi. Saya sama sekali belum pernah menonton serial televisi The A-Team yang merupakan dasar dari film ini, bahkan saya baru tahu serial televisi tersebut dari film ini. Jadi, saya tidak akan membandingkan serial televisi tahun 80-an itu dengan film tahun 2010-nya. Hanya saja, film tahun 2010 ini sama sekali bukan tontonan yang menyenangkan buat saya.
Sayangnya The A-Team malah termasuk golongan film-film yang, mungkin, menganggap CGI adalah sesuatu yang lebih substansial ketimbang unsur-unsur intrinsik lainnya yang jauh lebih penting. Tipikal film semacam ini yang selalu membuat saya merindukan film-film aksi klasik, seperti Rambo, di mana dengan aksi yang lebih bersahaja film-film tersebut mampu menghasilkan tensi yang nyata (bukan plastik). Dan jelas perbedaan prinsip penempatan CGI ini lah yang membedakan antara film yang menyenangkan dan film yang murahan.
Bagi mereka yang masih peduli dengan sinopsis, ini lah sinopsis film ini: sebuah grup mantan tentara elit (A-Team), yang masing-masing tengah dianggap buronan karena kabur dari penjara (atas keputusan pengadilan militer), berusaha memberihkan nama baik mereka. Titik. Cerita film ini sesimpel itu, dan dari situ pun sudah bisa ditebak ke arah mana film ini dibawa, dan bagaimana kira-kira film ini akan berakhir. Jangan salah paham dulu, tema klise-sederhana bisa saja menjadi tontonan yang sangat menyenangkan andai dikemas dengan baik. Tentu, karena film ini, sekali lagi, melupakan pentingnya unsur intrinsik yang baik, cerita film ini pun hanya berakhir sebatas film jempol semata.
Grup ini terdiri dari empat orang: John “Hannibal” Smith (Liam Neeson) yang bertindak sebagai pemimpin sekaligus pemikir; Templeton “Faceman” Peck (Bradley Cooper), playboy sixpack yang selalu punya masalah bila dihadapkan dengan perempuan; B.A. Baracus (Quinton Jackson), pria kulit hitam berbadan gorila tapi mengidap aviatophobia; H.M. “Howling Mad” Murdock (Sharlto Copley), pilot helikopter handal yang mampu terbang berputar 360 derajat sambil dikejar-kejar misil dari belakang, tapi mempunya masalah kewarasan. Para maniak-aksi-aksi-CGI-gila-gilaan mungkin bakal menyatakan penokohan tersebut termasuk unik untuk film aksi. Tapi tidak, bagi saya, penokohan empat tokoh utama di film ini termasuk dangkal, sama dangkalnya dengan film-film aksi dangkal sejenis. Dan tidak satupun pemain, bahkan seorang Liam Neeson, yang mampu menangkat derajat tokohnya, karena dari awal penokohan film ini memang setipis ini.
Kalau sutradara film ini mengira dengan menampilkan multiple villain, maka kenikmatan yang bakal saya rasa juga bakal berlipat-lipat ganda. Tidak sama sekali! Aksi-aksi film ini dibuat sesepektakuler mungkin, yang paling mencengangkan bagi saya adalah penggunaan hukum gravitasi pada tank yang jatuh bebas dari ketinggan beribu-ribu kaki dari Bumi. Saya sama sekali belum pernah menonton serial televisi The A-Team yang merupakan dasar dari film ini, bahkan saya baru tahu serial televisi tersebut dari film ini. Jadi, saya tidak akan membandingkan serial televisi tahun 80-an itu dengan film tahun 2010-nya. Hanya saja, film tahun 2010 ini sama sekali bukan tontonan yang menyenangkan buat saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar