Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Louis Leterrier
Pemain: Sam Worthington, Mads Mikkelsen, Alexa Davalos, Danny Huston, Gemma Arterton
Pete Postlethwaite, Ralph Fiennes, Liam Neeson
Tahun Rilis: 2010
Film ini merupakan remake dari film “Clash of the Titans” (1981) karya Desmond Davis.
MELIHAT trailer bahkan posternya saja saya sudah sadar film semacam ini memang dibikin dengan tujuan utama untuk popcorn (baca: hiburan) semata. Sebenarnya sudah tiga minggu yang lalu saya menyimak versi remake ini, tapi saya putuskan untuk menunda menulis resensi karena saya penasaran dengan versi aslinya. Rasanya, tidak adil saja mengulas versi remake tanpa tahu versi orisinilnya terlebih dahulu.
Sutradara: Desmond Davis
Pemain: Laurence Olivier, Harry Hamlin, Judi Bowker, Maggie Smith, Ursula Andress
Tahun Rilis: 1981
Akhirnya, untuk memuaskan rasa penasaran saya, saya pun ngotot menyimak versi jadul “Clash of the Titans” via YouTube (klik link kalau pingin melihat versi asli di YouTube).
Versi 1981 film ini dibintangi sejumlah nama veteran-veteran Hollywood, sebut saja di antaranya: Maggie Smith dan Lawrence Olivier. Setelah menyimak versi orisinilnya, bisa saya simpulkan versi 2010 “Clash of the Titans” merupakan remake dengan penyederhanaan cerita di beberapa bagian. Hanya saja, menurut saya, cara penceritaan versi orisinil “Clash of the Titans” lebih menyenangkan untuk diikuti. Garis besar cerita kedua film itu tetap sama, tentang petualangan Perseus, anak Zeus, membunuh Kraken. Jadi, rasanya tidak perlu lagi membahas perihal cerita.
Kalau yang jadi pembanding adalah efek (special efek), tentu versi orisinilnya kalah angka. Tepatnya, versi orisinil “Clash of the Titans” sudah pasti kalah zaman dibanding versi 2010 yang notabene heavy budget dan didukung pula oleh teknologi CGI masa kini.
Tapi permasalahannya bukan hanya pada kecanggihan visualisasi semata. Masalah utamanya, setidaknya bagi saya, versi orisinil film ini terasa jauh lebih karismatik sekaligus misterus ketimbang remake-nya. Di versi aslinya pun lebih terasa nilai-nilai heroismenya. Bahkan dari segi kostum dan design set, versi orisinilnya lebih terasa misterius ketimbang remake-nya (kecuali untuk urusan spesial efek).
Itu dia permasalahan utama versi remake-nya: CGI super canggihnya. Visualisasi super canggih versi 2010 sudah membunuh habis-habisan karisma, kemisteriusan, sampai nilai-nilai heroik dari versi orisinilnya. Saya rasa masalah ini tidak hanya dihadapi oleh “Clash of the Titans”, tapi memang itulah problematika umum film-film remake masa kini.
Tokoh utama. Rasanya perbandingan penampilan kedua tokoh utamanya pun patut diperhitungkan. Sam Worthington (pemeran Perseus di versi 2010) sudah kalah telak kalau dibandingkan dengan penampilan Harry Hamlin (pemeran Perseus di versi 1981). Setidaknya, penyelamat versi remake-nya, penampilan-penampilan pemain pendukung di versi remake (terutama pemeran Zeus dan Hades) mampu menyeimbangi penampilan di versi orisinil.
Bahkan versi aslinya pun kekurangan unsur fun untuk sekedar film-film popcorn.
Sutradara: Louis Leterrier
Pemain: Sam Worthington, Mads Mikkelsen, Alexa Davalos, Danny Huston, Gemma Arterton
Pete Postlethwaite, Ralph Fiennes, Liam Neeson
Tahun Rilis: 2010
Film ini merupakan remake dari film “Clash of the Titans” (1981) karya Desmond Davis.
MELIHAT trailer bahkan posternya saja saya sudah sadar film semacam ini memang dibikin dengan tujuan utama untuk popcorn (baca: hiburan) semata. Sebenarnya sudah tiga minggu yang lalu saya menyimak versi remake ini, tapi saya putuskan untuk menunda menulis resensi karena saya penasaran dengan versi aslinya. Rasanya, tidak adil saja mengulas versi remake tanpa tahu versi orisinilnya terlebih dahulu.
Sutradara: Desmond Davis
Pemain: Laurence Olivier, Harry Hamlin, Judi Bowker, Maggie Smith, Ursula Andress
Tahun Rilis: 1981
Akhirnya, untuk memuaskan rasa penasaran saya, saya pun ngotot menyimak versi jadul “Clash of the Titans” via YouTube (klik link kalau pingin melihat versi asli di YouTube).
Versi 1981 film ini dibintangi sejumlah nama veteran-veteran Hollywood, sebut saja di antaranya: Maggie Smith dan Lawrence Olivier. Setelah menyimak versi orisinilnya, bisa saya simpulkan versi 2010 “Clash of the Titans” merupakan remake dengan penyederhanaan cerita di beberapa bagian. Hanya saja, menurut saya, cara penceritaan versi orisinil “Clash of the Titans” lebih menyenangkan untuk diikuti. Garis besar cerita kedua film itu tetap sama, tentang petualangan Perseus, anak Zeus, membunuh Kraken. Jadi, rasanya tidak perlu lagi membahas perihal cerita.
Kalau yang jadi pembanding adalah efek (special efek), tentu versi orisinilnya kalah angka. Tepatnya, versi orisinil “Clash of the Titans” sudah pasti kalah zaman dibanding versi 2010 yang notabene heavy budget dan didukung pula oleh teknologi CGI masa kini.
Tapi permasalahannya bukan hanya pada kecanggihan visualisasi semata. Masalah utamanya, setidaknya bagi saya, versi orisinil film ini terasa jauh lebih karismatik sekaligus misterus ketimbang remake-nya. Di versi aslinya pun lebih terasa nilai-nilai heroismenya. Bahkan dari segi kostum dan design set, versi orisinilnya lebih terasa misterius ketimbang remake-nya (kecuali untuk urusan spesial efek).
Itu dia permasalahan utama versi remake-nya: CGI super canggihnya. Visualisasi super canggih versi 2010 sudah membunuh habis-habisan karisma, kemisteriusan, sampai nilai-nilai heroik dari versi orisinilnya. Saya rasa masalah ini tidak hanya dihadapi oleh “Clash of the Titans”, tapi memang itulah problematika umum film-film remake masa kini.
Tokoh utama. Rasanya perbandingan penampilan kedua tokoh utamanya pun patut diperhitungkan. Sam Worthington (pemeran Perseus di versi 2010) sudah kalah telak kalau dibandingkan dengan penampilan Harry Hamlin (pemeran Perseus di versi 1981). Setidaknya, penyelamat versi remake-nya, penampilan-penampilan pemain pendukung di versi remake (terutama pemeran Zeus dan Hades) mampu menyeimbangi penampilan di versi orisinil.
Bahkan versi aslinya pun kekurangan unsur fun untuk sekedar film-film popcorn.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar