Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: John Maybury
Pemain: Keira Knightley, Sienna Miller, Cillian Murphy, Matthew Rhys
Tahun Rilis: 2008
SETIDAKNYA, atraksi keempat pemain utamanya lah yang mampu menangkat nilai film ini. Itu salh satu nilai bagus yang bisa saya katakan dari opera puitis percintaan berlatar masa perang yang satu ini.
Oke, saya tidak akan bicara panjang lebar tentang film ini.
Film ini bercerita tentang kompleksitas dilema Dylan Thomas, penyair terkenal Wales (1914-1953, benar-benar tokoh nyata). Di satu sisi, Dylan harus menghadapi hubungannya bersama istrinya, Cailin MacNamara. Di sisi lain, Dylan pun harus berussan dengan rasa cinta pada kekasih kanak-kanaknya, Vera Phillips, yang di sekitar seperempat film menikah dengan seorang perwira perang, William Killick. Tendensi utama film ini sebenarnya menunjukkan kompleksitas hubungan manusia: dilema antara dua perempuan, tentang persahabatan, bagaimana perang bisa menumpulkan perasaan, dilema-dilema suami-istri, kepercayaan, efek ekonomi, hingga efek munculnya anak dalam rumah tangga.
Sayangnya, skenario film ini malah menghasilkan kesan yang berbalik dari tujuan awalnya. Akibatnya, kesan yang didapat dari tiap tokohnya pun bukanlah simpatik tapi sebaliknya. Skenarionya malah membuat tujuan-tujuan utama tadi berbalik menjadi sesuatu yang terasa tidak penting di akhir kisah. Lebih lagi, skenario film ini, yang kadang memberi kesan fairy tale kadang memberi kesan realis, malah membuat penonton tidak tergerakkan. Singkatnya, skenario film ini kurang provokatif.
Sungguh disayangkan, padahal empat-empat nama yang dipampangkan sebagai pemain utama sudah menampilkan atraksi yang bagus sebagai tokoh masing-masing. Sinematografi cantik juga cukup memanjakan mata. Tapi memang, unsur intrinsik utama film (bagi saya) adalah ceritanya, dan film ini tidak berhasil (tidak juga gagal total) dari segi cerita. Setidaknya, gambar-gambar cantik, musik, hingga penampilan tokohnya bisa jadi tayangan memanjakan dari “The Edge of
Sutradara: John Maybury
Pemain: Keira Knightley, Sienna Miller, Cillian Murphy, Matthew Rhys
Tahun Rilis: 2008
Not for the proud man apart
From the raging moon I write
On these spindrift pages
Nor for the towering dead
With their nightingales and psalms
But for the lovers, their arms
Round the griefs of the ages,
Who pay no praise or wages
Nor heed my craft or art.
–Dylan Thomas
From the raging moon I write
On these spindrift pages
Nor for the towering dead
With their nightingales and psalms
But for the lovers, their arms
Round the griefs of the ages,
Who pay no praise or wages
Nor heed my craft or art.
–Dylan Thomas
SETIDAKNYA, atraksi keempat pemain utamanya lah yang mampu menangkat nilai film ini. Itu salh satu nilai bagus yang bisa saya katakan dari opera puitis percintaan berlatar masa perang yang satu ini.
Oke, saya tidak akan bicara panjang lebar tentang film ini.
Film ini bercerita tentang kompleksitas dilema Dylan Thomas, penyair terkenal Wales (1914-1953, benar-benar tokoh nyata). Di satu sisi, Dylan harus menghadapi hubungannya bersama istrinya, Cailin MacNamara. Di sisi lain, Dylan pun harus berussan dengan rasa cinta pada kekasih kanak-kanaknya, Vera Phillips, yang di sekitar seperempat film menikah dengan seorang perwira perang, William Killick. Tendensi utama film ini sebenarnya menunjukkan kompleksitas hubungan manusia: dilema antara dua perempuan, tentang persahabatan, bagaimana perang bisa menumpulkan perasaan, dilema-dilema suami-istri, kepercayaan, efek ekonomi, hingga efek munculnya anak dalam rumah tangga.
Sayangnya, skenario film ini malah menghasilkan kesan yang berbalik dari tujuan awalnya. Akibatnya, kesan yang didapat dari tiap tokohnya pun bukanlah simpatik tapi sebaliknya. Skenarionya malah membuat tujuan-tujuan utama tadi berbalik menjadi sesuatu yang terasa tidak penting di akhir kisah. Lebih lagi, skenario film ini, yang kadang memberi kesan fairy tale kadang memberi kesan realis, malah membuat penonton tidak tergerakkan. Singkatnya, skenario film ini kurang provokatif.
Sungguh disayangkan, padahal empat-empat nama yang dipampangkan sebagai pemain utama sudah menampilkan atraksi yang bagus sebagai tokoh masing-masing. Sinematografi cantik juga cukup memanjakan mata. Tapi memang, unsur intrinsik utama film (bagi saya) adalah ceritanya, dan film ini tidak berhasil (tidak juga gagal total) dari segi cerita. Setidaknya, gambar-gambar cantik, musik, hingga penampilan tokohnya bisa jadi tayangan memanjakan dari “The Edge of
Tidak ada komentar:
Posting Komentar