Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Ringan Ledwidge
Pemain: Scott Mechlowicz, Amelia Warner, Shaun Evans
Tahun Rilis: 2007
MENGGABUNGKAN road movie dan thriller adalah yang disajikan di dalam “Gone,” film produksi Inggris dan Australia. Sesuai dengan tagline-nya: The trip of a lifetime. Cuma sekedar mengingatkan: this one is not a “gore thriller.”
Dihiasi dengan pemandangan-pemandangan liar di bawah langit biru Australia, “Gone” menyajikan ketegangan tentang intensitas psikologis tiga orang anak muda yang sedang melakukan sebuah perjalanan.
Alex (Shaun Evans), seorang pemuda Inggris, baru saja tiba di Sydney, Australia. Setengah tersesat (hanya dibantu sebuah buku panduan tebal), Alex berniat menemui Sophie (Amelia Warner), pacarnya. Muncul Taylor (Scott Mechlowicz), seorang pemuda Amerika. Taylor tipe pemuda yang misterius, sekaligus karismatik. Alex danTaylor menghabiskan waktu berliar-liaran semalaman. Besoknya, Taylor menawarkan tumpangan pada Alex. Dan Alex menyetujui.
Berhasil menemui Sophie, perjalanan Alex bersama Taylor (pemuda asing yang dalam waktu singkat menjadi teman seperjalanannya) tidak lantas langsung berhenti. Taylor mawarkan sebuah tur/travel/petualangan pada keduanya. Bertiga, mereka pun melanjutkan perjalanan. Masalahnya tidak berhenti sampai di situ. Ada sesuatu yang misterius dari Taylor. Taylor memandangi Sophie lekat-lekat di supermarket. Dan Alex sadar. Mulanya Alex tidak terlalu pusing, tapi lama-lama jelas Alex makin curiga. Dan Sophie, dia satu-satunya gadis di antara dua laki-laki di perjalanan tersebut.
Kurang lebih begitulah premis film ini.
Arah cerita film ini sudah jelas sekali bisa dengan gampang ditebak mulai dari detik-detik hadirnya Sophi dalam perjlanan. Tapi “Gone” bukan thriller tentang tebak-tebakkan pula. Bukan pula thriller yang ditujukan untuk menyajikan rahasia yang wah di akhir cerita. Tapi “Gone” memberikan sebuah ketegangan dari sisi gejolak psikologis tiga tokohnya (bagi yang suka tipe-tipe thriller seperti ini). “Gone” adalah contoh thriller yang cukup baik untuk sebuah kajian psikologis.
Karakterisasi antar tokohnya mungkin standar (tidak terlalu unik), tapi tindakan-tindakan yang dilakukan tiap tokoh dalam “Gone” membuat film ini menjadi salah satu penelaahan human nature yang menarik. Alex dan Sophie jelas dihadapan pada tekanan situasi. Taylor tampil sebagi sosok misterus dan karismatik. Jelas ada misteri dibalik sosok Taylor. Dia hobi megumpulkan foto-foto polaroid fanatik Alex dan Sophie. Semakin lama, Taylor makin menjadi-jadi melakukan tindakan misteriusnya. Alex sendiri semakin lama semakin sadar akan motif jahat Taylor. Perasaan cemasnya semakin menjadi-jadi seiring dengan menjadi-jadinya ketertarikan Taylor pada Sophie. Sementara Sophie, yang merupakan gadis tenang dan paling tidak emosian dari keduanya, sama sekali tidak sadar akan ketertarikan Taylor. Sophie diposisikan pada sebuah dilema: di satu sisi dia adalah kekasih Alex (yang semakin lama semakin menunjukkan ketidaksukaan pada Taylor), di sisi lain Sophie jelas merasa tidak enak dengan Taylor.
Suspense yang disajikan termasuk rapi. Intensitas ketegangan antar ketiga tokoh pun terbangung dengan baik. Scott Mechlowicz dan Shaun Evans memberikan sebuah nuansa nyata dari penampilan mereka. Amelia Warner juga mampu tampil tenang sekaligus menggoda. Potret liar Australia yang dijadikan latar juga jelas sekal mampu membantu membangun tensi cerita. Sayangnya semua kualitas itu seolah-olah menurun di akhir film. “Gone” malah menyajikan ending standar sebuah film-film psikopat tanpa embel-embel yang bisa membantu mendongkrak kualitas ending-nya. Sayang sekali, setelah semua tontonan psikologis yang dihadirkan dari awal, “Gone” berakhir dengan sangat standar. Walau begitu, terlepas dari kebobrokan ending-nya, “Gone” sudah menyajikan sebuah tontonan yang cukup intens.
Sutradara: Ringan Ledwidge
Pemain: Scott Mechlowicz, Amelia Warner, Shaun Evans
Tahun Rilis: 2007
MENGGABUNGKAN road movie dan thriller adalah yang disajikan di dalam “Gone,” film produksi Inggris dan Australia. Sesuai dengan tagline-nya: The trip of a lifetime. Cuma sekedar mengingatkan: this one is not a “gore thriller.”
Dihiasi dengan pemandangan-pemandangan liar di bawah langit biru Australia, “Gone” menyajikan ketegangan tentang intensitas psikologis tiga orang anak muda yang sedang melakukan sebuah perjalanan.
Alex (Shaun Evans), seorang pemuda Inggris, baru saja tiba di Sydney, Australia. Setengah tersesat (hanya dibantu sebuah buku panduan tebal), Alex berniat menemui Sophie (Amelia Warner), pacarnya. Muncul Taylor (Scott Mechlowicz), seorang pemuda Amerika. Taylor tipe pemuda yang misterius, sekaligus karismatik. Alex danTaylor menghabiskan waktu berliar-liaran semalaman. Besoknya, Taylor menawarkan tumpangan pada Alex. Dan Alex menyetujui.
Berhasil menemui Sophie, perjalanan Alex bersama Taylor (pemuda asing yang dalam waktu singkat menjadi teman seperjalanannya) tidak lantas langsung berhenti. Taylor mawarkan sebuah tur/travel/petualangan pada keduanya. Bertiga, mereka pun melanjutkan perjalanan. Masalahnya tidak berhenti sampai di situ. Ada sesuatu yang misterius dari Taylor. Taylor memandangi Sophie lekat-lekat di supermarket. Dan Alex sadar. Mulanya Alex tidak terlalu pusing, tapi lama-lama jelas Alex makin curiga. Dan Sophie, dia satu-satunya gadis di antara dua laki-laki di perjalanan tersebut.
Kurang lebih begitulah premis film ini.
Arah cerita film ini sudah jelas sekali bisa dengan gampang ditebak mulai dari detik-detik hadirnya Sophi dalam perjlanan. Tapi “Gone” bukan thriller tentang tebak-tebakkan pula. Bukan pula thriller yang ditujukan untuk menyajikan rahasia yang wah di akhir cerita. Tapi “Gone” memberikan sebuah ketegangan dari sisi gejolak psikologis tiga tokohnya (bagi yang suka tipe-tipe thriller seperti ini). “Gone” adalah contoh thriller yang cukup baik untuk sebuah kajian psikologis.
Karakterisasi antar tokohnya mungkin standar (tidak terlalu unik), tapi tindakan-tindakan yang dilakukan tiap tokoh dalam “Gone” membuat film ini menjadi salah satu penelaahan human nature yang menarik. Alex dan Sophie jelas dihadapan pada tekanan situasi. Taylor tampil sebagi sosok misterus dan karismatik. Jelas ada misteri dibalik sosok Taylor. Dia hobi megumpulkan foto-foto polaroid fanatik Alex dan Sophie. Semakin lama, Taylor makin menjadi-jadi melakukan tindakan misteriusnya. Alex sendiri semakin lama semakin sadar akan motif jahat Taylor. Perasaan cemasnya semakin menjadi-jadi seiring dengan menjadi-jadinya ketertarikan Taylor pada Sophie. Sementara Sophie, yang merupakan gadis tenang dan paling tidak emosian dari keduanya, sama sekali tidak sadar akan ketertarikan Taylor. Sophie diposisikan pada sebuah dilema: di satu sisi dia adalah kekasih Alex (yang semakin lama semakin menunjukkan ketidaksukaan pada Taylor), di sisi lain Sophie jelas merasa tidak enak dengan Taylor.
Suspense yang disajikan termasuk rapi. Intensitas ketegangan antar ketiga tokoh pun terbangung dengan baik. Scott Mechlowicz dan Shaun Evans memberikan sebuah nuansa nyata dari penampilan mereka. Amelia Warner juga mampu tampil tenang sekaligus menggoda. Potret liar Australia yang dijadikan latar juga jelas sekal mampu membantu membangun tensi cerita. Sayangnya semua kualitas itu seolah-olah menurun di akhir film. “Gone” malah menyajikan ending standar sebuah film-film psikopat tanpa embel-embel yang bisa membantu mendongkrak kualitas ending-nya. Sayang sekali, setelah semua tontonan psikologis yang dihadirkan dari awal, “Gone” berakhir dengan sangat standar. Walau begitu, terlepas dari kebobrokan ending-nya, “Gone” sudah menyajikan sebuah tontonan yang cukup intens.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar