Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Gus Van Sant
Pemain: Matt Dillon, Kelly Lynch, James Le Gros, Heather Graham, Max Perlich, James Remar, Grace Zabriskie, William S. Burroughs
Tahun Rilis: 1989
PERNAH lihat “Bonnie and Clyde,” atau “Easy Rider,” atau drama-drama outlander (pelakon kriminal) lainnya? “Drugstore Cowboy,” film kedua Gus Van Sant (sekaligus film yang melambungkan namanya sebagai sutradara berkualitas) ini juga membawa kisah yang serupa/setipe dengan film-film tersebut.
Film-film sejenis ini menyoroti kehidupan kriminal dari sudut pandangnya sebagai kriminal. Film-film semacam ini biasanya berusaha membuat penontonnya memandang dunia kriminal mereka dari kaca mata mereka, bukan dari kaca mata hukum. Point yang disoroti di “Drugstore Cowboy” adalah kecanduan obat-obatan (drug addict).
Ada sebuah geng/kelompok pecandu obat. Geng itu dikepalai oleh Bob Hughes (Matt Dillon) – tokoh utama. Anggota gengnya antara lain: Dianne (Kelly Lynch) – kekasih Bob, Rick (James Le Gros), Nadine (Heather Graham) – anggota paling muda (masih di bawah umur) sekaligus pacar Rick. Setting film ini sekitar tahun 1971-an. Bob dan keluarganya hidup berpindah-pindah dari aparteman yang satu ke apartemen lainnya, dari kota yang satu ke kota lainnya, demi mencari (dan menikmati) obat-obatan (drugs). Mereka hidup denga nge-drugs.
Geng ini punya metoda tersendiri untuk medapatkan obat-obatan, apa lagi kalau tidak mencuri dari toko obat atau rumah sakit. Geng ini (bisa dibilang) cukup terlatih dalam menjalankan aksinya. Mereka membagi tugas masing-masing, salah satu membuat keribatan dan yang lainnya memanfaatkan untuk mencuri obat-obatan di belakang counter. Sesudahnya, mereka tinggal menikmati hasil panen. Obat-obatan yang tidak bisa mereka gunakan, tinggal dijual buat uang. Sebagian hidup mereka, di saat tidak beraksi, bisa dibilang cuma sekedar ngobrol, nonton, merekok, nge-drugs, nge-drugs, nge-drugs, dan menunggu waktu yang tepat untuk beraksi lagi.
Nge-seks? Bob sendiri tidak terlalu ambil pusing dengan kebutuhan seks-nya. Bisa dibilang, nge-drugs jauh lebih penting bagi Bob ketimbang nge-seks. Bob juga ternyata tipe-tipe orang yang percaya dengan takhyul. Bob percaya pada beberapa pantangan yang sangat amat tidak boleh dilakukan karena diyakini bakal mendatangkan kutuan. Di antara beberapa pantangan tersebut, yang paling ditakuti oleh Bob adalah meletakkan topi di atas ranjang. Tapi Nadine, gadis di bawah umur yang masih mpot-mpot-an menghisap obat-obatan, menganggap konyol pantangan-pantangan Bob tersebut. Dia meletakkan topi di atas ranjang ketika ketiga temannya tengah merampok rumah sakit. Alhasil, ketiga temannya terkena kesialan (kesialan seperti apa, silahkan lihat sendiri).
Entah benar-benar takhyul yang menimpakan kesialan pada mereka atau memang cuma kebetulan takdir semata, yang jelas kejadian tersebut memberi dampak besar bagi Bob. Bob memutuskan untuk berhenti. Kesialan yang dirasakannya kali itu benar-benar memberikan tekanan bagi Bob. Bob memberi tahu Dianne, pacarnya tentang niatannya itu. Tapi Bob tidak memaksa Dianne untuk ikut. Dan memang Dianne tidak mau ikut, karena dorongan batin Dianne untuk berhenti tidak sekuat Bob. Kedua manusia ini, walaupun sepasang kekasih, nyatanya punya persepsi batin yang berbeda akan kesialan yang mereka rasakan. Bob menjadikan kejadian tersebut sebagai sesuatu yang menuntutnya untuk berhenti dan mulai mencari-cari harapan untuk hidup yang lebih baik, sementara Dianne merasakan kejadian tersebut sebagai benalu yang membuat dirinya makin terjun dalam dunia keputusasaan obat-obatan. Bob mendapatkan harapan, Dianne makin kehilangan harapan.
Karya kedua Gus Van Sant ini boleh lah dimasukkan sebagai kategori tontonan yang menarik. “Drugstore Cowboy” benar-benar tipikal Gus Van Sant, dan ciri khas ini bisa dilihat di film-film Gus Van Sant selanjutnya (entah dari tema, penyajian, atau pengembangan cerita). Dari segi tema, penyorotan kehidupan marjinal memang Gus Van Sant banget. Dan dari awal sepertinya memang Gus Van Sant sudah jago mengolahnya, lihat “My Own Private Idaho” dan film ini. Kemenarikan dari menonton “Drugstore Cowboy” adalah menyimak kehidupan seorang pecandu obat-obatan dari kacamata mereka sendiri – seperti yang sudah ditulis di awal. Film ini dengan pintar menggunakan logika-logika yang lumayan ekstrim untuk menyajikan temanya (dan brengseknya sangat berhasil) .
Sutradara: Gus Van Sant
Pemain: Matt Dillon, Kelly Lynch, James Le Gros, Heather Graham, Max Perlich, James Remar, Grace Zabriskie, William S. Burroughs
Tahun Rilis: 1989
PERNAH lihat “Bonnie and Clyde,” atau “Easy Rider,” atau drama-drama outlander (pelakon kriminal) lainnya? “Drugstore Cowboy,” film kedua Gus Van Sant (sekaligus film yang melambungkan namanya sebagai sutradara berkualitas) ini juga membawa kisah yang serupa/setipe dengan film-film tersebut.
Film-film sejenis ini menyoroti kehidupan kriminal dari sudut pandangnya sebagai kriminal. Film-film semacam ini biasanya berusaha membuat penontonnya memandang dunia kriminal mereka dari kaca mata mereka, bukan dari kaca mata hukum. Point yang disoroti di “Drugstore Cowboy” adalah kecanduan obat-obatan (drug addict).
Ada sebuah geng/kelompok pecandu obat. Geng itu dikepalai oleh Bob Hughes (Matt Dillon) – tokoh utama. Anggota gengnya antara lain: Dianne (Kelly Lynch) – kekasih Bob, Rick (James Le Gros), Nadine (Heather Graham) – anggota paling muda (masih di bawah umur) sekaligus pacar Rick. Setting film ini sekitar tahun 1971-an. Bob dan keluarganya hidup berpindah-pindah dari aparteman yang satu ke apartemen lainnya, dari kota yang satu ke kota lainnya, demi mencari (dan menikmati) obat-obatan (drugs). Mereka hidup denga nge-drugs.
Geng ini punya metoda tersendiri untuk medapatkan obat-obatan, apa lagi kalau tidak mencuri dari toko obat atau rumah sakit. Geng ini (bisa dibilang) cukup terlatih dalam menjalankan aksinya. Mereka membagi tugas masing-masing, salah satu membuat keribatan dan yang lainnya memanfaatkan untuk mencuri obat-obatan di belakang counter. Sesudahnya, mereka tinggal menikmati hasil panen. Obat-obatan yang tidak bisa mereka gunakan, tinggal dijual buat uang. Sebagian hidup mereka, di saat tidak beraksi, bisa dibilang cuma sekedar ngobrol, nonton, merekok, nge-drugs, nge-drugs, nge-drugs, dan menunggu waktu yang tepat untuk beraksi lagi.
Nge-seks? Bob sendiri tidak terlalu ambil pusing dengan kebutuhan seks-nya. Bisa dibilang, nge-drugs jauh lebih penting bagi Bob ketimbang nge-seks. Bob juga ternyata tipe-tipe orang yang percaya dengan takhyul. Bob percaya pada beberapa pantangan yang sangat amat tidak boleh dilakukan karena diyakini bakal mendatangkan kutuan. Di antara beberapa pantangan tersebut, yang paling ditakuti oleh Bob adalah meletakkan topi di atas ranjang. Tapi Nadine, gadis di bawah umur yang masih mpot-mpot-an menghisap obat-obatan, menganggap konyol pantangan-pantangan Bob tersebut. Dia meletakkan topi di atas ranjang ketika ketiga temannya tengah merampok rumah sakit. Alhasil, ketiga temannya terkena kesialan (kesialan seperti apa, silahkan lihat sendiri).
Entah benar-benar takhyul yang menimpakan kesialan pada mereka atau memang cuma kebetulan takdir semata, yang jelas kejadian tersebut memberi dampak besar bagi Bob. Bob memutuskan untuk berhenti. Kesialan yang dirasakannya kali itu benar-benar memberikan tekanan bagi Bob. Bob memberi tahu Dianne, pacarnya tentang niatannya itu. Tapi Bob tidak memaksa Dianne untuk ikut. Dan memang Dianne tidak mau ikut, karena dorongan batin Dianne untuk berhenti tidak sekuat Bob. Kedua manusia ini, walaupun sepasang kekasih, nyatanya punya persepsi batin yang berbeda akan kesialan yang mereka rasakan. Bob menjadikan kejadian tersebut sebagai sesuatu yang menuntutnya untuk berhenti dan mulai mencari-cari harapan untuk hidup yang lebih baik, sementara Dianne merasakan kejadian tersebut sebagai benalu yang membuat dirinya makin terjun dalam dunia keputusasaan obat-obatan. Bob mendapatkan harapan, Dianne makin kehilangan harapan.
Karya kedua Gus Van Sant ini boleh lah dimasukkan sebagai kategori tontonan yang menarik. “Drugstore Cowboy” benar-benar tipikal Gus Van Sant, dan ciri khas ini bisa dilihat di film-film Gus Van Sant selanjutnya (entah dari tema, penyajian, atau pengembangan cerita). Dari segi tema, penyorotan kehidupan marjinal memang Gus Van Sant banget. Dan dari awal sepertinya memang Gus Van Sant sudah jago mengolahnya, lihat “My Own Private Idaho” dan film ini. Kemenarikan dari menonton “Drugstore Cowboy” adalah menyimak kehidupan seorang pecandu obat-obatan dari kacamata mereka sendiri – seperti yang sudah ditulis di awal. Film ini dengan pintar menggunakan logika-logika yang lumayan ekstrim untuk menyajikan temanya (dan brengseknya sangat berhasil) .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar