Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: David Slade
Pemain: Kristen Stewart, Robert Pattinson, Taylor Lautner, Bryce Dallas Howard, Billy Burke, Dakota Fanning
Tahun Rilis: 2010
Diadaptasi dari novel “Eclipse” karya Stephanie Meyer.
OPENING-nya yang memberi kesan aksi dan misteri yang lebih menghibur ketimbang “Twilight” dan “New Moon” ternyata sama sekali tidak akan ditemukan di menit-menit selanjutnya. Praktisnya, “The Twilight Saga: Eclipse” (atau singkat saja “Eclipse”) cuma tentang ngobrol – ngobrol – ciuman – ngobrol – ciuman – ngobrol – ngobrol – ciuman – ngobrol – ngobrol. Mau berharap apa? Ini film romansa-romansa yang target pasarnya ABG dan pra-ABG, kan?
Ada aksi. Bahkan ada juga sidestory yang mampu memberi suasana berbeda. Masalahnya aksi-aksi dan misteri yang diharapkan mendadak luluh tiap kali muncul adegan-adegan romansa-romansaan antara Bella-Edward, Bella-Jacob, atau malah trisomi ketiganya.
Hampir semua (bahkan memang semua) adegan-adegan romansa-romansaan itu based on dialogue (atau dialog basis). Artinya sepanjang adegan romansaan penonton dihadapkan pada dialog-dialog romantis-romantisan. Dan melalui dialog-dialog romantis-romantisan ini lah sutradara berusaha membangun nuansa romantisnya. Tidak masalah sebenarnya dengan film yang mencoba membangun suasana, membangun plot, atau bahkan membangun cerita dari dialog. Ingat “Before Sunset” yang sepanjang film plot-plot bertonggak hanya pada dialog dua tokoh utamanya. Dan nyatanya “Before Sunset” berhasil menyajikan suasana realistik dan percakapan naturalistsik melalui plot percakapan sederhana. Atau film independen lokal “cin(T)a” yang juga membangung jalinan ceritanya hanya berdasarkan dialog antar tokoh. Bedanya, “cin(T)a” berusaha membangun suasana dialog teterikal ketimbang “Before Sunset” yang menyajikan suasana realistik.
Lantas bagaimana dengan “Eclipse”? Jangankan suasana, tokoh-tokoh yang terlibat dalam dialog pun tidak jelas ekspresinya. Perhatikan ekspresi wajah Bella, Jacob, atau Edward di setiap dialog intens mereka. Apa beda ekspresi wajah masing-masing? Adakah perbedaan? Seriuskah mereka berakting? Bahkan, apa yang sedang mereka aktingkan? Salahkah kalau tahun kemarin Robert Pattinson dianugerahi Razzie? Berhasilkah akting mereka? Kalau Anda bukan ABG, pra-ABG, atau makhluk jenis apapun yang tergila-gila dengan muka pucat Pattinson atau otot kekar Lautner, bisa dipastikan akting mereka di adegan dialog-dialogan ini sangat gagal!
Dan ya, sudah bisa ditebak, sebagian besar timing di film ini habis oleh percakapan-percakapan Bella-Edward, Bella-Jacob, atau trisomi ketiganya – dan memang yang beginilah yang dicari-cari ABG, pra-ABG, atau makhluk jenis apapun yang tergila-gila dengan Pattinson atau Lautner.
Kalau mau bicara soal akting, penampilan dari pemain-pemain sampingannya malahan jauh lebih menyegarkan ketimbang trio pemain utama. Sebut saja Anna Kendrick dengan pidato kelulusannya yang sangat menarik. Atau Dakota Fanning dengan dingin dan kejinya yang sangat berhasil. Bahkan dialog (dan cara membawakan dialog) yang paling saya suka adalah dialog Dakota Fanning: “Decisions! Decisions!”
Hal lain yang setidaknya masih enak disimak di film ini (selain aksinya) adalah flashback tentang kehidupan masa lalu Rosalie dan Jasper Cullen. Setidaknya flashback ini bisa memberikan segelintir waktu untuk melupakan dialog-dialog super berat antar trio pemain utama.
Ke-annoying-an “Eclipse” tidak selesai sampai di situ saja, ternyata film ini masih sempat menyajikan adegan super-duper-OMG-so-sweet yang pasti bakal digilai makhluk-yang-sudah-capek-saya-sebutkan-jenisnya, tapi pasti bakal memuakkan bagi yang otaknya masih normal.
Salah satunya adalah adegan ranjang Bella dan Edward. Well, buat yang belum nonton, jangan girang dulu, tidak ada telanjang-telanjang di sini. Bella sendiri sebenarnya sudah bernafsu ingin menyenggamai Edward. Sayangnya Edward menolak. Saya sendiri geli membayangkan perasaan para Team-Edward di adegan ini. Apakah para Team Edward senang karena Edward yang mereka gila tidak melakukan sex-on-the-screen dengan Bella? Ataukah mereka justru kecewa karena gagal melihat tubuh telanjang Edward on-the-screen? Tapi bukan itu masalahnya, melainkan alasan Edward menolak ajakan sangek Bella. Ayolah, usia Edward sudah ratusan tahun. Iyakah sepanjang ratusan tahun itu Edward tidak pernah menyenggamai satu orang pun? Edward perawan? OMG? Come-on. Saya tahu alasan Edward tidak jadi melakukan adegan seks karena mayoritas penonton “Eclipse” masih pra-ABG, dan pra-ABG tentunya tidak diperbolehkan menyimak gulat-di-atas-ranjang (kalau mengacu pada ratting). Lalu buat apa menampilkan adegan Bella sangek di ranjang dari awal kalau ujung-ujungnya Edward cuma memberikan cermah pendidikan seks? Jatuhnya, buat saya yang bukan pra-ABG dan bukan Team Edward, adegan ini malah sangat amat aneh (dan gak bermakna sama sekali).
Kalau dilihat dari filmografi David Slade, sutradara “Hard Candy,” “30 Days of Night,” dan terakhir “The Twilight Saga: Eclipse,” David Slade pernah menyajikan sebuah drama pergulatan seksual yang menarik, disturbing, sekaligus berani dan kritis pada konteksnya melalui film “Hard Candy.” Dan mendadak di “Eclipse” ini David Slade malah menyuguhkan sebuah iklan PG-13?
Adegan lain yang tidak kalah annoying ada di menit-menit menjelang akhir film. Tepatnya di adegan kemah di puncak gunung bersalju ketika Bella sudah tidur, saat itu Edward dan Jacob yang sedang telanjang dada sedang berbicara dari hati ke hati. Come on. What are they doing there? Jacob praktisnya telanjang. Dan Edward jelas-jelas bilang that if Jacob were not a werewolf, he would probably like him. OMG, that is so “Brokeback Mountain”, isn't it?
Do it guys!
Sutradara: David Slade
Pemain: Kristen Stewart, Robert Pattinson, Taylor Lautner, Bryce Dallas Howard, Billy Burke, Dakota Fanning
Tahun Rilis: 2010
Diadaptasi dari novel “Eclipse” karya Stephanie Meyer.
OPENING-nya yang memberi kesan aksi dan misteri yang lebih menghibur ketimbang “Twilight” dan “New Moon” ternyata sama sekali tidak akan ditemukan di menit-menit selanjutnya. Praktisnya, “The Twilight Saga: Eclipse” (atau singkat saja “Eclipse”) cuma tentang ngobrol – ngobrol – ciuman – ngobrol – ciuman – ngobrol – ngobrol – ciuman – ngobrol – ngobrol. Mau berharap apa? Ini film romansa-romansa yang target pasarnya ABG dan pra-ABG, kan?
Ada aksi. Bahkan ada juga sidestory yang mampu memberi suasana berbeda. Masalahnya aksi-aksi dan misteri yang diharapkan mendadak luluh tiap kali muncul adegan-adegan romansa-romansaan antara Bella-Edward, Bella-Jacob, atau malah trisomi ketiganya.
Hampir semua (bahkan memang semua) adegan-adegan romansa-romansaan itu based on dialogue (atau dialog basis). Artinya sepanjang adegan romansaan penonton dihadapkan pada dialog-dialog romantis-romantisan. Dan melalui dialog-dialog romantis-romantisan ini lah sutradara berusaha membangun nuansa romantisnya. Tidak masalah sebenarnya dengan film yang mencoba membangun suasana, membangun plot, atau bahkan membangun cerita dari dialog. Ingat “Before Sunset” yang sepanjang film plot-plot bertonggak hanya pada dialog dua tokoh utamanya. Dan nyatanya “Before Sunset” berhasil menyajikan suasana realistik dan percakapan naturalistsik melalui plot percakapan sederhana. Atau film independen lokal “cin(T)a” yang juga membangung jalinan ceritanya hanya berdasarkan dialog antar tokoh. Bedanya, “cin(T)a” berusaha membangun suasana dialog teterikal ketimbang “Before Sunset” yang menyajikan suasana realistik.
Lantas bagaimana dengan “Eclipse”? Jangankan suasana, tokoh-tokoh yang terlibat dalam dialog pun tidak jelas ekspresinya. Perhatikan ekspresi wajah Bella, Jacob, atau Edward di setiap dialog intens mereka. Apa beda ekspresi wajah masing-masing? Adakah perbedaan? Seriuskah mereka berakting? Bahkan, apa yang sedang mereka aktingkan? Salahkah kalau tahun kemarin Robert Pattinson dianugerahi Razzie? Berhasilkah akting mereka? Kalau Anda bukan ABG, pra-ABG, atau makhluk jenis apapun yang tergila-gila dengan muka pucat Pattinson atau otot kekar Lautner, bisa dipastikan akting mereka di adegan dialog-dialogan ini sangat gagal!
Dan ya, sudah bisa ditebak, sebagian besar timing di film ini habis oleh percakapan-percakapan Bella-Edward, Bella-Jacob, atau trisomi ketiganya – dan memang yang beginilah yang dicari-cari ABG, pra-ABG, atau makhluk jenis apapun yang tergila-gila dengan Pattinson atau Lautner.
Kalau mau bicara soal akting, penampilan dari pemain-pemain sampingannya malahan jauh lebih menyegarkan ketimbang trio pemain utama. Sebut saja Anna Kendrick dengan pidato kelulusannya yang sangat menarik. Atau Dakota Fanning dengan dingin dan kejinya yang sangat berhasil. Bahkan dialog (dan cara membawakan dialog) yang paling saya suka adalah dialog Dakota Fanning: “Decisions! Decisions!”
Hal lain yang setidaknya masih enak disimak di film ini (selain aksinya) adalah flashback tentang kehidupan masa lalu Rosalie dan Jasper Cullen. Setidaknya flashback ini bisa memberikan segelintir waktu untuk melupakan dialog-dialog super berat antar trio pemain utama.
Ke-annoying-an “Eclipse” tidak selesai sampai di situ saja, ternyata film ini masih sempat menyajikan adegan super-duper-OMG-so-sweet yang pasti bakal digilai makhluk-yang-sudah-capek-saya-sebutkan-jenisnya, tapi pasti bakal memuakkan bagi yang otaknya masih normal.
Salah satunya adalah adegan ranjang Bella dan Edward. Well, buat yang belum nonton, jangan girang dulu, tidak ada telanjang-telanjang di sini. Bella sendiri sebenarnya sudah bernafsu ingin menyenggamai Edward. Sayangnya Edward menolak. Saya sendiri geli membayangkan perasaan para Team-Edward di adegan ini. Apakah para Team Edward senang karena Edward yang mereka gila tidak melakukan sex-on-the-screen dengan Bella? Ataukah mereka justru kecewa karena gagal melihat tubuh telanjang Edward on-the-screen? Tapi bukan itu masalahnya, melainkan alasan Edward menolak ajakan sangek Bella. Ayolah, usia Edward sudah ratusan tahun. Iyakah sepanjang ratusan tahun itu Edward tidak pernah menyenggamai satu orang pun? Edward perawan? OMG? Come-on. Saya tahu alasan Edward tidak jadi melakukan adegan seks karena mayoritas penonton “Eclipse” masih pra-ABG, dan pra-ABG tentunya tidak diperbolehkan menyimak gulat-di-atas-ranjang (kalau mengacu pada ratting). Lalu buat apa menampilkan adegan Bella sangek di ranjang dari awal kalau ujung-ujungnya Edward cuma memberikan cermah pendidikan seks? Jatuhnya, buat saya yang bukan pra-ABG dan bukan Team Edward, adegan ini malah sangat amat aneh (dan gak bermakna sama sekali).
Kalau dilihat dari filmografi David Slade, sutradara “Hard Candy,” “30 Days of Night,” dan terakhir “The Twilight Saga: Eclipse,” David Slade pernah menyajikan sebuah drama pergulatan seksual yang menarik, disturbing, sekaligus berani dan kritis pada konteksnya melalui film “Hard Candy.” Dan mendadak di “Eclipse” ini David Slade malah menyuguhkan sebuah iklan PG-13?
Adegan lain yang tidak kalah annoying ada di menit-menit menjelang akhir film. Tepatnya di adegan kemah di puncak gunung bersalju ketika Bella sudah tidur, saat itu Edward dan Jacob yang sedang telanjang dada sedang berbicara dari hati ke hati. Come on. What are they doing there? Jacob praktisnya telanjang. Dan Edward jelas-jelas bilang that if Jacob were not a werewolf, he would probably like him. OMG, that is so “Brokeback Mountain”, isn't it?
Do it guys!
Jadi bisa dibilang film ini menolak heteroseksualitas dan mendukung homoseksualitas? hehe.
BalasHapusthat is so “Brokeback Mountain”, isn't it?
BalasHapuswkwkwk.. ngakak baca komentar ini. FYI, saya penggemar twilight lohh.. saya suka novelnya setelah nonton twilight. tapi big no-no sama new moon dan eclipse.. haha.. emang ancur yang ini