Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Ratna Sarumpaet
Pemain: Atiqah Hasiholan, Christine Hakim, Eva Celia, Dwi Sasono, Fauzi Baadilah, Surya Saputra, Adjie Pangestu, Marcelino Lefrandt, Jajang C. Noer, Ria Irawan
Pemain: Atiqah Hasiholan, Christine Hakim, Eva Celia, Dwi Sasono, Fauzi Baadilah, Surya Saputra, Adjie Pangestu, Marcelino Lefrandt, Jajang C. Noer, Ria Irawan
Tahun Rilis: 2009
Judul Internasional: Jamila and the President
Diadaptsi dari drama panggung Pelacur dan Sang Presiden karya Ratna Sarumpaet.
Ada film yang memang ditujukan untuk berpesan (menyampaikan pesan), entah itu pesan moral, pesan sosial, politikal, atau berbagai macam pesan-pesan lainnya. Beberapa film tersebut berhasil menyampaikan pesannya dengan baik, tidak lain karena didiukung oleh eksekusi total yang bagus. sayangnya ada juga film dengan pesan baik tetap saja gagal menjadi film yang bagus. Kegagalan ini bisa disebabkan oleh banyak poin, beberapanya karena eksekusi yang sangat memprihatinkan. Jamila dan Sang Presiden ini salah satunya.
Jamila dan Sang Presiden mengisahkan hidup kelam Jamila (Atiqah Hasiholan) yang akan dihukum mati karena melakukan pembunuhan terhadap pejabat tinggi. Karena suatu alasan (kemungkinan idealisme, kemungkinan juga karena Jamila memang sudah hancur-lebur dari dalam), Jamila menolak mengajukan permohonan pengampunan hukuman mati. Jamila masuk ke dalam penjara yang dipimpian sipir perempuan bengis, Ria (Christine Hakim). Secara paralel, film ini bercerita tentang pengalaman Jamila di penjara dan kisah hidupnya mulai dari kecil sampai berakhir di penjara.
Drama panggung Pelacur dan Sang Presiden, yang merupakan sumber film ini, meraih banyak pujian oleh para penikmat seni Indonesia. Ratna Sarumpaet memang bukan nama yang asing lagi. Beliau punya segudang prestasi sebagai seniman teater dan setumpuk pengalaman sebagai aktivis. Sebut saja judul pementasan teaternya yang paling dikenal, Marsinah Menggugat. Sebagai konsekuensinya menggelar Sidang Rakyat (bersama teman-temanny di era Soeharto), Ratna Sarumpaet ditahan selama 70 hari. What a woman. Ratna bahkan mengundang kontroversi lagi ketika menentang RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi dengan alasan tertentu. Ratna Sarumpaet juga salah satu panelis Silat Lidah. Tidak perlu heran kalau film sinematik debutan Ratna Sarumpaet ini sarat akan pesan-pesan idealis.
Sayang sekali Jamila dan Sang Presiden tidak secemerlang prestasi-prestasi Ratna Sarumpaet lainnya.
Menonton Jamila dan Sang Presiden seolah-olah cuma sekedar menonton drama panggung yang langsung saja di-shoot menggunakan kamera tanpa penyesuaian-penyesuaian. Seolah-olah skenario film ini tidak terlalu berbeda dengan skenario teaternya. Jelas ada perbedaan ketika menyulap sebuah kisah yang mulanya berwujud karya teater menjadi film sinematik. Pendekatan teater dengan pendekatan sinema, jelas berbeda. Harus ada penyesuaian-penyesuaian tertentu. Harus ada perubahan-perubahan tertentu. Tapi yang saya dapatkan di Jamila dan Sang Presiden sangat mengecewakan, tidak sebanding dengan premis dan bobot filmnya yang menjanjikan. Ratna Sarumpaet mengemas film ini seteaterikal mungkin (sepertinya Ratna masih terbawa-bawa versi teaternya), bahkan sampai kadar yang sudah cukup menganggu. Dalam beberapa bagian, kesadaran kamera Ratna Sarumpaet malah masih terlihat lemah. Ada juga bagian-bagian lain yang memperlihatkan kelemahan teknis film ini. Dari segi penampilan, Atiqah Hasiholan (yang juga memerankan peran utama di versi teater) malah turut memperparah dengan memberikan penampilan teaterikal yang sudah lewat batas jenuh. Vokalnya, ekspresinya, gesturenya, terlihat jelas Atiqah sedang bermain di atas panggung, bukan layar film. Tokoh Jamila pun jadi sangat tidak meyakinkan sebagai tokoh sentral. Tokoh-tokoh sampingan juga terlihat sangat tidak digali, yang dampaknya membuat nyaris tidak satupun tokoh sampingan di film ini yang meyakinkan. Pendekatan teaterikal yang sudah sampai tahap menganggu malah membuat film ini hadir tidak cukup meyakinkan untuk merepresentasikan pesan berbobotnya. Sayang sekali. Walaupun begitu, saya tetap menghargai niatan baik di balik usaha pembuatan film ini. Hope they'll do better next time.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar