Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Michael Spierig & Peter Spierig
Pemain: Ethan Hawke, Willem Dafoe, Claudia Karvan, Sam Neill, Michael Dorman, Isabel Lucas, Vince Colosimo, Robyn Moore
Tahun Rilis: 2010
Setelah sebelumnya kisah seputar vampir dibawa ke level “mimpi basah ABG” dalam Twilight Saga, kali cerita vampir dibawa ke level gore-futuristik oleh dua sutradara Australia. Seharusnya Daybreakers bisa jadi alternatif menyegarkan setelah sebelumnya cerita vampir dijejali kekonyolan, ketidakpentingan, dan ketidakjelasan ala film-film ABG. Pertanyaannya: “Kenapa nama hero di film gore ini harus Edward pula?”
Ber-setting tahun 2019, di masa itu hampir semua umat manusia sudah berubah menjadi vampir, dan hanya tersisa sekitar 5% populasi umat manusia. Hal ini tentu artinya sebuah kehancuran, bukan hanya bagi populasi manusia, tapi juga populasi vampir yang makin hari semakin kelaparan. Sisa-sisa manusia diburu oleh pasukan vampir untuk diternakkan di sebuah perusahan besar, Bromley Marks Corp., yang dipimpin oleh Charles Bromley (Sam Neill). Selain menternak manusia, perusahaan tersebut juga melakukan penelitian seputar pangan vampir pengganti darah manusia. Hero film ini, Edward Dalton (Ethan Hawke), bekerja sebagai hematologis (semacam dokter darah) di perusaan tersebut. FYI, Edward menolak menghisap darah manusia. Apakah dulu, semasa masih menjadi manusia, Edward adalah seorang vegetarian?
Kondisi di film ini bisa dipandang sebagai sebuah perumpamaan persediaan pangan manusia ini sendiri. Bahkan dewasa ini, para peneliti agribisnis pun sedang sibuk-sibuknya mengembangkan dan mempromosikan makanan sintesis temuan mereka. Sayur sintesis. Daging sintesis. Bye-bye organik.
Kembali ke film, Edward pun bertemu dengan Audrey (Claudia Karvan), seorang wanita (manusia yang cantik). Twilight Saga next? Nope! Audrey mempertemukan Edward dengan Elvis (Willem Dafoe), seorang mantan vampir yang sudah kembali menjadi manusia dengan suatu cara–tidak akan saya bocorkan di sini. Edward menemukan sebuah solusi, bukan sekedar pengganti darah manusia, tapi sebuah obat. Sayangnya masalahnya tidak sesederhana itu karena Edward dan rombongan manusianya diburu-buru oleh tentara vampir yang dipimpin, tidak lain, oleh adiknya Edward, Frankkie (Michael Dorman).
Nah itu lah masalah Daybreakers, film ini punya premis menarik untuk menjadi sci-fi-vampir yang menarik, sayangnya berakhir sebagai film kejar-kejaran, buru-buruan, dan muncrat-muncratan darah yang tidak menarik. Bahkan untuk sebuah genre yang katanya science fiction, film ini sama sekali tidak mengerti kaidah sains. Jumlah total rata-rata darah manusia cuma 5 liter, rasanya tidak bakal mungkin bisa muncrat-muncrat seheboh di film ini. Masalah utamanya bukan itu, tapi kenapa film yang harusnya bisa jadi alternatif menarik ini dibawa ke arah itu. Hasilnya, Daybreakers malah menjadi film yang tidak spesial, tidak ada bedanya dengan Blade, Underworld, atau Skinwalkers, yang juga tidak menarik sama sekali.
Pemain: Ethan Hawke, Willem Dafoe, Claudia Karvan, Sam Neill, Michael Dorman, Isabel Lucas, Vince Colosimo, Robyn Moore
Tahun Rilis: 2010
Ber-setting tahun 2019, di masa itu hampir semua umat manusia sudah berubah menjadi vampir, dan hanya tersisa sekitar 5% populasi umat manusia. Hal ini tentu artinya sebuah kehancuran, bukan hanya bagi populasi manusia, tapi juga populasi vampir yang makin hari semakin kelaparan. Sisa-sisa manusia diburu oleh pasukan vampir untuk diternakkan di sebuah perusahan besar, Bromley Marks Corp., yang dipimpin oleh Charles Bromley (Sam Neill). Selain menternak manusia, perusahaan tersebut juga melakukan penelitian seputar pangan vampir pengganti darah manusia. Hero film ini, Edward Dalton (Ethan Hawke), bekerja sebagai hematologis (semacam dokter darah) di perusaan tersebut. FYI, Edward menolak menghisap darah manusia. Apakah dulu, semasa masih menjadi manusia, Edward adalah seorang vegetarian?
Kondisi di film ini bisa dipandang sebagai sebuah perumpamaan persediaan pangan manusia ini sendiri. Bahkan dewasa ini, para peneliti agribisnis pun sedang sibuk-sibuknya mengembangkan dan mempromosikan makanan sintesis temuan mereka. Sayur sintesis. Daging sintesis. Bye-bye organik.
Kembali ke film, Edward pun bertemu dengan Audrey (Claudia Karvan), seorang wanita (manusia yang cantik). Twilight Saga next? Nope! Audrey mempertemukan Edward dengan Elvis (Willem Dafoe), seorang mantan vampir yang sudah kembali menjadi manusia dengan suatu cara–tidak akan saya bocorkan di sini. Edward menemukan sebuah solusi, bukan sekedar pengganti darah manusia, tapi sebuah obat. Sayangnya masalahnya tidak sesederhana itu karena Edward dan rombongan manusianya diburu-buru oleh tentara vampir yang dipimpin, tidak lain, oleh adiknya Edward, Frankkie (Michael Dorman).
Nah itu lah masalah Daybreakers, film ini punya premis menarik untuk menjadi sci-fi-vampir yang menarik, sayangnya berakhir sebagai film kejar-kejaran, buru-buruan, dan muncrat-muncratan darah yang tidak menarik. Bahkan untuk sebuah genre yang katanya science fiction, film ini sama sekali tidak mengerti kaidah sains. Jumlah total rata-rata darah manusia cuma 5 liter, rasanya tidak bakal mungkin bisa muncrat-muncrat seheboh di film ini. Masalah utamanya bukan itu, tapi kenapa film yang harusnya bisa jadi alternatif menarik ini dibawa ke arah itu. Hasilnya, Daybreakers malah menjadi film yang tidak spesial, tidak ada bedanya dengan Blade, Underworld, atau Skinwalkers, yang juga tidak menarik sama sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar