Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Alexander Payne
Pemain: Matthew Broderick, Reese Witherspoon, Chris Klein, Jessica Campbell, Phil Reeves, Molly Hagan, Colleen Camp, Nicholas D'Agosto, Mark Harelik, Delaney Driscoll, Frankie Ingrassia
Tahun Rilis: 1999
Diadaptasi dari novel Election karya Tom Perrotta.
Pemain: Matthew Broderick, Reese Witherspoon, Chris Klein, Jessica Campbell, Phil Reeves, Molly Hagan, Colleen Camp, Nicholas D'Agosto, Mark Harelik, Delaney Driscoll, Frankie Ingrassia
Tahun Rilis: 1999
Diadaptasi dari novel Election karya Tom Perrotta.
Dari sekian banyak judul film remaja berlatar sekolahan, yang umumnya berbicara soal love, sex, love, sex, love, sex, Election salah satu judul langka yang tidak menitikberatkan pada love dan sex. Bukannya saya tidak suka film remaja tentang love dan sex, dan bukan berarti tidak ada love dan sex dalam Election, tapi bukan itu yang dijadikan menu utama dalam Election.
Election menyuguhkan sebuah kisah satir tentang orang-orang yang terlibat dalam sebuah sistem, dalam kasus ini sistem pemilihan student body president (ketua OSIS) di sekolah. Saya suka penggambaran tokoh utama film ini, Tracy Flick (Reese Witherspoon), gadis paling pintar dan paling ambisius di sekolahan yang selalu mengacungkan tangannya untuk setiap pertanyaan di kelas, sementara sang guru mati-matian berharap ada tangan lain yang mengacung selain Tracy. Kali ini, Tracy mengincar posisi ketua OSIS. Tidak ada yang menghalangi ambisi Tracy sampai Jim McAllister (Matthew Broderick), guru sejarah sekaligus pembina OSIS yang agak terganggu dengan sikap ambisius Tracy–dan punya ketidaksukaan pribadi terhadap Tracy, menghasut Paul Metzler (Chris Klein), mantan atlit soccer terkenal yang kakinya pincang sehingga tidak bisa lagi bermain soccer. Persaingan Tracy semakin rumit ketika Tammy (Jessica Campbell), adik angkat Paul yang cemburu karena mantan kekasih lesbiannya memutuskannya lalu berpacaran dengan kakaknya, tiba-tiba turut menyalonkan diri sebagai kandidat ketua OSIS–untuk balas dendam.
Film ini mengolah materinya dengan cukup cerdas, apalagi untuk sebuah komedi remaja, dan tetap mampu menyuguhkan humor segar serta nuansa satirnya. Ada yang emosi. Ada yang cemburu. Ada yang berbuat kesalahan. Ada yang berdusta. Ada yang memanfaatkan kesalahan orang lain. Ada yang memanfaatkan pengakuan orang lain. Ada yang curang. Dan tentu juga ada yang harus menanggung. Semua itu merupakan bentuk satir dari apa saja yang mungkin terjadi di dalam sebuah sistem, dan bukan cuma mungkin terjadi pada sebuah pemilihan ketua OSIS semata.
Pesona lain dari Election selain ceritanya sendiri adalah karakteristik tokoh-tokohnya. Selain sebagai film komedi-satir, Election juga bisa dipandang sebagai sebuah film tentang tipe-tipe personalitas. Ada empat karakteristik unik dalam Election, yang jelas sekali jauh berbeda dengan karakteristik klise pada film-film remaja pada umumnya: Tracy si rubah betina ambisus; guru yang terjebak pada situasi seputar gairah, tanggung jawab, dan tekanan yang ditimbulkan oleh pengalaman pribadi temannya dan Tracy; pemuda populer yang seakan-akan seperti versi laki-laki dari “Virgin Mary”; dan terakhir ada gadis lesbian yang terbakar cemburu. Kerennya, tidak seperti seperti film-film tentang remaja pada umumnya di mana penokohan hanya sekedar jadi pajangan, karakteristik di Election dimanfaatkan semaksimal dan seefektif mungkin.
Hal lainnya yang saya suka dari Election adalah penggunaan narasi multi-karakternya yang terbilang unik. Ada empat narasi dari empat tokoh utama, Tracy, Jim, Paul, dan Tammy, bergulir secara bergantian, dan paralel dengan kisahnya sendiri. Narasi Jim yang paling mendominasi film.
Penampilan para pemain di Election juga sangat menyenangkan untuk disimak. Terutama penampilan dari Reese Withespoon. Rasanya bolehlah penampilan Reese Witherspoon di film ini disebut sebagai penampilan terbaiknya setelah penampilannya sebagai June Cash di Walk the Line. Jarang lo menemukan penampilan unik seperti yang ditunjukkan Reese Witherspoon di film ini di komedi-komedi remaja. Saya suka Election bukan hanya karena film ini menyuguhkan sesuatu yang berbeda dari film-film tentang remaja (atau film-film tentang sekolah), tapi karena film ini termasuk dari segelintir film-film tentang sekolahan yang mampu menampilkan sesuatu yang lebih jauh lagi dari itu.
Election menyuguhkan sebuah kisah satir tentang orang-orang yang terlibat dalam sebuah sistem, dalam kasus ini sistem pemilihan student body president (ketua OSIS) di sekolah. Saya suka penggambaran tokoh utama film ini, Tracy Flick (Reese Witherspoon), gadis paling pintar dan paling ambisius di sekolahan yang selalu mengacungkan tangannya untuk setiap pertanyaan di kelas, sementara sang guru mati-matian berharap ada tangan lain yang mengacung selain Tracy. Kali ini, Tracy mengincar posisi ketua OSIS. Tidak ada yang menghalangi ambisi Tracy sampai Jim McAllister (Matthew Broderick), guru sejarah sekaligus pembina OSIS yang agak terganggu dengan sikap ambisius Tracy–dan punya ketidaksukaan pribadi terhadap Tracy, menghasut Paul Metzler (Chris Klein), mantan atlit soccer terkenal yang kakinya pincang sehingga tidak bisa lagi bermain soccer. Persaingan Tracy semakin rumit ketika Tammy (Jessica Campbell), adik angkat Paul yang cemburu karena mantan kekasih lesbiannya memutuskannya lalu berpacaran dengan kakaknya, tiba-tiba turut menyalonkan diri sebagai kandidat ketua OSIS–untuk balas dendam.
Film ini mengolah materinya dengan cukup cerdas, apalagi untuk sebuah komedi remaja, dan tetap mampu menyuguhkan humor segar serta nuansa satirnya. Ada yang emosi. Ada yang cemburu. Ada yang berbuat kesalahan. Ada yang berdusta. Ada yang memanfaatkan kesalahan orang lain. Ada yang memanfaatkan pengakuan orang lain. Ada yang curang. Dan tentu juga ada yang harus menanggung. Semua itu merupakan bentuk satir dari apa saja yang mungkin terjadi di dalam sebuah sistem, dan bukan cuma mungkin terjadi pada sebuah pemilihan ketua OSIS semata.
Pesona lain dari Election selain ceritanya sendiri adalah karakteristik tokoh-tokohnya. Selain sebagai film komedi-satir, Election juga bisa dipandang sebagai sebuah film tentang tipe-tipe personalitas. Ada empat karakteristik unik dalam Election, yang jelas sekali jauh berbeda dengan karakteristik klise pada film-film remaja pada umumnya: Tracy si rubah betina ambisus; guru yang terjebak pada situasi seputar gairah, tanggung jawab, dan tekanan yang ditimbulkan oleh pengalaman pribadi temannya dan Tracy; pemuda populer yang seakan-akan seperti versi laki-laki dari “Virgin Mary”; dan terakhir ada gadis lesbian yang terbakar cemburu. Kerennya, tidak seperti seperti film-film tentang remaja pada umumnya di mana penokohan hanya sekedar jadi pajangan, karakteristik di Election dimanfaatkan semaksimal dan seefektif mungkin.
Hal lainnya yang saya suka dari Election adalah penggunaan narasi multi-karakternya yang terbilang unik. Ada empat narasi dari empat tokoh utama, Tracy, Jim, Paul, dan Tammy, bergulir secara bergantian, dan paralel dengan kisahnya sendiri. Narasi Jim yang paling mendominasi film.
Penampilan para pemain di Election juga sangat menyenangkan untuk disimak. Terutama penampilan dari Reese Withespoon. Rasanya bolehlah penampilan Reese Witherspoon di film ini disebut sebagai penampilan terbaiknya setelah penampilannya sebagai June Cash di Walk the Line. Jarang lo menemukan penampilan unik seperti yang ditunjukkan Reese Witherspoon di film ini di komedi-komedi remaja. Saya suka Election bukan hanya karena film ini menyuguhkan sesuatu yang berbeda dari film-film tentang remaja (atau film-film tentang sekolah), tapi karena film ini termasuk dari segelintir film-film tentang sekolahan yang mampu menampilkan sesuatu yang lebih jauh lagi dari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar