Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Affandi Abdul Rachman
Pemain: Ramon Y. Tungka, Raihaanun Soeriaatmadja, Gary Iskak, Omesh, Richa Novisha, Sophie Navita, Edo Borne, Shara Aryo, Jajang C. Noer, Yama Carlos, Lukman Sardi, Pong Hardjatmo, Imelda Therinne
Tahun Rilis: 2009
Sutradara: Affandi Abdul Rachman
Pemain: Ramon Y. Tungka, Raihaanun Soeriaatmadja, Gary Iskak, Omesh, Richa Novisha, Sophie Navita, Edo Borne, Shara Aryo, Jajang C. Noer, Yama Carlos, Lukman Sardi, Pong Hardjatmo, Imelda Therinne
Tahun Rilis: 2009
Agus (Ramon Y. Tungka) depresi habis-habisan pasca diputuskan pacarnya, Nayla (Raihaanun Soeriaatmadja), setelah sempat berhubungan jarak jauh karena Nayla harus belajar di Australia. Penyebab putusnya hubungan mereka ini tidak lain karena hadirnya orang ketiga, Kevin (Gary Iskak), yang lebih keren, lebih gaya, lebih G4H0L, dan lebih kinclong (duitnya) daripada Agus. Berbagai cara dilakukan Wawan (Ananda Omesh), sahabat agus, dan Raya (Richa Novisha), pacarnya Wawan, untuk mengembalikan lagi semangat dan keceriaan Agus. Solusi muncul ketika Wawan dan Agus tidak sengaja menemukan, Heart-Break.com, sebuah lembaha intelijen khusus yang menangani kasus patah hati. Dengan modal pas-pasan, Agus pun mendaftar. Dibantu oleh kru-kru Heart-Break.com (Sophie Navita, Edo Borne, Shara Aryo, dan Imelda Therinne), Agus berusaha merebut kembali hati Nayla.
Heart-Break.com tidak lain adalah salah satu komedi, atau romantic comedy dari Indonesia. Sebelumnya saya selalu aware bahwa sebagian besar komedi-komedi Indonesia hanya cerita dangkal yang dibalut dengan humor-humor garing (cenderung konyol). Tidak pelru saya sebutkan lagi judul-judulnya. Sekilas memang gener komedi seringkali tidak dianggap seserius drama, terutama dari segi konteksual. Jangan salah! Tidak gampang membuat komedi yang pintar, sutradara sekaliber Upi pun tidak berhasil. Menampilkan humor konyol yang bodoh malah jadi tontonan tipis, dangkal, dan tidak berisi. Sebaliknya, menyuguhkan humor-humor cerdas nan pintar, malah berisiko sulit diterima penonton awam (apalagi mengingat pola pikir penonton Indonesia masih memprihatinkan).
Saya melihat Heart-Break.com sebagai sebuah komedi tentang reality show. Alasannya, simply karena film ini sangat mengingatkan saya dengan beberapa reality show yang pernah tayang di televisi swasta lokal. Bermacam-macam tipe reality show, mulai dari yang menjodohkan, CLBK, membantu menyelidiki pacar selingkuh–dan lain-lain yang rasanya tidak etis kalau saya sebutkan mereknya di sini. Di satu sisi, “mungkin” acara-acara (yang katanya) reality show tersebut memang membantu masalah para klien mereka. Di sisi lain, acara-acara tersebut juga mengambil keuntungan dari kisah klien mereka. Simbiosis mutalisme? Memang. Ikhlas? Tidak. Manusiawi? Iya kah? Human nature? Iya kan?
Di film ini lembaga Heart-Break.com adalah perwujudan reality show tersebut, hanya saja (sepertinya) tidak ditayangkan di televisi. “Patah hati anda, bisnis kita!” itulah logo Heart-Break.com. Bagaimana film ini membahas premis menarik itu yang jadi pertanyaannya. Heart-Break.com dari awal memang tidak memberikan tontonan satir tentang temanya. Dan kalau ditanya apakah film ini berhasil membahas secara cerdas tentang tema yang dibawa, jawabannya tidak sama sekali. Film ini bahkan tidak secerdas American Dreamz memparodikan American Idol dan bahkan sistem perpolitikan di Amerika sendiri, dalam wujud sebuah komedi. Yang saya dapat dari Heart-Break.com, film ini hanyalah sekedar romantic comedy pada umumnya. Film ini sekedar menyuguhkan reality show dalam bentuk yang lebih sinematik.
Terlepas dari cerdas-atau-tidak film ini membahas temanya, dari segi humor, film ini ternyata tidak buruk-buruk amat. Film ini menyuguhkan humor yang lebih bertopang pada karakter, situasi, ketimbang adegan-adegan konyol dan slapstick murahan. Beberapa humor yang dihadirkan malah sangat terasa dari segi situasionalnya. Dan ya, saya sangat menikmati penampilan Ramon Y. Tungka dan Omesh sebagai pemeran utama. Film ini memang masih jauh dari istilah “sangat bagus,” tapi setidaknya film ini berhasil menunjukkan bagaimana sebuah komedi seharusnya disajikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar