Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Anand Tucker
Pemain: Jim Broadbent, Colin Firth, Juliet Stevenson, Gina McKee, Claire Skinner, Sarah Lancashire, Matthew Beard, Elaine Cassidy, Justin McDonald, Carey Mulligan, Bradley Johnson, Rhiannon Howden
Tahun Rilis: 2007
Diadaptasi dari memoir And When Did You Last See Your Father? karya Blake Morrison.
Pria tua itu terkapar sekarat. Istrinya mengais air mata. Di ruangan yang sama juga putranya berdiri tegak, menerawang. Pria yang menerawang itu lah yang jadi sumber memoir, penulis memoir, sekaligus tokoh utama dalam film yang diadaptasi dari memoir tersebut.
And When Did You Last See Your Father? bermain dengan alur yang juga seperti sebuah memoir. Film ini tidak bercerita “maju,” melainkan “maju-mundur,” seakan-akan sedang “mereka-reka sekumpulan memori,” tepat seperti yang dilakukan Blake Morrison (Colin Firth), seorang penyair, ketika mendapati ayahnya terlentang sekarat, tinggal menunggu ajal. Ayahnya, Arthur (Jim Broadbent), adalah seorang dokter yang juga memperistri seorang dokter, Kim (Juliet Stevenson). Menurut rekaan memori Blake Morrison – atau sebuah adegan di awal film – Arthur merupakan sosok yang kompleks, atau lebih tepat disebut rumit. Ketika Blake masih kanak-kanak (diperankan oleh Bradley Johnson), ayahnya tidak pernah bisa sabar menunggu dalam barisan panjang antrian mobil. Ayahnya juga tipe pria tua blak-blakan, bahkan ketika Blake dianugerahi sebuah penghargaan puisi, ayahnya dengan lantang meletuskan lelucon bahwa ia lebih memilih putranya menjadi dokter (mengitkuti jejaknya) ketimbang penyair.
Sekarang pria tua ketus itu terbaring sekarat, dan di saat itu, hanya ada satu pertanyaan yang ada di kepala Blake Morrison yang di arahkan pada dirinya sendiri: “And when did you last see your father?” Untuk menjawab pertanyaan kapan terakhir kali dia benar-benar melihat ayahnya, Blake mereka-reka kembali memorinya bersama sang ayah – sebagian besar merupakan memori ketika Blake masih remaja (diperankan oleh Matthew Beard).
Masa remaja Blake jelas diwarnai dengan berbagai macam kejadian bersama ayahnya. Ada kejadian-kejadian yang menyenangkan, seperti ketika Blake remaja dan ayahnya belajar menyetir di pesisisr pantai. Sayangnya, sebagian besar yang bangkit di kepala Blake justru kenangan-kenangan tidak sedap bersama sang ayah. Acara perkemahan, yang direnacakan ayahnya agar mereka bisa menghabiskan waktu berdua, misalnya, malah menjadi malapetaka dan menambah kejengkelan bagi Blake ketika kemah yang mereka tinggali dibanjiri air. Ketika Kekesalan Blake semakin bertambah ketika mendapati kedekatan yang tidak wajar antara ayahnya dengan bibinya (Sarah Lancashire). Blake bahkan curiga bahwa sepupunya, putri bibinya, merupakan buah hasil perselingkuhan mereka. Kejengkelan Blake pada ayahnya semakin menjadi-jadi ketika “lelucon-kelewat-batas” ayahnya mempermalukannya di depan umum. Sayangnya, Blake hanya berani mengendapkan semua perasaan tidak suka tersebut selama bertahun-tahun, bahkan hingga ayahnya terkapar di atas ranjang.
Keberhasilan And When Did You Last See Your Father? didukung oleh dua poin kuat. Pertama, penampilan solid dari seluruh pemain – untuk tipikal film bertabur emosi, jelas kualitas akting para pemain sangat memengaruhi. Colin Firth memimpin film ini tanpa perlu memberikan emosi-overdosis, terutama di bagian-bagian paling sentimentil yang rentan akan hal tersebut. Pujian serupa juga patut diberikan pada Matthew Beard (seorang aktor muda pendatang baru), yang dengan cemerlang cukup berhasil mengimbangi penampilan Colin Firth sebagai versi remajanya. Jim Broadbent juga unjuk gigi dengan memberikan penampilan yang sangat meyakinkan sebagai sosok sang ayah. Sederet pemain pendukung lain, Juliet Stevenson, Gina McKee, Claire Skinner, Sarah Lancashire, Elaine Cassidy, Justin McDonald, bahkan Carey Mulligan di film-film awalnya, juga tidak mau kalah untuk memberikan penampilan yang solid dan sangat detail.
Poin kedua ialah cara Anand Tucker mengolah materi sentimentilnya tanpa perlu terjebak menjadi opera sabun, telenovela, atau melodrama-cengeng-berlebihan. Terlihat jelas suasana lembut yang dibangun dengan sangat perlahan dan hati-hati di film ini. Pelan, memang, tapi dengan cara yang sangat teratur, Anand Tucker berhasil menyajikan sebuah drama yang sangat persuasif. Anand Tucker berhasil menempatkan bagian-bagian romansa, bagain humor miris, kesalahpahaman, kebencian, hingga adegan penuh kemarahan pada tempat-tempat yang tepat. Dan kesemuanya itu disatukan dengan sempurna menjadi sebuah drama dinamis tentang kerumitan sebuah hubungan ayah-anak.
Sekalipun terbilang sentimentil, Anand Tucker membuat konflik yang ada di film ini terlihat sangat nyata, hingga bisa diidentifikasi oleh anggota keluarga – penonton – manapun. Dan pada akhirnya, film ini sangat berhasil menginterpretasikan makna sederhana tapi mendalam dari memori tersebut. Sesuai yang dipertanyakan di judulny: And When Did You Last See Your Father? Kapan terakhir kali Blake benar-benar melihat ayahnya? Pernahkah Blake benar-benar melihat ayahnya? Atau Blake selama hidupnya terlalu dibutakan oleh kebencian dan kemarahan sehingga tidak pernah benar-benar bisa melihat ayahnya?
Pemain: Jim Broadbent, Colin Firth, Juliet Stevenson, Gina McKee, Claire Skinner, Sarah Lancashire, Matthew Beard, Elaine Cassidy, Justin McDonald, Carey Mulligan, Bradley Johnson, Rhiannon Howden
Tahun Rilis: 2007
Diadaptasi dari memoir And When Did You Last See Your Father? karya Blake Morrison.
Pria tua itu terkapar sekarat. Istrinya mengais air mata. Di ruangan yang sama juga putranya berdiri tegak, menerawang. Pria yang menerawang itu lah yang jadi sumber memoir, penulis memoir, sekaligus tokoh utama dalam film yang diadaptasi dari memoir tersebut.
And When Did You Last See Your Father? bermain dengan alur yang juga seperti sebuah memoir. Film ini tidak bercerita “maju,” melainkan “maju-mundur,” seakan-akan sedang “mereka-reka sekumpulan memori,” tepat seperti yang dilakukan Blake Morrison (Colin Firth), seorang penyair, ketika mendapati ayahnya terlentang sekarat, tinggal menunggu ajal. Ayahnya, Arthur (Jim Broadbent), adalah seorang dokter yang juga memperistri seorang dokter, Kim (Juliet Stevenson). Menurut rekaan memori Blake Morrison – atau sebuah adegan di awal film – Arthur merupakan sosok yang kompleks, atau lebih tepat disebut rumit. Ketika Blake masih kanak-kanak (diperankan oleh Bradley Johnson), ayahnya tidak pernah bisa sabar menunggu dalam barisan panjang antrian mobil. Ayahnya juga tipe pria tua blak-blakan, bahkan ketika Blake dianugerahi sebuah penghargaan puisi, ayahnya dengan lantang meletuskan lelucon bahwa ia lebih memilih putranya menjadi dokter (mengitkuti jejaknya) ketimbang penyair.
Sekarang pria tua ketus itu terbaring sekarat, dan di saat itu, hanya ada satu pertanyaan yang ada di kepala Blake Morrison yang di arahkan pada dirinya sendiri: “And when did you last see your father?” Untuk menjawab pertanyaan kapan terakhir kali dia benar-benar melihat ayahnya, Blake mereka-reka kembali memorinya bersama sang ayah – sebagian besar merupakan memori ketika Blake masih remaja (diperankan oleh Matthew Beard).
Masa remaja Blake jelas diwarnai dengan berbagai macam kejadian bersama ayahnya. Ada kejadian-kejadian yang menyenangkan, seperti ketika Blake remaja dan ayahnya belajar menyetir di pesisisr pantai. Sayangnya, sebagian besar yang bangkit di kepala Blake justru kenangan-kenangan tidak sedap bersama sang ayah. Acara perkemahan, yang direnacakan ayahnya agar mereka bisa menghabiskan waktu berdua, misalnya, malah menjadi malapetaka dan menambah kejengkelan bagi Blake ketika kemah yang mereka tinggali dibanjiri air. Ketika Kekesalan Blake semakin bertambah ketika mendapati kedekatan yang tidak wajar antara ayahnya dengan bibinya (Sarah Lancashire). Blake bahkan curiga bahwa sepupunya, putri bibinya, merupakan buah hasil perselingkuhan mereka. Kejengkelan Blake pada ayahnya semakin menjadi-jadi ketika “lelucon-kelewat-batas” ayahnya mempermalukannya di depan umum. Sayangnya, Blake hanya berani mengendapkan semua perasaan tidak suka tersebut selama bertahun-tahun, bahkan hingga ayahnya terkapar di atas ranjang.
Keberhasilan And When Did You Last See Your Father? didukung oleh dua poin kuat. Pertama, penampilan solid dari seluruh pemain – untuk tipikal film bertabur emosi, jelas kualitas akting para pemain sangat memengaruhi. Colin Firth memimpin film ini tanpa perlu memberikan emosi-overdosis, terutama di bagian-bagian paling sentimentil yang rentan akan hal tersebut. Pujian serupa juga patut diberikan pada Matthew Beard (seorang aktor muda pendatang baru), yang dengan cemerlang cukup berhasil mengimbangi penampilan Colin Firth sebagai versi remajanya. Jim Broadbent juga unjuk gigi dengan memberikan penampilan yang sangat meyakinkan sebagai sosok sang ayah. Sederet pemain pendukung lain, Juliet Stevenson, Gina McKee, Claire Skinner, Sarah Lancashire, Elaine Cassidy, Justin McDonald, bahkan Carey Mulligan di film-film awalnya, juga tidak mau kalah untuk memberikan penampilan yang solid dan sangat detail.
Poin kedua ialah cara Anand Tucker mengolah materi sentimentilnya tanpa perlu terjebak menjadi opera sabun, telenovela, atau melodrama-cengeng-berlebihan. Terlihat jelas suasana lembut yang dibangun dengan sangat perlahan dan hati-hati di film ini. Pelan, memang, tapi dengan cara yang sangat teratur, Anand Tucker berhasil menyajikan sebuah drama yang sangat persuasif. Anand Tucker berhasil menempatkan bagian-bagian romansa, bagain humor miris, kesalahpahaman, kebencian, hingga adegan penuh kemarahan pada tempat-tempat yang tepat. Dan kesemuanya itu disatukan dengan sempurna menjadi sebuah drama dinamis tentang kerumitan sebuah hubungan ayah-anak.
Sekalipun terbilang sentimentil, Anand Tucker membuat konflik yang ada di film ini terlihat sangat nyata, hingga bisa diidentifikasi oleh anggota keluarga – penonton – manapun. Dan pada akhirnya, film ini sangat berhasil menginterpretasikan makna sederhana tapi mendalam dari memori tersebut. Sesuai yang dipertanyakan di judulny: And When Did You Last See Your Father? Kapan terakhir kali Blake benar-benar melihat ayahnya? Pernahkah Blake benar-benar melihat ayahnya? Atau Blake selama hidupnya terlalu dibutakan oleh kebencian dan kemarahan sehingga tidak pernah benar-benar bisa melihat ayahnya?
Saya nonton film ini tahun lalu. Dan benar-benar menyentuh. Saya suka dengan scorenya yang kuat di instrumennya. :)
BalasHapus