Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Tim Burton
Pemain: Mia Wasikowska, Johnny Depp, Helena Bonham Carter, Anne Hathaway, Stephen Fry
Crispin Glover, Michael Sheen, Matt Lucas, Alan Rickman, Barbara Windsor
Tahun Rilis: 2010
Film ini merupakan daur ulang dari novel “Alice's Adventures in Wonderland” dan “Through the Looking-Glass” karya Lewis Carroll.
TIM Burton bilang versi original kisah Alice bukanlah sebuah kisah “kisah”, tapi hanya terasa seperti kumpulan-kumpulan peristiwa. Maka Tim Burton melakukan (semacam) daur ulang pada versi asli kisah tentang Wonderland itu. Tim Burton sendiri menyatakan film ini bukanlah sequel, remake, atau re-imaging dari karya-karya sebelumnya.
Setelah usai menyimak film ini, saya pun menangkap maksud dan tujuan pernayataan Tim Burton itu. Saya juga menangkap wujud “Alice” yang dinyatakan Tim Burton tersebut. Bahasa simpelnya: Tim Burton mencipatkan “Alice” dan “Wonderland” versinya sendiri berdasarkan versi Lewis Carroll. Pertanyaannya: Apakah versi re-invent dari Tim Burton lebih baik dari versi aslinya?
Nama Tim Burton sendiri memang sudah terkenal dengan film-film yang hitam-aneh dan cenderung absurd. Maka tidak perlu heran bila kali ini Tim Burton mengangkat Alice dan dunia Wonderlandnya ke dalam jajaran judul-judul film besutannya. Beberapa di antaranya yang merupakan favorit saya: “Big Fish”, “Edward Scissorhand”, “Sweeney Todd: The Demon Barber of Fleet Street”, dan “Beetlejuice”. Tapi ada pula film-film Tim Burton yang ternyata jatuhnya mengecewakan bagi saya, misalnya “Mars Attack!” dan film terakhirnya ini.
Sebenarnya “Alice in Wonderland” bukanlah benar-benar kekecewaan total bagi saya. Ada beberapa poin dari film yang sebenarnya masih bisa saya nikmati. Salah satunya paket pemain yang kuat. Apa lagi yang bisa diharapkan bila pemain-pemain sekaliber Johnny Deep, Anne Hathaway, Helena Bonham Carter, hingga Michael Sheen dan Alan Rickman bersatu-padu dalam sebuah film? Setidaknya penampilan mereka di film ini nyaman dinikmati. Sekalipun, seujujurnya saya agak bosan melihat penampakan Johnny Deep di setiap film-film Tim Burton. Tidak ada yang salah dengan penampilan Johnny Depp di film ini. Tapi tidak ada yang baru dari Johnny Deep, penampilannya di film sama sama saja dengan penampilannya di “Charlie and the Chocolat Factory” atau penampilannya sebagai Sweeny Todd. Tidak buruk, hanya saja tidak ada yang baru dari Johnny Depp. Bandingkan dengan Anne Hathaway atau Helena Bonham Carter yang membentuk sesuatu yang baru di film ini. Secara keseluruhan, tidak ada lagi yang perlu diperdebatkan panjang lebar lagi soal penampilan para pemainnya.
Permasalahannya utamanya, bagi saya, memang terletak pada cerita versi Burton-nya. Alice versi Tim Burton ini diceritakan sedang memasuki gerbang kedewasaan, kabur dari perjodohan menuju Wonderland (atau Underland – karena Alice salah mendengar). Somehow, di beberapa bagian, justru saya merasa wujud dewasa dari Alice ini malah mengurangi nilai curiosity. Dari segi cerita, memang Tim Burton membuat kisah Alice dan Wonderland menjadi versi yang lebih “bercerita” bila dibandingkan dengan versi aslinya. Setidaknya, saya masih bertanya-tanya di awal-awal film. Namun, kira-kira semenjak excalibur-esque di film ini menampakkan diri, mulailah turun drastis rasa penasaran saya terhadap film ini. Sisanya, Tum Burton seakan-akan membuat versi “Wonderland” dari Excalibur. Kekecewaan saya memuncak pada adegan pertempuran terakhir film. Adegan terakhir itu malah memberi kesan film ini termasuk jajaran film-film yang hanya mengandalkan kecanggihan visualisasi. Setidaknya, di sepanjangan film, saya masih termanjakan oleh pemandangan-pemandangan memukau yang ditampilkan. Dan ya, ditambah ada beberapa adegan yang menyenangkan untuk disimak (kebanyakan adegan-adegan seputar Red Queen mampu menghibur).
Akhir kata, saya lebih memilih versi orisinil dari “Alice in Wonderland”.
Sutradara: Tim Burton
Pemain: Mia Wasikowska, Johnny Depp, Helena Bonham Carter, Anne Hathaway, Stephen Fry
Crispin Glover, Michael Sheen, Matt Lucas, Alan Rickman, Barbara Windsor
Tahun Rilis: 2010
Film ini merupakan daur ulang dari novel “Alice's Adventures in Wonderland” dan “Through the Looking-Glass” karya Lewis Carroll.
TIM Burton bilang versi original kisah Alice bukanlah sebuah kisah “kisah”, tapi hanya terasa seperti kumpulan-kumpulan peristiwa. Maka Tim Burton melakukan (semacam) daur ulang pada versi asli kisah tentang Wonderland itu. Tim Burton sendiri menyatakan film ini bukanlah sequel, remake, atau re-imaging dari karya-karya sebelumnya.
Setelah usai menyimak film ini, saya pun menangkap maksud dan tujuan pernayataan Tim Burton itu. Saya juga menangkap wujud “Alice” yang dinyatakan Tim Burton tersebut. Bahasa simpelnya: Tim Burton mencipatkan “Alice” dan “Wonderland” versinya sendiri berdasarkan versi Lewis Carroll. Pertanyaannya: Apakah versi re-invent dari Tim Burton lebih baik dari versi aslinya?
Nama Tim Burton sendiri memang sudah terkenal dengan film-film yang hitam-aneh dan cenderung absurd. Maka tidak perlu heran bila kali ini Tim Burton mengangkat Alice dan dunia Wonderlandnya ke dalam jajaran judul-judul film besutannya. Beberapa di antaranya yang merupakan favorit saya: “Big Fish”, “Edward Scissorhand”, “Sweeney Todd: The Demon Barber of Fleet Street”, dan “Beetlejuice”. Tapi ada pula film-film Tim Burton yang ternyata jatuhnya mengecewakan bagi saya, misalnya “Mars Attack!” dan film terakhirnya ini.
Sebenarnya “Alice in Wonderland” bukanlah benar-benar kekecewaan total bagi saya. Ada beberapa poin dari film yang sebenarnya masih bisa saya nikmati. Salah satunya paket pemain yang kuat. Apa lagi yang bisa diharapkan bila pemain-pemain sekaliber Johnny Deep, Anne Hathaway, Helena Bonham Carter, hingga Michael Sheen dan Alan Rickman bersatu-padu dalam sebuah film? Setidaknya penampilan mereka di film ini nyaman dinikmati. Sekalipun, seujujurnya saya agak bosan melihat penampakan Johnny Deep di setiap film-film Tim Burton. Tidak ada yang salah dengan penampilan Johnny Depp di film ini. Tapi tidak ada yang baru dari Johnny Deep, penampilannya di film sama sama saja dengan penampilannya di “Charlie and the Chocolat Factory” atau penampilannya sebagai Sweeny Todd. Tidak buruk, hanya saja tidak ada yang baru dari Johnny Depp. Bandingkan dengan Anne Hathaway atau Helena Bonham Carter yang membentuk sesuatu yang baru di film ini. Secara keseluruhan, tidak ada lagi yang perlu diperdebatkan panjang lebar lagi soal penampilan para pemainnya.
Permasalahannya utamanya, bagi saya, memang terletak pada cerita versi Burton-nya. Alice versi Tim Burton ini diceritakan sedang memasuki gerbang kedewasaan, kabur dari perjodohan menuju Wonderland (atau Underland – karena Alice salah mendengar). Somehow, di beberapa bagian, justru saya merasa wujud dewasa dari Alice ini malah mengurangi nilai curiosity. Dari segi cerita, memang Tim Burton membuat kisah Alice dan Wonderland menjadi versi yang lebih “bercerita” bila dibandingkan dengan versi aslinya. Setidaknya, saya masih bertanya-tanya di awal-awal film. Namun, kira-kira semenjak excalibur-esque di film ini menampakkan diri, mulailah turun drastis rasa penasaran saya terhadap film ini. Sisanya, Tum Burton seakan-akan membuat versi “Wonderland” dari Excalibur. Kekecewaan saya memuncak pada adegan pertempuran terakhir film. Adegan terakhir itu malah memberi kesan film ini termasuk jajaran film-film yang hanya mengandalkan kecanggihan visualisasi. Setidaknya, di sepanjangan film, saya masih termanjakan oleh pemandangan-pemandangan memukau yang ditampilkan. Dan ya, ditambah ada beberapa adegan yang menyenangkan untuk disimak (kebanyakan adegan-adegan seputar Red Queen mampu menghibur).
Akhir kata, saya lebih memilih versi orisinil dari “Alice in Wonderland”.
rio kalo aku 7
BalasHapusabisnya mereka yg buat film lucu bisa buat lebay para pemainyya
apa lagi red quen aneh banget tuh
Aku suka Red Queen jugs kok. Film ini gak gagal dari segi humornya. Cuma agak gagal dari segi fantasinya.
BalasHapusLebih berhasil versi aslinya Alice in Wonderland.
yuPPP, visualisasinya emang kerem, tpi ceritanya, pas akhir ehmmm tidak se"HOT" yg aq bayangkan
BalasHapusemang versi aslinya ada ?? dg juduL yg sama ?
@mahmudah: Versi asli yang kumaksud itu versi novel tulisan Lewis Caroll. Novel itu sudah diangkat berkali-kali ke layar lebar, entah itu USA atau negara-negara asing lainnya (Ceko salah satunya).
BalasHapus