Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Steven Spielberg
Pemain: Henry Thomas, Dee Wallace, Robert MacNaughton, Drew Barrymore, Peter Coyote
Tahun Rilis: 1982
APALAGI yang mau saya katakan tentang film ini? Dari sekian banyak film sci-fi (science fiction) yang sudah saya tonton, film ini masuk tiga besar teratas film sci-fi yang paling saya suka (film sci-fi yang lainnya antara lain: “2001: A Space Odyssey” (1968) garapan Stanley Kubrick dan “Metropolis” garapan Fritz Lang yang menempati posis paling puncak). Berbeda dengan “2001: A Space Odyssey” yang terkenal dengan kekuatan “scientific-realism”-nya atau dengan “Metropolis” yang sangat-sangat ekspresionis, film ini jauh lebih ringan daripada dua judul itu. Mungkin lebih tepatnya, film ini lebih scientific magical: semacam campuran nuansa sci-fi dengan bau-bau fairy tale.
Garis besarnya film ini bercerita tentang hubungan tiga bocah (bersaudara), Elliot, Michael, dan Gerty, dengan seorang alien yang terperangkap di Bumi, khususnya Elliot. Sekilas pandang, memang garis besar cerita di film ini bisa dibilang simpel. Tapi, sambil mempertahankan simplifikasinya yang terjaga, ada pengembangan-pengembangan alur yang mampu membangkitkan mood cerita. Belum lagi tambahan bumbu, masalah keluarga bocah itu dan hubungan sosial Elliot dengan anak-anak sekitar, yang ditaburkan tepat pada tempatnya yang juga menambah kompleksitas (tapi tetap terjaga simpel) film ini. Secara keseluruhan, bisa dibilang cerita simpel ini terbangun dan tergali dengan rapi, pas, dan tidak berlebihan.
Pengambilan gambar yang indah jadi nilai tambah film ini. Yah, setidaknya, untuk ukuran film tahun 80-an, spesial efeknya bolehlah dibilang meyakinkan. Yang paling menarik perhatian saya dari film ini adalah magical-magical moment yang tidak hanya menimbulkan suasana emosif di layar kaca tapi juga mampu menarik emosi dari penonton. Sekedar informasi, bahkan Lady Dianna konon menitikkan air mata ketika menyimak film ini.
Here comes the actors! Tiga tokoh utama film ini diperankan aktor-aktor yang bisa dikatakan anak-anak (kecuali Michael, si bungsu). Film dengan tokoh utama yang diperankan anak-anak (malah kanak-kanak) biasanya mempunya kendala di penampilan. Penyebab utamanya antara lain karena aktor anak-anak tentu tidak sesensitif aktor dewasa dalam berperan. Sutradara Mike Nichols (“Who's Afraid of Virginia Woolf?” (1966)) bahkan menolak mentah-mentah menyutradarai film yang kualitasnya berganting pada penampilan tokoh anak-anak. Beda ceritanya dengan film ini, secara keseluruhan ketiga tokoh utama sudah bersatu membentuk trio yang ajaib (se-magical filmnya sendiri). Memang, bila dipandang secara orang per orang, penampilan mereka sebagai aktor anak-anak tidak ada seemas Linda Blair di “The Exorcist” atau Anna Paquin di “The Piano”. Tapi bila dipandang sebagai trio, dengan usia yang relatif hijau, mereka mampu menunjukkan kesinambungan penampilan satu sama lain.
Di film ini, Steven Speilberg sangat berhasil menangkap dunia kepolosan anak-anak dari sudut yang nyaris sempurna.
Sutradara: Steven Spielberg
Pemain: Henry Thomas, Dee Wallace, Robert MacNaughton, Drew Barrymore, Peter Coyote
Tahun Rilis: 1982
APALAGI yang mau saya katakan tentang film ini? Dari sekian banyak film sci-fi (science fiction) yang sudah saya tonton, film ini masuk tiga besar teratas film sci-fi yang paling saya suka (film sci-fi yang lainnya antara lain: “2001: A Space Odyssey” (1968) garapan Stanley Kubrick dan “Metropolis” garapan Fritz Lang yang menempati posis paling puncak). Berbeda dengan “2001: A Space Odyssey” yang terkenal dengan kekuatan “scientific-realism”-nya atau dengan “Metropolis” yang sangat-sangat ekspresionis, film ini jauh lebih ringan daripada dua judul itu. Mungkin lebih tepatnya, film ini lebih scientific magical: semacam campuran nuansa sci-fi dengan bau-bau fairy tale.
Garis besarnya film ini bercerita tentang hubungan tiga bocah (bersaudara), Elliot, Michael, dan Gerty, dengan seorang alien yang terperangkap di Bumi, khususnya Elliot. Sekilas pandang, memang garis besar cerita di film ini bisa dibilang simpel. Tapi, sambil mempertahankan simplifikasinya yang terjaga, ada pengembangan-pengembangan alur yang mampu membangkitkan mood cerita. Belum lagi tambahan bumbu, masalah keluarga bocah itu dan hubungan sosial Elliot dengan anak-anak sekitar, yang ditaburkan tepat pada tempatnya yang juga menambah kompleksitas (tapi tetap terjaga simpel) film ini. Secara keseluruhan, bisa dibilang cerita simpel ini terbangun dan tergali dengan rapi, pas, dan tidak berlebihan.
Pengambilan gambar yang indah jadi nilai tambah film ini. Yah, setidaknya, untuk ukuran film tahun 80-an, spesial efeknya bolehlah dibilang meyakinkan. Yang paling menarik perhatian saya dari film ini adalah magical-magical moment yang tidak hanya menimbulkan suasana emosif di layar kaca tapi juga mampu menarik emosi dari penonton. Sekedar informasi, bahkan Lady Dianna konon menitikkan air mata ketika menyimak film ini.
Here comes the actors! Tiga tokoh utama film ini diperankan aktor-aktor yang bisa dikatakan anak-anak (kecuali Michael, si bungsu). Film dengan tokoh utama yang diperankan anak-anak (malah kanak-kanak) biasanya mempunya kendala di penampilan. Penyebab utamanya antara lain karena aktor anak-anak tentu tidak sesensitif aktor dewasa dalam berperan. Sutradara Mike Nichols (“Who's Afraid of Virginia Woolf?” (1966)) bahkan menolak mentah-mentah menyutradarai film yang kualitasnya berganting pada penampilan tokoh anak-anak. Beda ceritanya dengan film ini, secara keseluruhan ketiga tokoh utama sudah bersatu membentuk trio yang ajaib (se-magical filmnya sendiri). Memang, bila dipandang secara orang per orang, penampilan mereka sebagai aktor anak-anak tidak ada seemas Linda Blair di “The Exorcist” atau Anna Paquin di “The Piano”. Tapi bila dipandang sebagai trio, dengan usia yang relatif hijau, mereka mampu menunjukkan kesinambungan penampilan satu sama lain.
Di film ini, Steven Speilberg sangat berhasil menangkap dunia kepolosan anak-anak dari sudut yang nyaris sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar