Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Roger Kumble
Pemain: Sarah Michelle Gellar, Ryan Phillippe, Reese Witherspoon, Selma Blair, Louise Fletcher, Swoosie Kurtz, Sean Patrick Thomas, Christine Baranski
Tahun Rilis: 1999
Film ini merupakan adaptasi dari novel epistolari “Les liasons dangeruses” (1782) karya Pierre Choderlos de Laclos.
BERBEDA dengan “Dangerous Liaisons” yang berlatar Perancis tahun 1700-an (sesuai dengan novelnya), “Cruel Intentions” merupakan versi modernisasi dari novel “Les liasons dangeruses.” Dalam “Cruel Intentions,” Tidak ada wanita-wanita memakai korset dan gaun yang rasanya berat sekali buat berjalan. Tidak ada pria-pria dengan wig bergelombang. Kereta kuda diganti dengan mobil-mobil mengilap. Dan yang pasti, nama-nama tak ramah lidah ala kerjaan di versi aslinya diganti dengan nama-nama modern yang lebih bersahabat.
Versi modern dari “Les liasons dangeruses” ini menyoroti kalangan remaja elit (kelas atas) di Manhattan. Film ini dibintangi oleh si sensual Sarah Michelle Gellar sebagai Kathryn Merteuil (Marquise Isabelle de Merteuil di versi aslinya) dan Ryan Phillippe sebagai Sebastian Valmont (Vicomte Sébastien de Valmont di versi aslinya). Dua-duanya merupakan remaja elit yang tinggal di rumah elit dan dengan gaya hidup elit pula tentunya. Berbeda dengan versi aslinya yang memposisikan dua makhluk tersebut sebagai partner, di versi modern ini Kathryn dan Sebastian saling mengemban takdir sebagai saudara tiri.
Kathryn yang tidak lain adalah ketua OSIS (student council) adalah wujud kesempurnaan seorang remaja: cantik, pintar, (dari luar) well-mannered, berharta lebih dari berkecukupan, dan mempunyai kalung salib yang selalu dia percaya. Faktanya, Kathryn merupakan tipe-tipe wanita aristokrat yang senang menikmati remaja-remaja lugu bergulat dalam permainannya, dan senang menghisap kokain yang disimpan di dalam kalung salibnya. Sementara Sebastian, saudara tirinya, adalah tipikal remaja-remaja womanizer dari kalangan elit yang baru saja menuntaskan misi womanizing-nya pada putri seorang terapis.
Garis besar alur cerita film ini tetap menuruti versi orisinilnya. Kathryn mengajukan sebuah misi balas dendam pada Sebastian untuk menseduksi seorang gadis naif, Cecile Caldwell (Selma Blair – Cécile de Volanges di versi aslinya). Mulanya Sebastian menolak karena dia sendiri sedang dalam misi yang menurutnya lebih menantang: menseduksi seorang gadis cantik, Annette Hargrove (Reese Witherspoon), yang mempublikasikan pengakuannya untuk tetap mempertahankan keperawanannya hingga dia benar-benar jatuh cinta. Kathryn merasa Sebastian tidak akan mampu memenangkan misinya kali ini. Maka Kathryn menawarkan sebuah taruhan. Bila Kathryn menang, maka Jaguar 1956 XK140 Roadster milik Sebastian jadi miliknya. Namun, bila Kathryn kalah, Sebastian akan mendapatkan semalam penuh gairah bersaa Kathryn (Kathryn sadar, hanya dia lah satu-satunya gadis incaran Sebastian yang tidak akan mungkin dia tiduri). Mulanya Sebastian menolak, tapi akhirnya Sebastian menerima tantangan itu ketika Kathryn mengajukan usulan bahwa Sebastian bisa “memamerkannya” ke mana saja ia mau (kalau Sebastian menang).
Di sisi lain, Ronald Clifford (Sean Patrick Thomas – Chevalier Danceny di versi aslinya), seorang guru musik berkulit hitam yang mengajarkan Cecile bermain celo, diam-diam menaruh hati pada Cecile. Kathryn memanfaatkan kesempatan ini untuk balas dendamnya, berharap Ronald mampu merrenggut keperawanan Cecile. Sementara itu, ternyata Sebastian mengalami kesulitan merayu Annette karena sebelumnya dia sudah diberi peringatan oleh ibunya Cecile, Mrs. Caldwell (Christine Baranski – Madame de Volanges di versi aslinya). Untuk membalasnya, Sebastian pun akhirnya menerima tawaran rencana jahat Kathryn yang dia tolak sebelumnya.
Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya: garis besar cerita film ini sama dengan versi orisinilnya. Alur-alur berlanjut dengan intrik dan konflik seputar rencanan-rencana seduktif penuh kebohongan, penyangkalan, dan pengkhianatan. Bagi yang pernah menyimak “Dangerous Liasons” besutan Stephen Frears.
Kelebihan versi moderin ini ketimbang adaptasi period drama Stephen Frears adalah chemistry (bukan chemistry romantis-OMG-so-sweet ala “Twilight Saga,” tapi lebih pada chemistry penuh dengan ketegangan). Chemistry yang dibangun oleh kedua pemeran utamanya, Sarah Michelle Gellar dan Ryan Phillippe berhasil memberikan kekentalan suasana tegang yang seakan-akan serasa mencekik dianara keduanya. Hal ini lah yang tidak didapatkan dari Glenn Close dan John Malkovich. Tapi versi modern ini sangat amat kurang dalam substansinya. Modernisasi yang dilakukan ternyata malah menghapus kritisasi persoalan gender yang kental terasa pada Perancis masa itu. Modernisasinya malah seakan-akan mengubah wujud novel epistolari tersebut menjadi film yang hanya sekedar untuk hibur-hiburan semata. Yah, mempertontonkan permainan amoral antara dua makhluk saling menikam satu sama lain.
Masalah kecil lain adalah perbuahan wujud Chevalier Danceny (dari versi aslinya) yang tiba-tiba menjadi sosok kulit hitam, Ronald Clifford. Bagian ini terlalu dipaksakan perwujudannya. Bukan bermaksud untuk rasis, hanya saja setiap kali muncul adegan Ronald, suasana tegang berbau elegan nan glamor mendadak bertabrakan dengan bau-bau urbanisme. Bukan karena rasisnya, tapi karena sang suasana yang dibangung sang aktor sendiri selalu bertolah belakang dengan susasana yang telah terbangun sebelumnya. Dan untuk masalah pemain, rasanya keseluruhan total para pemainnya terlalu tua untuk tokoh mereka, bukan? Tapi apa boleh buat, film ini bakal dicekal bila pemain yang dipakai sesuai dengan usia tokohnya.
Setidaknya, satu hal yang masih bisa menyelamatkan film ini adalah pergulatan emosional antara Kathryn dan Sebastian yang terasa lebih kental ketimbang versi orisinilnya.
Sutradara: Roger Kumble
Pemain: Sarah Michelle Gellar, Ryan Phillippe, Reese Witherspoon, Selma Blair, Louise Fletcher, Swoosie Kurtz, Sean Patrick Thomas, Christine Baranski
Tahun Rilis: 1999
Film ini merupakan adaptasi dari novel epistolari “Les liasons dangeruses” (1782) karya Pierre Choderlos de Laclos.
BERBEDA dengan “Dangerous Liaisons” yang berlatar Perancis tahun 1700-an (sesuai dengan novelnya), “Cruel Intentions” merupakan versi modernisasi dari novel “Les liasons dangeruses.” Dalam “Cruel Intentions,” Tidak ada wanita-wanita memakai korset dan gaun yang rasanya berat sekali buat berjalan. Tidak ada pria-pria dengan wig bergelombang. Kereta kuda diganti dengan mobil-mobil mengilap. Dan yang pasti, nama-nama tak ramah lidah ala kerjaan di versi aslinya diganti dengan nama-nama modern yang lebih bersahabat.
Versi modern dari “Les liasons dangeruses” ini menyoroti kalangan remaja elit (kelas atas) di Manhattan. Film ini dibintangi oleh si sensual Sarah Michelle Gellar sebagai Kathryn Merteuil (Marquise Isabelle de Merteuil di versi aslinya) dan Ryan Phillippe sebagai Sebastian Valmont (Vicomte Sébastien de Valmont di versi aslinya). Dua-duanya merupakan remaja elit yang tinggal di rumah elit dan dengan gaya hidup elit pula tentunya. Berbeda dengan versi aslinya yang memposisikan dua makhluk tersebut sebagai partner, di versi modern ini Kathryn dan Sebastian saling mengemban takdir sebagai saudara tiri.
Kathryn yang tidak lain adalah ketua OSIS (student council) adalah wujud kesempurnaan seorang remaja: cantik, pintar, (dari luar) well-mannered, berharta lebih dari berkecukupan, dan mempunyai kalung salib yang selalu dia percaya. Faktanya, Kathryn merupakan tipe-tipe wanita aristokrat yang senang menikmati remaja-remaja lugu bergulat dalam permainannya, dan senang menghisap kokain yang disimpan di dalam kalung salibnya. Sementara Sebastian, saudara tirinya, adalah tipikal remaja-remaja womanizer dari kalangan elit yang baru saja menuntaskan misi womanizing-nya pada putri seorang terapis.
Garis besar alur cerita film ini tetap menuruti versi orisinilnya. Kathryn mengajukan sebuah misi balas dendam pada Sebastian untuk menseduksi seorang gadis naif, Cecile Caldwell (Selma Blair – Cécile de Volanges di versi aslinya). Mulanya Sebastian menolak karena dia sendiri sedang dalam misi yang menurutnya lebih menantang: menseduksi seorang gadis cantik, Annette Hargrove (Reese Witherspoon), yang mempublikasikan pengakuannya untuk tetap mempertahankan keperawanannya hingga dia benar-benar jatuh cinta. Kathryn merasa Sebastian tidak akan mampu memenangkan misinya kali ini. Maka Kathryn menawarkan sebuah taruhan. Bila Kathryn menang, maka Jaguar 1956 XK140 Roadster milik Sebastian jadi miliknya. Namun, bila Kathryn kalah, Sebastian akan mendapatkan semalam penuh gairah bersaa Kathryn (Kathryn sadar, hanya dia lah satu-satunya gadis incaran Sebastian yang tidak akan mungkin dia tiduri). Mulanya Sebastian menolak, tapi akhirnya Sebastian menerima tantangan itu ketika Kathryn mengajukan usulan bahwa Sebastian bisa “memamerkannya” ke mana saja ia mau (kalau Sebastian menang).
Di sisi lain, Ronald Clifford (Sean Patrick Thomas – Chevalier Danceny di versi aslinya), seorang guru musik berkulit hitam yang mengajarkan Cecile bermain celo, diam-diam menaruh hati pada Cecile. Kathryn memanfaatkan kesempatan ini untuk balas dendamnya, berharap Ronald mampu merrenggut keperawanan Cecile. Sementara itu, ternyata Sebastian mengalami kesulitan merayu Annette karena sebelumnya dia sudah diberi peringatan oleh ibunya Cecile, Mrs. Caldwell (Christine Baranski – Madame de Volanges di versi aslinya). Untuk membalasnya, Sebastian pun akhirnya menerima tawaran rencana jahat Kathryn yang dia tolak sebelumnya.
Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya: garis besar cerita film ini sama dengan versi orisinilnya. Alur-alur berlanjut dengan intrik dan konflik seputar rencanan-rencana seduktif penuh kebohongan, penyangkalan, dan pengkhianatan. Bagi yang pernah menyimak “Dangerous Liasons” besutan Stephen Frears.
Kelebihan versi moderin ini ketimbang adaptasi period drama Stephen Frears adalah chemistry (bukan chemistry romantis-OMG-so-sweet ala “Twilight Saga,” tapi lebih pada chemistry penuh dengan ketegangan). Chemistry yang dibangun oleh kedua pemeran utamanya, Sarah Michelle Gellar dan Ryan Phillippe berhasil memberikan kekentalan suasana tegang yang seakan-akan serasa mencekik dianara keduanya. Hal ini lah yang tidak didapatkan dari Glenn Close dan John Malkovich. Tapi versi modern ini sangat amat kurang dalam substansinya. Modernisasi yang dilakukan ternyata malah menghapus kritisasi persoalan gender yang kental terasa pada Perancis masa itu. Modernisasinya malah seakan-akan mengubah wujud novel epistolari tersebut menjadi film yang hanya sekedar untuk hibur-hiburan semata. Yah, mempertontonkan permainan amoral antara dua makhluk saling menikam satu sama lain.
Masalah kecil lain adalah perbuahan wujud Chevalier Danceny (dari versi aslinya) yang tiba-tiba menjadi sosok kulit hitam, Ronald Clifford. Bagian ini terlalu dipaksakan perwujudannya. Bukan bermaksud untuk rasis, hanya saja setiap kali muncul adegan Ronald, suasana tegang berbau elegan nan glamor mendadak bertabrakan dengan bau-bau urbanisme. Bukan karena rasisnya, tapi karena sang suasana yang dibangung sang aktor sendiri selalu bertolah belakang dengan susasana yang telah terbangun sebelumnya. Dan untuk masalah pemain, rasanya keseluruhan total para pemainnya terlalu tua untuk tokoh mereka, bukan? Tapi apa boleh buat, film ini bakal dicekal bila pemain yang dipakai sesuai dengan usia tokohnya.
Setidaknya, satu hal yang masih bisa menyelamatkan film ini adalah pergulatan emosional antara Kathryn dan Sebastian yang terasa lebih kental ketimbang versi orisinilnya.
mmm...film ini memang menegangkan dengan ending yang tragis
BalasHapusTelat nonton sihh ini filmnya tapi filmnya keren banget, chemistrynya dpt juga
BalasHapus