Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Martin Barnewitz
Pemain: Norman Reedus, Claire Holt, Heather Stephens, Michael McCoy, Erbi Ago, Richard Riehle, Matthew McNulty, Darcy Fowers, Kalina Green
Tahun Rilis: 2009
Film ini merupakan prequel dari “The Messengers” (2007).
TIMELINE kejadian di film ini mundur dari film sebelumnya, “The Messengers.” Atau katakan saja, cerita di film ini terjadi sebelum cerita di “The Messengers.” Konsepnya sih masih sama, bercerita tentang horror di daerah pertani-tanian. Bedanya, kalau “The Messengers” mengambil latar pemandangan ladang bunga matahari, prequel-nya ini menyajikan panorama ladang jagung. Saya sedikit de javu. Ingat film “Children of the Corn” yang juga berlatar di ladang jagung? Jangan berpikiran negatif dulu, film ini tidak ada hubungan apa-apa dengan film yang diadaptasi dari cerpen karangan Stephen King itu.
Garis besarnya sih, film ini bercerita tentang usaha John Rollins menyelamatkan ladang Jagungnya. Ladang jagungnya kering karena sistem irigasi yang sudah tidak bekerja lagi, ditambah lagi gagak-gagak semakin liar melahap jagung-jagungnya. Hutang pun menunggu untuk dibayar. Suatu hari, John menemukan ruang rahasia di gudangnya. Di dalam ruangan itu, John menemukan sebuah orang-orangan sawah. Singkat cerita, John menggunakan orang-orangan sawah tersebut untuk menakut-nakuti gagak yang menyerbu ladangnya. Tidak disangka ternyata orang-orangan sawah tersebut membawa kemujuran di ladang jagung John. Sayangnya, orang-orangan sawah tersebut juga membawa petaka.
Plot cerita di film horror ini bisa dibilang klise. Tidak ada surprise. Bahkan, saya akan tega kali ini, prequel ini jauh lebih kacau ketimbang film pendahulunya yang sudah duluan kacau. Tidak ada kejutan yang berarti. Tidak ada suspense yang berarti. Tidak ada misteri yang berarti. Tidak ada twist yang berarti. Hingga horror-horror yang disajikan pun tidak ada yang berhasil. Belum lagi suara dentuman-dentuman berlebihan yang dipasang di adegan-adegan yang klise sekali, tidak perlu didentumi sama sekali, hingga hasilnya malah terasa memaksa. Bukan horror yang didapat, tapi kaget karena dentuman. Dari segi visualisasi, film ini malah lebih merosot ketimbang pendahulunya. Setidaknya, sekalipun kacau, “The Messengers” masih mampu memberikan pemandangan ladang bunga matahari dari sudut-sudut yang indah dipandang mata. Tapi tidak di prequel-nya ini.
Akhir kata, cuma kalimat sederhana yang ingin saya sampaikan: “Messengers 2: The Scarecrow” termasuk horror yang gagal total.
Sutradara: Martin Barnewitz
Pemain: Norman Reedus, Claire Holt, Heather Stephens, Michael McCoy, Erbi Ago, Richard Riehle, Matthew McNulty, Darcy Fowers, Kalina Green
Tahun Rilis: 2009
Film ini merupakan prequel dari “The Messengers” (2007).
TIMELINE kejadian di film ini mundur dari film sebelumnya, “The Messengers.” Atau katakan saja, cerita di film ini terjadi sebelum cerita di “The Messengers.” Konsepnya sih masih sama, bercerita tentang horror di daerah pertani-tanian. Bedanya, kalau “The Messengers” mengambil latar pemandangan ladang bunga matahari, prequel-nya ini menyajikan panorama ladang jagung. Saya sedikit de javu. Ingat film “Children of the Corn” yang juga berlatar di ladang jagung? Jangan berpikiran negatif dulu, film ini tidak ada hubungan apa-apa dengan film yang diadaptasi dari cerpen karangan Stephen King itu.
Garis besarnya sih, film ini bercerita tentang usaha John Rollins menyelamatkan ladang Jagungnya. Ladang jagungnya kering karena sistem irigasi yang sudah tidak bekerja lagi, ditambah lagi gagak-gagak semakin liar melahap jagung-jagungnya. Hutang pun menunggu untuk dibayar. Suatu hari, John menemukan ruang rahasia di gudangnya. Di dalam ruangan itu, John menemukan sebuah orang-orangan sawah. Singkat cerita, John menggunakan orang-orangan sawah tersebut untuk menakut-nakuti gagak yang menyerbu ladangnya. Tidak disangka ternyata orang-orangan sawah tersebut membawa kemujuran di ladang jagung John. Sayangnya, orang-orangan sawah tersebut juga membawa petaka.
Plot cerita di film horror ini bisa dibilang klise. Tidak ada surprise. Bahkan, saya akan tega kali ini, prequel ini jauh lebih kacau ketimbang film pendahulunya yang sudah duluan kacau. Tidak ada kejutan yang berarti. Tidak ada suspense yang berarti. Tidak ada misteri yang berarti. Tidak ada twist yang berarti. Hingga horror-horror yang disajikan pun tidak ada yang berhasil. Belum lagi suara dentuman-dentuman berlebihan yang dipasang di adegan-adegan yang klise sekali, tidak perlu didentumi sama sekali, hingga hasilnya malah terasa memaksa. Bukan horror yang didapat, tapi kaget karena dentuman. Dari segi visualisasi, film ini malah lebih merosot ketimbang pendahulunya. Setidaknya, sekalipun kacau, “The Messengers” masih mampu memberikan pemandangan ladang bunga matahari dari sudut-sudut yang indah dipandang mata. Tapi tidak di prequel-nya ini.
Akhir kata, cuma kalimat sederhana yang ingin saya sampaikan: “Messengers 2: The Scarecrow” termasuk horror yang gagal total.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar