Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Ridley Scott
Pemain: Russell Crowe, Cate Blanchett, Matthew Macfadyen, Mark Strong, Oscar Isaac, Kevin Durand, Mark Addy, William Hurt, Danny Huston, Max von Sydow
Tahun Rilis: 2010
“ROBIN Hood” versi Ridley Scott ini bukan benar-benar Robin Hood si pemimpin kelompok pencuri yang kita kenal dulu. “Robin Hood” yang ini, adalah Robin Hood yang sudah diutak-atik oleh Ridley Scott menjadi versinya sendiri.
Kalau saya menulis resensi ini berpijak dengan Robin Hood, maka versi Ridley Scott ini sudah jelas sekali kehilangan esensi Robin Hood. “Robin Hood” yang ini tidak memakai baju hijau yang sudah jadi ciri khasnya. “Robin Hood” yang ini terasa lebih kaku ketimbang Robin Hood yang saya kenal selama ini. Dan yang paling penting, “Robin Hood” yang ini tidak mencuri dari kalangan atas demi membantu kalangan bawah. Yang lebih parah, “Robin Hood” yang ini malah berperang melawan kalangan atas demi kepentingan kalangan atas pula.
Terlepas dari semua esensi-esensi Robin Hood orisinil itu, “Robin Hood” versi Ridley Scott ini juga kehilangan nilai-nilai fun dan enjoyable-nya. Mungkin, memang dari awal “Robin Hood” yang ini lebih ditujukan menjadi sebuah film petualangan serius yang penuh dengan intrik dan konflik. Oke. Permasalahannya, penggunaan Robin Hood di sini rasanya kurang pas dengan konteksnya. Wajar saja bila orang-orang, termasuk saya, bakal membandingkan dengan nilai-nilai yang ada pada versi orisinilnya. Saya lebih suka bila film ini dibikin mandiri, sendiri, tanpa perlu mengakar pada cerita klasik sekaliber Robin Hood.
Setidaknya, sisi positif versi Ridley Scott ini, saya bisa mendapatkan gambaran natural dari sosok seorang pemimpin di masa itu. Penampilan-penampilan natural pun berdatangan dari dua pemain utama: Russell Crowe dan Cate Blanchett. Sayangnya lagi, para pemain-pemain pendukung di sini serasa cuma memberikan penampilan sekali lewat saja.
Seperti yang saya bilang sebelumnya, ketimbang mempermasalahkan tentang “apakah mencuri demi kebaikan itu sebuah kriminal,” Ridley Scott malah membahas tentang “moralitas iri-dengki” di sini. Benar-benar hal yang berbeda dari Robin Hood orosinilnya. Tidak masalah sebenarnya. Hanya saja eksekusinya yang disayangkan. CGI (Computer Generated Graphic) yang dipakai dalam adegan peperangan terasa terlalu bergaya. Padahal saya berharap Ridley Scott mampu menyajikan sisi kemanusian dari adegan peperangan di film ini. Atau lebih baik saya katakan, seharusnya Ridley Scott menyajikan kemanusiaan dalam peperang dari segi berapa banyak nyawa melayang, berapa banyak kerugian, apa hasil yang didapatkan, dan apa pula risiko yang didapatkan. Sayangnya, Ridley Scott malah terlena dengan CGI. Terlebih adegan-adegan slow-motion-slow-motion yang serasa cuma sekedar gaya-gayaan, tapi malah mengurangi esensi sebenarnya dari peperangan tersebut. Saya serasa nonton “The Matrix” versi abad pertengahan.
Sutradara: Ridley Scott
Pemain: Russell Crowe, Cate Blanchett, Matthew Macfadyen, Mark Strong, Oscar Isaac, Kevin Durand, Mark Addy, William Hurt, Danny Huston, Max von Sydow
Tahun Rilis: 2010
“ROBIN Hood” versi Ridley Scott ini bukan benar-benar Robin Hood si pemimpin kelompok pencuri yang kita kenal dulu. “Robin Hood” yang ini, adalah Robin Hood yang sudah diutak-atik oleh Ridley Scott menjadi versinya sendiri.
Kalau saya menulis resensi ini berpijak dengan Robin Hood, maka versi Ridley Scott ini sudah jelas sekali kehilangan esensi Robin Hood. “Robin Hood” yang ini tidak memakai baju hijau yang sudah jadi ciri khasnya. “Robin Hood” yang ini terasa lebih kaku ketimbang Robin Hood yang saya kenal selama ini. Dan yang paling penting, “Robin Hood” yang ini tidak mencuri dari kalangan atas demi membantu kalangan bawah. Yang lebih parah, “Robin Hood” yang ini malah berperang melawan kalangan atas demi kepentingan kalangan atas pula.
Terlepas dari semua esensi-esensi Robin Hood orisinil itu, “Robin Hood” versi Ridley Scott ini juga kehilangan nilai-nilai fun dan enjoyable-nya. Mungkin, memang dari awal “Robin Hood” yang ini lebih ditujukan menjadi sebuah film petualangan serius yang penuh dengan intrik dan konflik. Oke. Permasalahannya, penggunaan Robin Hood di sini rasanya kurang pas dengan konteksnya. Wajar saja bila orang-orang, termasuk saya, bakal membandingkan dengan nilai-nilai yang ada pada versi orisinilnya. Saya lebih suka bila film ini dibikin mandiri, sendiri, tanpa perlu mengakar pada cerita klasik sekaliber Robin Hood.
Setidaknya, sisi positif versi Ridley Scott ini, saya bisa mendapatkan gambaran natural dari sosok seorang pemimpin di masa itu. Penampilan-penampilan natural pun berdatangan dari dua pemain utama: Russell Crowe dan Cate Blanchett. Sayangnya lagi, para pemain-pemain pendukung di sini serasa cuma memberikan penampilan sekali lewat saja.
Seperti yang saya bilang sebelumnya, ketimbang mempermasalahkan tentang “apakah mencuri demi kebaikan itu sebuah kriminal,” Ridley Scott malah membahas tentang “moralitas iri-dengki” di sini. Benar-benar hal yang berbeda dari Robin Hood orosinilnya. Tidak masalah sebenarnya. Hanya saja eksekusinya yang disayangkan. CGI (Computer Generated Graphic) yang dipakai dalam adegan peperangan terasa terlalu bergaya. Padahal saya berharap Ridley Scott mampu menyajikan sisi kemanusian dari adegan peperangan di film ini. Atau lebih baik saya katakan, seharusnya Ridley Scott menyajikan kemanusiaan dalam peperang dari segi berapa banyak nyawa melayang, berapa banyak kerugian, apa hasil yang didapatkan, dan apa pula risiko yang didapatkan. Sayangnya, Ridley Scott malah terlena dengan CGI. Terlebih adegan-adegan slow-motion-slow-motion yang serasa cuma sekedar gaya-gayaan, tapi malah mengurangi esensi sebenarnya dari peperangan tersebut. Saya serasa nonton “The Matrix” versi abad pertengahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar