Sutradara: Lee Unkrich
Tahun Rilis: 2010
Film ini merupakan sequel dari “Toy Story 2” (1999).
Ini adalah film ketiga dari franchise “Toy Story,” yang kurang lebihnya bercerita tentang petualangan para mainan yang hidup ketika para manusia tidak melihat mereka. Bayangkan kalau mainan kita tiba-tiba bergerak, berbicara, hidup, di malam hari ketika tidur.
Film ketiga ini tetap menyoroti Woody, sebuah mainan koboi-koboian, dan teman-temannya. Mereka semua merupakan mainan milik seorang bocah bernama Andy. Sayangnya, sekarang Andy sudah 17 tahun dan sedang bersiap-siap untuk kuliah. Para mainan tersebut dihdapakan pada ketidakpastian, tentu Andy yang sudah dewasa tidak mungkin memainkan mereka lagi. Ketika berkemas, Andy memutuskan untuk membawa Woody, sementara yang lainnya dimasukkan ke sebuah kantung plastik berlabel “sampah.” Sebenarnya Andy berniat menyimpan sisa mainnya (selain Woody) di loteng. Sayangnya, ketika ibunya mendapatkan kantung berlabel “sampah” tersebut, mereka malah terbuang.
Woody yang menyaksikan jelas semua kejadian ini berusaha menjelaskan pada teman-temannya. Sayangnya, para mainan yang sudah sangat terluka dan kecewa tersebut sama sekali tidak mau mendengar. Mereka bahkan memutuskan untuk pergi ke Pusat Penitipan Anak Sunnyside, berharap dapat kembali dimainkan di tempat tersebut. Woody pun, secara tidak sengaja, ikut bersama mereka. Di Sunnyside, mulanya, mereka disambut dengan hangat oleh mainan-mainan lain. Tempat tersebut dipimpin oleh sebuah boneka beruang besar yang dinamai Lotso (Lots-o-Huggin' Bear). Melihat rona bahagia teman-temannya di Sunnyside, Woody memutuskan untuk berpisah dan kembali ke Andy. Sayangnya, ternyata Woody tidak langsung bisa tiba ke rumah Andy ketika Bonnie, anak pengurus Sunnyside, menemukannya lalu membawanya pulang sebagai mainannya.
Sementara itu, teman-teman Woody mendapatkan kejutan yang tidak menyenangkan dari anak-anak balita yang memainkan mereka di ruangan tempat mereka ditempatkan. Balita-balita tersebut memainkan mereka dengan sangat kasar. Dibanting. Ditendang. Diduduki. Maklum, balita, belum tahu cara memainkan mainan dengan benar.
Pada “Toy Story” dan “Toy Story 2” penonton dikenalkan pada kisah tentang kedekatan hubungan antara seorang bocah dan mainan-mainannya. Dalam produksi Pixar kali ini, “Toy Story 3,” penonton diperkenalkan pada anti klimaksnya. Di sini kita dihadapkan pada Andy, yang sedang dalam masa pendewasaan, yang harus meninggalkan masa kecilnya (termasuk mainan-mainannya). Tapi, yang lebih inti dari film ini, bagaimanakah seharusnya Andy meninggalkan masa kecilnya? Dibuang begitu saja? Atau dengan sesuatu yang lebih bermakna? Di “Toy Story 3” ini, penonton malah dihadapkan pada kisah yang bertolak belakang dari dua film pendahulunya: si bocah (yang sudah dewasa) dan mainan-mainannya saling berpisah satu sama lain. Hanya saja, bagimanakah seharusnya mereka berpisah?
Suka banget sama film ini.
BalasHapusMengharukan dan menyenangkan sekaligus.
Fun.