Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: John Lee Hancock
Pemain: Sandra Bullock, Quinton Aaron, Tim McGraw, Kathy Bates, Lily Collins, Jae Head, Ray McKinnon, Kim Dickens, Adriane Lenox
Tahun Rilis: 2009
Film ini diadaptasi dari buku “The Blind Side: Evolution of a Game” karangan Michael Lewis.
YANG membuat “The Blind Side” menjadi tontonan menyenangkan adalah kadar emosionalnya. Pada dasarnya garis besar cerita yang disajikan di film ini nyaris klise; orang kulit putih menyelamatkan hidup orang kulit hitam, perjuangan seseorang dari nol besar sampai meraih nama besar, dan bla bla bla. Nothing new. Dan semua yang disajikan nyaris predictable.
Thanks to Sandra Bullock, setidaknya kisah nyata tentang Leigh Anne Tuohy (Sandra Bullock) dibawa dengan kadar emosi yang sangat tepat. Yup, film ini klise dan gampang ditebak, tapi setidaknya masih memberikan gambaran emosional yang menyenangkan (not overdo).
Leigh Anne Tuohy, istri Sean Tuohy (Tim McGraw) – seorang pengamat olahraga, suatu malam berpapasan dengan Michael Oher atau Big Mike (Quinton Aaron). Michael Oher, seorang bocah negro berbadan besar, tidak punya tempat berteduh. Leigh Anne pun langsung bertindak layaknya ibu penyelamat. Dia menawarkan Big Mike untuk tinggal di kediamannya. Leigh Anne, yang kulit putih, menolong Big Mike yang notabene negro. Bentuk (orang kulit putih menolong orang negro) semacam ini sudah tidak asing lagi di film-film, paling menarik ada di “To Kill a Mockingbird.”
Sandra Bullcok adalah nyawa utama film ini. Dan Sandra Bullcok berhasil. Cerita-cerita yang menyoroti hubungan antar ras (terutama kulit putih dan negro) bukan lah hal baru lagi. Sebut saja “A Patch of Blue” (1965), “Driving Miss Daisy” (1989), dan “Crash” (2004 – yang juga dibintangi Sandra Bullock). “The Blind Side” mengarahkan isu itu ke arah kisah emosional tentang perjuangan tokoh, nyatanya hal itu sama sekali tidak membuat “The Blind Side” bebas dari keklisean. Thanks to Sandra Bullock, penampilannya lah yang membuat film ini pantas dinikmati (terlepas dari semua kekliseannya). Nyatanya, penampilan aktor yang memerankan Michael Oher terasa nanggung – di satu adegan dia bermain oke, di adegan lain bermin tidak oke. But again, thanks to Bullock.
Terlepas dari fakta Sandra Bullcok merupakan nominator kuat Oscar dalam kategori Best Actress, nyatanya “The Blind Side” termasuk kontender lemah (mungkin termasuk terlemah) untuk kategori Best Motion Picture Oscar (bila dibandingkan dengan nominator lainnya). Tetap saja, “The Blind Side” cukup berhasil memberikan drama emosional yang cukup menarik.
Sutradara: John Lee Hancock
Pemain: Sandra Bullock, Quinton Aaron, Tim McGraw, Kathy Bates, Lily Collins, Jae Head, Ray McKinnon, Kim Dickens, Adriane Lenox
Tahun Rilis: 2009
Film ini diadaptasi dari buku “The Blind Side: Evolution of a Game” karangan Michael Lewis.
YANG membuat “The Blind Side” menjadi tontonan menyenangkan adalah kadar emosionalnya. Pada dasarnya garis besar cerita yang disajikan di film ini nyaris klise; orang kulit putih menyelamatkan hidup orang kulit hitam, perjuangan seseorang dari nol besar sampai meraih nama besar, dan bla bla bla. Nothing new. Dan semua yang disajikan nyaris predictable.
Thanks to Sandra Bullock, setidaknya kisah nyata tentang Leigh Anne Tuohy (Sandra Bullock) dibawa dengan kadar emosi yang sangat tepat. Yup, film ini klise dan gampang ditebak, tapi setidaknya masih memberikan gambaran emosional yang menyenangkan (not overdo).
Leigh Anne Tuohy, istri Sean Tuohy (Tim McGraw) – seorang pengamat olahraga, suatu malam berpapasan dengan Michael Oher atau Big Mike (Quinton Aaron). Michael Oher, seorang bocah negro berbadan besar, tidak punya tempat berteduh. Leigh Anne pun langsung bertindak layaknya ibu penyelamat. Dia menawarkan Big Mike untuk tinggal di kediamannya. Leigh Anne, yang kulit putih, menolong Big Mike yang notabene negro. Bentuk (orang kulit putih menolong orang negro) semacam ini sudah tidak asing lagi di film-film, paling menarik ada di “To Kill a Mockingbird.”
Sandra Bullcok adalah nyawa utama film ini. Dan Sandra Bullcok berhasil. Cerita-cerita yang menyoroti hubungan antar ras (terutama kulit putih dan negro) bukan lah hal baru lagi. Sebut saja “A Patch of Blue” (1965), “Driving Miss Daisy” (1989), dan “Crash” (2004 – yang juga dibintangi Sandra Bullock). “The Blind Side” mengarahkan isu itu ke arah kisah emosional tentang perjuangan tokoh, nyatanya hal itu sama sekali tidak membuat “The Blind Side” bebas dari keklisean. Thanks to Sandra Bullock, penampilannya lah yang membuat film ini pantas dinikmati (terlepas dari semua kekliseannya). Nyatanya, penampilan aktor yang memerankan Michael Oher terasa nanggung – di satu adegan dia bermain oke, di adegan lain bermin tidak oke. But again, thanks to Bullock.
Terlepas dari fakta Sandra Bullcok merupakan nominator kuat Oscar dalam kategori Best Actress, nyatanya “The Blind Side” termasuk kontender lemah (mungkin termasuk terlemah) untuk kategori Best Motion Picture Oscar (bila dibandingkan dengan nominator lainnya). Tetap saja, “The Blind Side” cukup berhasil memberikan drama emosional yang cukup menarik.
Bener si, film ini termasuk nominator yang terlemah
BalasHapustapi saya masih lebih suka ini daripada Precious
hoho
:D