Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: John Woo
Pemain: Tom Cruise, Dougray Scott, Thandie Newton, Ving Rhames, Richard Roxburgh, John Polson, Brendan Gleeson, Anthony Hopkins, Rade Šerbedžija, William Mapother, Dominic Purcell, Mathew Wilkinson
Tahun Rilis: 2000
Salah satu hal yang bisa ditebak dari sebuah film yang sukses dari segi finansial adalah sequel. Untuk kasus Mission: Impossible, film ini sudah di-sequel-kan sebanyak dua kali, dan yang keempat tinggal menunggu akhir 2011 kelak. Nominal yang dihasilkan franchise ini terbilang fantastis, tidak heran kalau sequel pun lancar mengalir.
Film kedua tidak lagi disutradarai oleh Brian De Palma, yang cukup dikenal dengan suspense dan thriller, melainkan John Woo, yang lebih dikenal dengan koreografi adegan-adegan aksi yang super fantastis. Apa lagi yang bisa diharapkan dari tipikal sutradara “Hong Kong” (perhatikan: dalam tanda petik) yang menghasilkan The Killer, A Better Tomorrow, dan akhir-akhir ini dikenal dengan karyanya Red Cliff, sebuah film perang-epik dua part yang merupakan salah satu versi sinematik dari Romance of the Three Kingdom. Apa yang saya dapatkan di film kedua ini benar-benar apa yang ada di pikiran saya dari sebuah standar klise film John Woo, film Hong Kong khususnya.
Bayangkan: Ethan Hunt ditambah Koreografi adegan aksi ala Hong Kong dan digabungkan dengan budget fantastis ala Hollywood, jadilah Mission: Impossible II. Jangan terlalu berharap Mission: Impossible yang satu ini penuh intrik, misteri, suspense, dan kental dengan suasana spionase ala film pertama, yang bisa dibilang Brian De Palma banget. Film kedua ini malah, yah, bergeser dari arah situ. Di film pertama, saya sangat menikmati labirin-labirin dan kerumitan dari cerita yang disuguhkan, di film kedua saya malah tidak menikmati bagaimana cerita seakan-akan cuma dijadikan medium untuk adegan-adegan aksi semata. Sisi baiknya, penonton akan terkesima baik itu dari karena aksinya maupun dari segi berapa banyak mobil, baik mewah maupun rongsokan, yang dibanting-dan-dihancur-leburkan di film ini. Yah, tipe-tipe film “banting mobil sudah kayak banting sempak” (apa hubungannya dengan sempak? – Jangan tanya!).
Mission: Impossible seakan-akan mencoba menciptakan James Bond versi 2000-an, lebih chic dan lebih trendy. Terlepas dari mana yang lebih baik, keduanya sama-sama agen rahasia. Cerita film ini kuno (bukan klasik, tapi kuno), tentang Ethan Hunt yang berusaha menyelamatkan dunia (well, sebenarnya belum sampai kelas dunia, baru penduduk Sydney) dari ancaman virus yang hendak disebarkan oleh para penjahat-penjahat yang salah satunya merupakan agen IMF yang berkelot. Dalam misinya Ethan Hunt dibantu oleh Luther Stickell (Ving Rhames), partner lamanya, dan Nyah Nordoff-Hall (Thandie Newton), seorang pencuri profesional.
Sebenarnya saya sangat terhibur dengan adegan pembuka Mission: Impossible II yang menampilkan aksi panjat tebing Tom Cruise tanpa tali pengaman apapun. Saya tidak tahu teknisnya bagaimana adegan ini dieksekusi. Apakah Tom Cruise benar-benar memanjat tebing setinggi itu tanpa satu pun tali pengaman? Atau ada bantuan dari efek-efek CGI? Menurut suatu sumber, adegan Tom Cruise meloncat dari sisi tebing yang satu ke sisi lainnya menghasilkan cedera di bahu. Sebenarnya yang membuat saya menyukai adegan pembuka ini adalah keefektifannya memperkenalkan kembali tokoh Ethan Hunt, baik bagi yang sudah pernah menonton film pertamanya maupun yang belum.
Sayangnya, semakin bergulir durasi, film ini terasa semakin show off. Dan show off yang dilakukan tidak dibarengi dengan skenario yang cukup kuat. Hasilnya, adegan-adegan aksi super-cepat-super-fantastis yang disajikan malah membunuh film ini sendiri. Entahlah, saya lebih menikmati ketegangan yang ada di seri pertamanya, sekalipun adegan-adegan aksinya tidak sedahsyat yang kedua ini. Untuk para penggila aksi, okelah, mungkin bakal terhibur oleh kedahsyatan dan gaya aksi di sini.
Sutradara: John Woo
Pemain: Tom Cruise, Dougray Scott, Thandie Newton, Ving Rhames, Richard Roxburgh, John Polson, Brendan Gleeson, Anthony Hopkins, Rade Šerbedžija, William Mapother, Dominic Purcell, Mathew Wilkinson
Tahun Rilis: 2000
Salah satu hal yang bisa ditebak dari sebuah film yang sukses dari segi finansial adalah sequel. Untuk kasus Mission: Impossible, film ini sudah di-sequel-kan sebanyak dua kali, dan yang keempat tinggal menunggu akhir 2011 kelak. Nominal yang dihasilkan franchise ini terbilang fantastis, tidak heran kalau sequel pun lancar mengalir.
Film kedua tidak lagi disutradarai oleh Brian De Palma, yang cukup dikenal dengan suspense dan thriller, melainkan John Woo, yang lebih dikenal dengan koreografi adegan-adegan aksi yang super fantastis. Apa lagi yang bisa diharapkan dari tipikal sutradara “Hong Kong” (perhatikan: dalam tanda petik) yang menghasilkan The Killer, A Better Tomorrow, dan akhir-akhir ini dikenal dengan karyanya Red Cliff, sebuah film perang-epik dua part yang merupakan salah satu versi sinematik dari Romance of the Three Kingdom. Apa yang saya dapatkan di film kedua ini benar-benar apa yang ada di pikiran saya dari sebuah standar klise film John Woo, film Hong Kong khususnya.
Bayangkan: Ethan Hunt ditambah Koreografi adegan aksi ala Hong Kong dan digabungkan dengan budget fantastis ala Hollywood, jadilah Mission: Impossible II. Jangan terlalu berharap Mission: Impossible yang satu ini penuh intrik, misteri, suspense, dan kental dengan suasana spionase ala film pertama, yang bisa dibilang Brian De Palma banget. Film kedua ini malah, yah, bergeser dari arah situ. Di film pertama, saya sangat menikmati labirin-labirin dan kerumitan dari cerita yang disuguhkan, di film kedua saya malah tidak menikmati bagaimana cerita seakan-akan cuma dijadikan medium untuk adegan-adegan aksi semata. Sisi baiknya, penonton akan terkesima baik itu dari karena aksinya maupun dari segi berapa banyak mobil, baik mewah maupun rongsokan, yang dibanting-dan-dihancur-leburkan di film ini. Yah, tipe-tipe film “banting mobil sudah kayak banting sempak” (apa hubungannya dengan sempak? – Jangan tanya!).
Mission: Impossible seakan-akan mencoba menciptakan James Bond versi 2000-an, lebih chic dan lebih trendy. Terlepas dari mana yang lebih baik, keduanya sama-sama agen rahasia. Cerita film ini kuno (bukan klasik, tapi kuno), tentang Ethan Hunt yang berusaha menyelamatkan dunia (well, sebenarnya belum sampai kelas dunia, baru penduduk Sydney) dari ancaman virus yang hendak disebarkan oleh para penjahat-penjahat yang salah satunya merupakan agen IMF yang berkelot. Dalam misinya Ethan Hunt dibantu oleh Luther Stickell (Ving Rhames), partner lamanya, dan Nyah Nordoff-Hall (Thandie Newton), seorang pencuri profesional.
Sebenarnya saya sangat terhibur dengan adegan pembuka Mission: Impossible II yang menampilkan aksi panjat tebing Tom Cruise tanpa tali pengaman apapun. Saya tidak tahu teknisnya bagaimana adegan ini dieksekusi. Apakah Tom Cruise benar-benar memanjat tebing setinggi itu tanpa satu pun tali pengaman? Atau ada bantuan dari efek-efek CGI? Menurut suatu sumber, adegan Tom Cruise meloncat dari sisi tebing yang satu ke sisi lainnya menghasilkan cedera di bahu. Sebenarnya yang membuat saya menyukai adegan pembuka ini adalah keefektifannya memperkenalkan kembali tokoh Ethan Hunt, baik bagi yang sudah pernah menonton film pertamanya maupun yang belum.
Sayangnya, semakin bergulir durasi, film ini terasa semakin show off. Dan show off yang dilakukan tidak dibarengi dengan skenario yang cukup kuat. Hasilnya, adegan-adegan aksi super-cepat-super-fantastis yang disajikan malah membunuh film ini sendiri. Entahlah, saya lebih menikmati ketegangan yang ada di seri pertamanya, sekalipun adegan-adegan aksinya tidak sedahsyat yang kedua ini. Untuk para penggila aksi, okelah, mungkin bakal terhibur oleh kedahsyatan dan gaya aksi di sini.
Makasih film nya sob ini juga film menarik dan menjadi top rate visit back juga ya web ane
BalasHapusMovcup | Free Download Film Box Office