Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Debra Granik
Pemain: Jennifer Lawrence, John Hawkes, Lauren Sweetser, Garret Dillahunt, Dale Dickey, Shelley Waggener
Tahun Rilis: 2010
Film ini diadaptasi dari novel Winter's Bone karya Daniel Woodrell
Dua tahun yang lalu, film independent besutan Courtney Hunt yang berjudul Frozen River berjaya di Festival Film Sundance dengan merebut pengahargaan Grand Jury Prize: Dramatic. Di Festival Film Sundance tahun 2010, Winter's Bone, sebuah film independent bernada serupa kembali mengulang kemenangan tersebut.
Tidak gampang hidup sebagai perempuan di tengah nilai-nilai sosial masyarakat Ozark, atau Pegunungan Ozark (setting film ini), Arkansas, Amerika Serikat. Apalagi hidup sebagai seorang perempuan, 17 tahun, ditinggalkan oleh figur ayah (sosok lelaki yang seharusnya memimpin keluarga), harus menghidupi dua orang adik (masih kecil) dan seorang ibu yang sudah tidak bisa diandalkan lagi (mengidap semacam gangguan mental), ditambah lagi nilai-nilai sosial masyarakat yang yang sangat menguntungkan kaum lelaki (dan tidak menguntungkan kaum perempuan). Situasi ini lah yang dirasakan Rae Dolly (Jennifer Lawrence).
Lantas apakah hal tersebut membuat Winter's Bone pantas disebut film feminis? Tidak juga, drama kriminal ini lebih tepat disebut film tentang kode sosial, kode gender, dan humanistik. Untuk semua kepentingangan itu, Winter's Bone punya sense of place (baik secara domestik ataupun secara kultural) yang tepat, sense of time (di era so-called modernisasi, emansipasi, dan feminisme ini), dan kesemuanya itu dicampur adukkan dalam sebuah drama kelam mencekam.
Nilai Sosio-Kultural
Sudah sangat jelas terlihat, bahkan dari awal film, bahwa Winter's Bone mencoba menyajikan sebuah gambaran mendalam tentang nilai sosial yang ada di masyarakat Pegunungan Ozark. Poin pertama yang menunjukkan hal tersebut adalah tokoh utama sendiri, Rae Dolly, dan perjuangannya sebagai tonggak keluarga untuk mempertahankan keluarganya. Hal serupa juga bisa ditemukan pada tokoh utama Frozen River (diperankan Melissa Leo). Bedanya, ketika konflik utama Winter's Bone dimulai.
Seorang polisi tiba-tiba mendatangi gubuk yang ditinggali Rae. Polisi tersebut membawa kabar bahwa ayahnya, seorang pakar pembuat Methamphetamine yang sedang dalam kasus pengadilan, mendadak kabur dan menjadi buronan. Sialnya, rumah dan tanah yang ditinggali Rae dijadikan jaminan atas penahanan bapaknya, yang artinya bakal disita bila bapaknya tidak muncul pada persidangan berikut. Dan dimulailah perjalanan Rae mencari bapaknya.
Pertama-tama, Rae mendatangi sahabatnya (Lauren Sweetser) untuk meminjam truk. Sayangnya truk tersebut milik suami temannya, dan si suami sama sekali tidak mengijinkan tanpa perlu memberi alasan. Sekalipun temannya merasa simpati pada Rae, tetap saja dia sama sekali tidak bisa membantu. Lalu Rae mengunjungi pamannya (saudara bapaknya), Teardrop (John Hawkes). Di sini juga didapati kondisi yang serupa dengan yang ada di rumah temannya Rae. Pamannya hanya membungkam kasar Rae di depan bibinya. Sekalipun bibinya merasa simpati pada situasi Rae, dia hanya bisa memberikan bantuan uang (bukan bantuan yang benar-benar dibutuhkan Rae). Di sepanjang perjalanan Rae mencari keberadaan bapaknya, terlihat sebuah gambaran tentang peran sosial di masyarakat tersebut. Usaha terakhir, Rae mengunjungi “penguasa” (pria yang berpengaruh) setempat, Thump Milton (Ronnie Hall), mulanya Rae mendatangi kediaman bawahannya, Little Arthur (Kevin Breznahan), lalu langsung mendatangi kediaman pria tersebut. Di kediaman Thump, Rae disambut dengan agak dingin oleh istrinya, sementara suaminya sama sekali tidak mau diganggu.
Dari perjalanan Rae tersebut, terlihat peran sosial pria yang sangat mendominasi. Di film ini, pria digambarkan sebagai makhluk yang keras dan patut ditakuti, sementara wanita adalah makhluk yang patuh dan patut menakuti prianya. Kondisi seperti ini, di film ini, digambarkan sudah menjadi nilai sosial dalam masyarakat Ozark tersebut. Teman Rae sama sekali tidak mau mempertanyakan kenapa suaminya tidak bersedia meminjamkan truk pada Rae. Dan bibi Rae sama sekali tidak bisa membantu banyak ketika suaminya menekan Rae. Ketika Rae dibawa paksa Little Arthur, adik laki-lakinya yang masih kecil mencoba melawan. Hal ini mengindikasikan nilai sosial tersebut sudah ditanamkan secara tidak langsung dari kecil. Terlihat juga pada pernyataan Little Arthur yang bersedia mengadopsi adik laki-lakinya, tetapi tidak adik perempuannya.
Lantas apa posisi Rae dalam peran sosial ini? Dan film ini? Rae, kurang lebihnya, bertindak sebagai pihak (atau medium) yang memberikan opresi (tekanan) pada keabsolutan nilai sosial tersebut. Latar belakang Rae sebagai tulang punggung keluarganya jelas sangat mendukung perannya tersebut. Sebagai hasilnya, Rae pun mendapat reaksi keras dari pamannya. Juga dari kaki-tangan Thump Milton. Ini adalah sebuah politik gender, yang tidak hanya terjadi di masyarakat Ozark, bahwa umumnya laki-laki cenderung mendominasi kaum pria, keras dan harus ditakuti.
Kemanusiawian vs Ketidakmanusiawian
Selain membawa muatan politik gender dan sosio-kultural, Winter's Bone juga berusaha membiaskan batasan antara apa yang manusiawi dan apa yang tidak manusiawi. Pada akhirnya usaha pencarian bapaknya ini membawa Rae pada sebuah tindakan tidak manusiawi yang harus dia lakukan (saya tidak akan membeberkan ending-nya). Apakah yang dilakukan Rae tersebut, atas dasar demi memertahankan keutuhan keluarganya, tepat disebut tidak manusiawi?
Pernyataan serupa juga ditemukan dari sisi istri Thump. Ketika Rae sudah mulai campur tangan terlalu dalam terhadap urusan mereka, istri pria besar tersebut, bersama kaki-tangannya, menculik Rae dan memukulinya habis-habisan. Mungkin bisa dibilang tindakan tersebut sangat tidak manusiawi. Tapi alasannya melakukan tindakan tersebut untuk melindungi keluarganya (rahasia keluarganya).
Lantas apakah alasan tersebut bisa merubah status tindakan yang mereka lakukan dari “tidak manusiawi” menjadi “manusiawi”?
Tetek Bengek Lainnya
Hal yang paling mencolok dari Winter's Bone adalah Jennifer Lawrance (The Burning Plains), serupa juga dengan Frozen River (yang paling mencolok adalah Melissa Leo). Jennifer Lawrance memberikan penampilan yang sangat intens pada tokoh kompleksnya. Melihat penampilannya di sini sama sekali tidak seperti melihat seorang aktris sedang memerankan tokohnya, melankan seperti sedang melihat sosok Rae Dolly sendiri. Bahkan sejak dialog “I'll find him” keluar dari mulut Jennifer Lawrance, aktris yang masih 20 tahun ini sudah mencekam. Rasanya tidak berlebihan kalau saya menyatakan bahwa penampilan Jennifer Lawrance di sini adalah salah satu yang terbaik 2010 ini.
Dari segi teknikal, Winter's Bone melakukan pendekatan yang sama dengan Frozen River: pendekatan naturalistik. Winter's Bone bukanlah film dengan pameran kerja kamera yang menguggah, kekuatan film ini lebih pada intensitas naturalistik gambar, detail landscape, dan mood yang dingin mencekam. Kesemuannya itu dikemas dengan sangat rapi oleh Debra Granik.
Sutradara: Debra Granik
Pemain: Jennifer Lawrence, John Hawkes, Lauren Sweetser, Garret Dillahunt, Dale Dickey, Shelley Waggener
Tahun Rilis: 2010
Film ini diadaptasi dari novel Winter's Bone karya Daniel Woodrell
Dua tahun yang lalu, film independent besutan Courtney Hunt yang berjudul Frozen River berjaya di Festival Film Sundance dengan merebut pengahargaan Grand Jury Prize: Dramatic. Di Festival Film Sundance tahun 2010, Winter's Bone, sebuah film independent bernada serupa kembali mengulang kemenangan tersebut.
Tidak gampang hidup sebagai perempuan di tengah nilai-nilai sosial masyarakat Ozark, atau Pegunungan Ozark (setting film ini), Arkansas, Amerika Serikat. Apalagi hidup sebagai seorang perempuan, 17 tahun, ditinggalkan oleh figur ayah (sosok lelaki yang seharusnya memimpin keluarga), harus menghidupi dua orang adik (masih kecil) dan seorang ibu yang sudah tidak bisa diandalkan lagi (mengidap semacam gangguan mental), ditambah lagi nilai-nilai sosial masyarakat yang yang sangat menguntungkan kaum lelaki (dan tidak menguntungkan kaum perempuan). Situasi ini lah yang dirasakan Rae Dolly (Jennifer Lawrence).
Lantas apakah hal tersebut membuat Winter's Bone pantas disebut film feminis? Tidak juga, drama kriminal ini lebih tepat disebut film tentang kode sosial, kode gender, dan humanistik. Untuk semua kepentingangan itu, Winter's Bone punya sense of place (baik secara domestik ataupun secara kultural) yang tepat, sense of time (di era so-called modernisasi, emansipasi, dan feminisme ini), dan kesemuanya itu dicampur adukkan dalam sebuah drama kelam mencekam.
Nilai Sosio-Kultural
Sudah sangat jelas terlihat, bahkan dari awal film, bahwa Winter's Bone mencoba menyajikan sebuah gambaran mendalam tentang nilai sosial yang ada di masyarakat Pegunungan Ozark. Poin pertama yang menunjukkan hal tersebut adalah tokoh utama sendiri, Rae Dolly, dan perjuangannya sebagai tonggak keluarga untuk mempertahankan keluarganya. Hal serupa juga bisa ditemukan pada tokoh utama Frozen River (diperankan Melissa Leo). Bedanya, ketika konflik utama Winter's Bone dimulai.
Seorang polisi tiba-tiba mendatangi gubuk yang ditinggali Rae. Polisi tersebut membawa kabar bahwa ayahnya, seorang pakar pembuat Methamphetamine yang sedang dalam kasus pengadilan, mendadak kabur dan menjadi buronan. Sialnya, rumah dan tanah yang ditinggali Rae dijadikan jaminan atas penahanan bapaknya, yang artinya bakal disita bila bapaknya tidak muncul pada persidangan berikut. Dan dimulailah perjalanan Rae mencari bapaknya.
Pertama-tama, Rae mendatangi sahabatnya (Lauren Sweetser) untuk meminjam truk. Sayangnya truk tersebut milik suami temannya, dan si suami sama sekali tidak mengijinkan tanpa perlu memberi alasan. Sekalipun temannya merasa simpati pada Rae, tetap saja dia sama sekali tidak bisa membantu. Lalu Rae mengunjungi pamannya (saudara bapaknya), Teardrop (John Hawkes). Di sini juga didapati kondisi yang serupa dengan yang ada di rumah temannya Rae. Pamannya hanya membungkam kasar Rae di depan bibinya. Sekalipun bibinya merasa simpati pada situasi Rae, dia hanya bisa memberikan bantuan uang (bukan bantuan yang benar-benar dibutuhkan Rae). Di sepanjang perjalanan Rae mencari keberadaan bapaknya, terlihat sebuah gambaran tentang peran sosial di masyarakat tersebut. Usaha terakhir, Rae mengunjungi “penguasa” (pria yang berpengaruh) setempat, Thump Milton (Ronnie Hall), mulanya Rae mendatangi kediaman bawahannya, Little Arthur (Kevin Breznahan), lalu langsung mendatangi kediaman pria tersebut. Di kediaman Thump, Rae disambut dengan agak dingin oleh istrinya, sementara suaminya sama sekali tidak mau diganggu.
Dari perjalanan Rae tersebut, terlihat peran sosial pria yang sangat mendominasi. Di film ini, pria digambarkan sebagai makhluk yang keras dan patut ditakuti, sementara wanita adalah makhluk yang patuh dan patut menakuti prianya. Kondisi seperti ini, di film ini, digambarkan sudah menjadi nilai sosial dalam masyarakat Ozark tersebut. Teman Rae sama sekali tidak mau mempertanyakan kenapa suaminya tidak bersedia meminjamkan truk pada Rae. Dan bibi Rae sama sekali tidak bisa membantu banyak ketika suaminya menekan Rae. Ketika Rae dibawa paksa Little Arthur, adik laki-lakinya yang masih kecil mencoba melawan. Hal ini mengindikasikan nilai sosial tersebut sudah ditanamkan secara tidak langsung dari kecil. Terlihat juga pada pernyataan Little Arthur yang bersedia mengadopsi adik laki-lakinya, tetapi tidak adik perempuannya.
Lantas apa posisi Rae dalam peran sosial ini? Dan film ini? Rae, kurang lebihnya, bertindak sebagai pihak (atau medium) yang memberikan opresi (tekanan) pada keabsolutan nilai sosial tersebut. Latar belakang Rae sebagai tulang punggung keluarganya jelas sangat mendukung perannya tersebut. Sebagai hasilnya, Rae pun mendapat reaksi keras dari pamannya. Juga dari kaki-tangan Thump Milton. Ini adalah sebuah politik gender, yang tidak hanya terjadi di masyarakat Ozark, bahwa umumnya laki-laki cenderung mendominasi kaum pria, keras dan harus ditakuti.
Kemanusiawian vs Ketidakmanusiawian
Selain membawa muatan politik gender dan sosio-kultural, Winter's Bone juga berusaha membiaskan batasan antara apa yang manusiawi dan apa yang tidak manusiawi. Pada akhirnya usaha pencarian bapaknya ini membawa Rae pada sebuah tindakan tidak manusiawi yang harus dia lakukan (saya tidak akan membeberkan ending-nya). Apakah yang dilakukan Rae tersebut, atas dasar demi memertahankan keutuhan keluarganya, tepat disebut tidak manusiawi?
Pernyataan serupa juga ditemukan dari sisi istri Thump. Ketika Rae sudah mulai campur tangan terlalu dalam terhadap urusan mereka, istri pria besar tersebut, bersama kaki-tangannya, menculik Rae dan memukulinya habis-habisan. Mungkin bisa dibilang tindakan tersebut sangat tidak manusiawi. Tapi alasannya melakukan tindakan tersebut untuk melindungi keluarganya (rahasia keluarganya).
Lantas apakah alasan tersebut bisa merubah status tindakan yang mereka lakukan dari “tidak manusiawi” menjadi “manusiawi”?
Tetek Bengek Lainnya
Hal yang paling mencolok dari Winter's Bone adalah Jennifer Lawrance (The Burning Plains), serupa juga dengan Frozen River (yang paling mencolok adalah Melissa Leo). Jennifer Lawrance memberikan penampilan yang sangat intens pada tokoh kompleksnya. Melihat penampilannya di sini sama sekali tidak seperti melihat seorang aktris sedang memerankan tokohnya, melankan seperti sedang melihat sosok Rae Dolly sendiri. Bahkan sejak dialog “I'll find him” keluar dari mulut Jennifer Lawrance, aktris yang masih 20 tahun ini sudah mencekam. Rasanya tidak berlebihan kalau saya menyatakan bahwa penampilan Jennifer Lawrance di sini adalah salah satu yang terbaik 2010 ini.
Dari segi teknikal, Winter's Bone melakukan pendekatan yang sama dengan Frozen River: pendekatan naturalistik. Winter's Bone bukanlah film dengan pameran kerja kamera yang menguggah, kekuatan film ini lebih pada intensitas naturalistik gambar, detail landscape, dan mood yang dingin mencekam. Kesemuannya itu dikemas dengan sangat rapi oleh Debra Granik.
okeeee, terima kasihh
BalasHapusaq pengen nonton