Oleh: Rio Johan (Rijon)
Sutradara: Gary Winick
Pemain: Amanda Seyfried, Chris Egan, Vanessa Redgrave, Franco Nero, Gael García Bernal, Lidia Biondi, Daniel Baldock, Milena Vukotic, Luisa Ranieri, Marina Massironi, Ashley Lilley, Oliver Platt
Tahun Rilis: 2010
Letters to Juliet merupakan persembahan untuk Juliet Capulet, tokoh drama tragedi Romeo and Juliet karya William Shakespeare (siapa yang gak kenal?). Film ini merupakan sebuah romantic comedy yang dihiasi potret-potert cantik Verona, the city of love, yang juga latar terjadinya tragedi Romeo and Juliet. Yah, judulnya saja sudah mengatakan semua yang saya maksud di atas.
Tragedi asmara Juliet Capulet dan Romeo Montagues sendiri jelas bukanlah hal yang asing lagi. Drama tersebut sudah beratus-ratus, bahkan mungkin beribu-ribu kali dipanggungkan. Sudah jadi pembahasan dalam berbagai macam bidang, dari psikoanalisis, feminist, bahkan queer. Juga sudah menginspirasi berbagai-macam karya seni, mulai dari lagu, lukisan, film, novel, dan lain-lain. Menurut Wikipedia, kisah ini malah sudah difilmkan lebih dari empat puluh kali. Bahkan, tidak hanya dikenang sebagai sebuah naskah drama, kisah Juliet Capulet sekarang sudah menjelma sebagai sebuah ikon. Juliet Capulet sebagai ikon percinta-cintaan ini juga digunakan dalam Letters to Juliet.
Film ini bercerita tentang Sophie (Amanda Seyfried), gadis Amerika yang sangat berkeinginan untuk menjadi seorang penulis. Liburannya di Verona bersama tunangannya (Gael Garcia Bernal), yang seharusnya dipenuh detik-detik romantis, malah jadi menjemukan karena Sophie selalu ditinggal sendirian. Di Verona, Sophie menyaksikan sebuah tradisi menempelkan surat di dinding rumah Juliet Capulet. Berbagai macam peziarah cinta membawa permasalahan masing-masing dalam bentuk surat, lalu menempelkannya di dinding rumah Juliet. Sorenya Sophie mendapati seorang wanita mengambil surat-surat tersebt. Wanita tersebut, dan teman-temannya, ternyada adalah kelompok yang disebut “Secretaries of Juliet.” Mereka bertugas memberi balasan surat-surat yang ditujukan untuk Julie itu – atas nama Juliet. Sophie pun menghabiskan waktunya bersama mereka.
Petualangan yang sebenarnya baru dimulai ketika Sophie menemuka sebuah surat tua nan usang yang terselip dalam di dinding rumah Juliet. Surat yang sudah berumur sekitar 50 tahun lamanya itu berisi tentang curhatan seorang wanita bernama Claire yang tidak menepati janji kabur bersama pria yang dia cintai, Lorenzo. Sophie menulis surat balasan untuk Claire, atas nama Juliet. Dan beberapa hari kemudian, Claire (Vanessa Redgrave) dan cucunya, Charlie (Chris Egan), mendatangi Sophie. Singkat ceritanya, dimulailah misi Sophie, Claire, dan Charlie (yang seringnya skeptis akan perjalanan tersebut) mencari pria bernama Lorenzo.
Sudah jelas Letter to Juliet adalah tipikal romantic comedy yang sudah bisa ditebak ujung ceritanya. Hanya dengan membaca sinopsisnya, atau sekedar melihat posternya, penonton yang sudah terbiasa dengan cerita-cerita semacam ini pasti sudah bagaimana nasib Sophie pada akhirnya. Seratus persen sadar akan kemugnkinan tersebut nyatanya tidak membuat Letters to Julia serta-merta menjemukan.
Untungnya Gary Winick sadar betul ke arah mana Letters to Juliet harus dibawa. Film ini berhasil tampil menyenangkan tanpa perlu menipu penontonnya, atau bersikeras memanipulasi cerita dengan twist-twist atau dengan adegan-adegan slapstick murahan, tidak juga memberikan tekanan atau paksaan pada penontonnya. Gary Winick membiarkan saja filmnya mengalir sesuai apa yang diinginkan penonton di kepala masing-masing tanpa perlu macam-macam.
Kunci dari kenikmatan film ini ada pada karakternya yang sangat likeable – salah satu kewajiban film-film sejenis ini, dan para pemerannya yang berhasil membuat tokoh mereka menyenangkan. Amanda Seyfried berhasil memberikan penampilan yang santai tapi menawan sebagai Sophie, tokoh sentral. Vanessa Redgrave juga berhasil, untuk yang kesekian kalinya, membuktikan pesonanya sebagai aktris yang sudah sangat veteran. Dengan penampilannya yang sangat bijaksana, Vanessa Redgrave berhasil menyajikan keenganan, kefrustasian, dan keraguan Claire di sepanjang perjalnan. Gael Garcia Bernal juga memberikan kontribusi yang baik sebagai calon tunangan Sophie yang maniak masakan. Chris Egan juga cukup berhasil membangun chemistry dengan Amanda Seyfried, sekalipun chemistry keduanya tertutupi dengan pesona pasangan Franco Nero - Vanessa Redgrave di layar.
Secara keseluruhan, Letters to Juliet memang bukan film besar, juga masih jauh untuk disebut komedi yang cerdas. Tapi film ini sudah berhasil memberikan hiburan yang solid di genrenya.
Sutradara: Gary Winick
Pemain: Amanda Seyfried, Chris Egan, Vanessa Redgrave, Franco Nero, Gael García Bernal, Lidia Biondi, Daniel Baldock, Milena Vukotic, Luisa Ranieri, Marina Massironi, Ashley Lilley, Oliver Platt
Tahun Rilis: 2010
Letters to Juliet merupakan persembahan untuk Juliet Capulet, tokoh drama tragedi Romeo and Juliet karya William Shakespeare (siapa yang gak kenal?). Film ini merupakan sebuah romantic comedy yang dihiasi potret-potert cantik Verona, the city of love, yang juga latar terjadinya tragedi Romeo and Juliet. Yah, judulnya saja sudah mengatakan semua yang saya maksud di atas.
Tragedi asmara Juliet Capulet dan Romeo Montagues sendiri jelas bukanlah hal yang asing lagi. Drama tersebut sudah beratus-ratus, bahkan mungkin beribu-ribu kali dipanggungkan. Sudah jadi pembahasan dalam berbagai macam bidang, dari psikoanalisis, feminist, bahkan queer. Juga sudah menginspirasi berbagai-macam karya seni, mulai dari lagu, lukisan, film, novel, dan lain-lain. Menurut Wikipedia, kisah ini malah sudah difilmkan lebih dari empat puluh kali. Bahkan, tidak hanya dikenang sebagai sebuah naskah drama, kisah Juliet Capulet sekarang sudah menjelma sebagai sebuah ikon. Juliet Capulet sebagai ikon percinta-cintaan ini juga digunakan dalam Letters to Juliet.
Film ini bercerita tentang Sophie (Amanda Seyfried), gadis Amerika yang sangat berkeinginan untuk menjadi seorang penulis. Liburannya di Verona bersama tunangannya (Gael Garcia Bernal), yang seharusnya dipenuh detik-detik romantis, malah jadi menjemukan karena Sophie selalu ditinggal sendirian. Di Verona, Sophie menyaksikan sebuah tradisi menempelkan surat di dinding rumah Juliet Capulet. Berbagai macam peziarah cinta membawa permasalahan masing-masing dalam bentuk surat, lalu menempelkannya di dinding rumah Juliet. Sorenya Sophie mendapati seorang wanita mengambil surat-surat tersebt. Wanita tersebut, dan teman-temannya, ternyada adalah kelompok yang disebut “Secretaries of Juliet.” Mereka bertugas memberi balasan surat-surat yang ditujukan untuk Julie itu – atas nama Juliet. Sophie pun menghabiskan waktunya bersama mereka.
Petualangan yang sebenarnya baru dimulai ketika Sophie menemuka sebuah surat tua nan usang yang terselip dalam di dinding rumah Juliet. Surat yang sudah berumur sekitar 50 tahun lamanya itu berisi tentang curhatan seorang wanita bernama Claire yang tidak menepati janji kabur bersama pria yang dia cintai, Lorenzo. Sophie menulis surat balasan untuk Claire, atas nama Juliet. Dan beberapa hari kemudian, Claire (Vanessa Redgrave) dan cucunya, Charlie (Chris Egan), mendatangi Sophie. Singkat ceritanya, dimulailah misi Sophie, Claire, dan Charlie (yang seringnya skeptis akan perjalanan tersebut) mencari pria bernama Lorenzo.
Sudah jelas Letter to Juliet adalah tipikal romantic comedy yang sudah bisa ditebak ujung ceritanya. Hanya dengan membaca sinopsisnya, atau sekedar melihat posternya, penonton yang sudah terbiasa dengan cerita-cerita semacam ini pasti sudah bagaimana nasib Sophie pada akhirnya. Seratus persen sadar akan kemugnkinan tersebut nyatanya tidak membuat Letters to Julia serta-merta menjemukan.
Untungnya Gary Winick sadar betul ke arah mana Letters to Juliet harus dibawa. Film ini berhasil tampil menyenangkan tanpa perlu menipu penontonnya, atau bersikeras memanipulasi cerita dengan twist-twist atau dengan adegan-adegan slapstick murahan, tidak juga memberikan tekanan atau paksaan pada penontonnya. Gary Winick membiarkan saja filmnya mengalir sesuai apa yang diinginkan penonton di kepala masing-masing tanpa perlu macam-macam.
Kunci dari kenikmatan film ini ada pada karakternya yang sangat likeable – salah satu kewajiban film-film sejenis ini, dan para pemerannya yang berhasil membuat tokoh mereka menyenangkan. Amanda Seyfried berhasil memberikan penampilan yang santai tapi menawan sebagai Sophie, tokoh sentral. Vanessa Redgrave juga berhasil, untuk yang kesekian kalinya, membuktikan pesonanya sebagai aktris yang sudah sangat veteran. Dengan penampilannya yang sangat bijaksana, Vanessa Redgrave berhasil menyajikan keenganan, kefrustasian, dan keraguan Claire di sepanjang perjalnan. Gael Garcia Bernal juga memberikan kontribusi yang baik sebagai calon tunangan Sophie yang maniak masakan. Chris Egan juga cukup berhasil membangun chemistry dengan Amanda Seyfried, sekalipun chemistry keduanya tertutupi dengan pesona pasangan Franco Nero - Vanessa Redgrave di layar.
Secara keseluruhan, Letters to Juliet memang bukan film besar, juga masih jauh untuk disebut komedi yang cerdas. Tapi film ini sudah berhasil memberikan hiburan yang solid di genrenya.
kalo diliat dari reviewnya sih bagus...
BalasHapusagak alergi liat amanda setelah jennifer's body dan dear john,padahal dia lumayan di mamma mia!
thx bro
mei