Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Yoo Ha
Pemain: Jo In-seong, Ju Jin-mo, Song Ji-hyo, Shim Ji-ho, Im Joo Hwan, Ye Wook-hwan, Song Joong-gi, Jang Ji-won, Kim Choon-gi, Lee Jong-goo, Kwon Tae-won, Do Young-goo, No Min-woo, Do Ye-seong
Tahun Rilis: 2008
Judul Internasional: A Frozen Flower
Pemain: Jo In-seong, Ju Jin-mo, Song Ji-hyo, Shim Ji-ho, Im Joo Hwan, Ye Wook-hwan, Song Joong-gi, Jang Ji-won, Kim Choon-gi, Lee Jong-goo, Kwon Tae-won, Do Young-goo, No Min-woo, Do Ye-seong
Tahun Rilis: 2008
Judul Internasional: A Frozen Flower
Menjelang akhir dinasti Goryeo, Sang Raja (Ju Jin-mo) – tidak disebutkan nama jelas tokohnya – membentuk Kunryongwe, sebuah kelompok pasukan khusus pelindung raja yang terdiri dari tiga puluh lima orang anak laki-laki. Anak-anak ini tinggal di istana bersama raja. Dan salah seorang dari mereka, Hong-lim (Jo In-seong), yang kemudian diberi kepercayaan sebagai pemimpin pasukan tersebut, menarik perhatian Sang Raja. Hingga beberapa tahun kemudian hubungan Sang Raja dan Hong-lim semakin melekat, bahkan sampai urusan ranjang.
Di sebuah adegan di awal-awal film, Hong-lim memohon kemuarahan pada Sang Raja untuk mengampuni salah satu anggotanya yang telah berusaha kabur dengan seorang dayang karena saling suka. Sang Raja memberi sebuah pertanyaan yang saat itu masih terlihat seperti basa-basi belaka: Apakah Hong-lim akan melakukan hal yang sama – meninggalkan Sang Raja – bila dihadapkan pada kondisi yang sama?
Tapi cinta memang tidak pernah jadi urusan yang gampang bagi keluarga-keluarga kerajaan. Bukan hanya di Eropa, di Korea Selatan cinta urusan cinta juga dicampuradukkan dengan persoalan kenegaraan. Sang Raja jelas tidak bisa serta merta santa dengan skandal sesama-pria yang selalu dinikmatinya bersama Hong-lim, karena seorang putri dari Dinasit Yuan (Song Ji-hyo) muncul sebagai pihak ketiga, dinikahkan pada raja untuk kepentingan politik antar dinasti.
Karena minat seksual Sang Raja memang bukan untuk kaum Hawa, raja pun direpotkan dengan urusan keturunan. Terlebih pihak-pihak dari Dinasti Yuan terus menekan akan adanya keturunan. Siapa lagi yang bisa jadi solusi selain Hong-lim, pria yang paling dipercaya oleh Raja? Hong-lim pun meniduri Ratu. Mulanya dengan alasan perintah raja, demi mendapatkan keturunan. Namun lama-kelamaan, baik Hong-lim maupun Sang Ratu terjebak cinta satu sama lain. Tiga orang berbagi ranjang yang sama, jelas sebuah masalah, kan?
Semua setup itu jelas mengarahkan film ini ke konflik-konflik seputar perselingkuhan, pengkhianatan, cinta, dan napsu. Karena memang tentang itulah A Frozen Flower ini. Dan tentu saja konflik tersebut memaksa film ini menampilkan adegan-adegan persetubuhan. Lantang. Liar pula. Dan seperti umumnya adegan-adegan ketelanjangan dan persetubuhan ala Korea Selatan, bagian-bagian tersebut ditampilkan sesensasional mungkin. Baik itu berbeda jenis maupun sesama jenis.
Saya tidak terlalu bermasalah dengan pemilihan pemain. Tiga pemeran utama berkerja sangat baik, bahkan di bagian-bagian sensasional – dan untuk hal ini selalu terbantu dengan karisma aktor-aktor Korea Selatan yang entah bagaimana memang sensual. Kalau harus memilih penampilan terbaik, saya memilih Song Ji-hyo yang memerangkan Ratu. Beliau mampu meyakinkan penontoan sisi kesendirian sekaligus kemanusiaan dari Sang Ratu.
Untuk ukuran film sejenisnya, A Frozen Flower sebenarnya cukup berhasil tampil seksi sekaligus berisi. A Frozen Flower juga berhasil memberikan suspense-suspense di tiap intriknya. Adegan ketika Hong-lim menyetubuhi Sang Ratu atas perintah Raja, sementara Raja sendiri duduk di kamar sebelah yang hanya dibatasi kertas dinding tipis yang tidak bisa membendung lenguhan dan desahan keduanya merupakan adegan terbaik film ini. Sensasional, sekaligus ironis. Sayangnya semakin menuju akhir, A Frozen Flower terjebak pada bagian-bagian yang terlalu sentimentil.
Di sebuah adegan di awal-awal film, Hong-lim memohon kemuarahan pada Sang Raja untuk mengampuni salah satu anggotanya yang telah berusaha kabur dengan seorang dayang karena saling suka. Sang Raja memberi sebuah pertanyaan yang saat itu masih terlihat seperti basa-basi belaka: Apakah Hong-lim akan melakukan hal yang sama – meninggalkan Sang Raja – bila dihadapkan pada kondisi yang sama?
Tapi cinta memang tidak pernah jadi urusan yang gampang bagi keluarga-keluarga kerajaan. Bukan hanya di Eropa, di Korea Selatan cinta urusan cinta juga dicampuradukkan dengan persoalan kenegaraan. Sang Raja jelas tidak bisa serta merta santa dengan skandal sesama-pria yang selalu dinikmatinya bersama Hong-lim, karena seorang putri dari Dinasit Yuan (Song Ji-hyo) muncul sebagai pihak ketiga, dinikahkan pada raja untuk kepentingan politik antar dinasti.
Karena minat seksual Sang Raja memang bukan untuk kaum Hawa, raja pun direpotkan dengan urusan keturunan. Terlebih pihak-pihak dari Dinasti Yuan terus menekan akan adanya keturunan. Siapa lagi yang bisa jadi solusi selain Hong-lim, pria yang paling dipercaya oleh Raja? Hong-lim pun meniduri Ratu. Mulanya dengan alasan perintah raja, demi mendapatkan keturunan. Namun lama-kelamaan, baik Hong-lim maupun Sang Ratu terjebak cinta satu sama lain. Tiga orang berbagi ranjang yang sama, jelas sebuah masalah, kan?
Semua setup itu jelas mengarahkan film ini ke konflik-konflik seputar perselingkuhan, pengkhianatan, cinta, dan napsu. Karena memang tentang itulah A Frozen Flower ini. Dan tentu saja konflik tersebut memaksa film ini menampilkan adegan-adegan persetubuhan. Lantang. Liar pula. Dan seperti umumnya adegan-adegan ketelanjangan dan persetubuhan ala Korea Selatan, bagian-bagian tersebut ditampilkan sesensasional mungkin. Baik itu berbeda jenis maupun sesama jenis.
Saya tidak terlalu bermasalah dengan pemilihan pemain. Tiga pemeran utama berkerja sangat baik, bahkan di bagian-bagian sensasional – dan untuk hal ini selalu terbantu dengan karisma aktor-aktor Korea Selatan yang entah bagaimana memang sensual. Kalau harus memilih penampilan terbaik, saya memilih Song Ji-hyo yang memerangkan Ratu. Beliau mampu meyakinkan penontoan sisi kesendirian sekaligus kemanusiaan dari Sang Ratu.
Untuk ukuran film sejenisnya, A Frozen Flower sebenarnya cukup berhasil tampil seksi sekaligus berisi. A Frozen Flower juga berhasil memberikan suspense-suspense di tiap intriknya. Adegan ketika Hong-lim menyetubuhi Sang Ratu atas perintah Raja, sementara Raja sendiri duduk di kamar sebelah yang hanya dibatasi kertas dinding tipis yang tidak bisa membendung lenguhan dan desahan keduanya merupakan adegan terbaik film ini. Sensasional, sekaligus ironis. Sayangnya semakin menuju akhir, A Frozen Flower terjebak pada bagian-bagian yang terlalu sentimentil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar