Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Makoto Shinkai
Tahun Rilis: 2007
Judul Internasional: 5 Centimeters Per Second / Centimeters Per Second: a chain of short stories about their distance
5 Centimeters Per Second, atau 5 sentimeter per detik, adalah ukuran kecepatan kelopak bunga sakura jatuh ke tanah. Secara analitik, kecepatan merupakan hasil bagi antara jarak dengan waktu. Dengan kata lain jarak dan waktu merupakan variabel yang paling menentukan angka 5 sentimeter per detik, kecepatan jatuhnya kelopak sakura ke tanah. Jarak dan waktu merupakan komponen penting dalam animasi yang dibagi menjadi tiga babak ini.
Jarak dan waktu tersebut merupakan esensi utama bagi kisah cinta antara Takaki dan Akari. Keduanya dipertemukan di elementary school (kurang lebih SD). Keduanya langsung dekat akibat kesamaan nasib yang diderita. Keduanya juga harus dipisahkan oleh nasib ketika orang tua Akari diharuskan pindah tugas.
Saat SMP (atau kira-kira SMP), jarak antara keduanya masih bisa dipersingkat dengan surat (perlu diperhatikan kisah ini berlangsung di sekitar 1990-an, di masa HP, e-mail, dan perangkat komunikasi kantong lainnya masih belum eksis). Keduanya bertukar cerita melalui surat. Walau tidak satupun yang menyampaikan cinta di dalam surat, bisa dilihat keduanya mempunyai perasaan yang sama. Keduanya pun membuat janji untuk bertemu, walaupun jarak dan waktu yang jadi halangannya.
Babak kedua tidak kalah pahit dengan babak pertama. Bukan karena Takaki diharuskan pindah lebih jauh lagi sehingga jaraknya dengan Akari semakin sulit ditempuh. Tapi karena kehadiran Kanae di masa SMA (atau kira-kira SMA) Takaki. Kanae selalu mebayangkan Takaki. Kanae selalu mengintip Takaki berlatih panah. Kanae juga selalu menunggu Takaki pulang sekolah. Sekalipun kedua cukup dekat, Kanae tidak pernah berani mengutarakan perasaannya. Sekalipun Takaki bersikap baik pada Kanae, Takaki tidak benar-benar “dekat” (dalam artian yang sama dengan yang diharapkan Kanae). Sekalipun keduanya duduk berdekatan menyaksikan pemandangan spektakuler dari atas bukit, perasaan Takaki terbang nun jauh di sana. Untuk kasus Kanae, jarak yang memisahkan keduanya merupakan hal yang bias.
Babak terakhir merupakan kesimpulan dari kisah antara Takaki dan Akari. Saya tidak akan memberikan garis besar tentang babak ini, karena kemugnkinan akan mengandung spoiler. Yang bisa saya katakan, kesimpulan yang diberikan bukan benar-benar sebuah “kesimpulan yang pasti.” Malah bisa saja kesimpulan yang diberikan di babak akhir ini akan mengecewakan beberapa penonton. Namun, saya rasa, kesimpulan yang diberikan merupakan kesimpulan yang paling banyak dihadapi orang-orang yang pernah dihadapkan pada dilema serupa dengan Takaki atau Akari, atau Kanae sekalipun.
Yang membuat 5 Centimeters Per Second adalah kedinamisan Makoto Shinkai dalam mengelola gambar-gambarnya, sehingga melodrama ini tidak terasa terlalu sentimentil melainkan indah. Makoto Shinkai sepertinya paham betul menyajikan area-area luas terbuka cantik dilengkapi dengan detil-detil yang indah. Bahkan bagi saya sendiri, ketimbang tentang konflik, 5 Centimeters Per Second lebih tentang kelirisan visual. Karena memang visual lah yang paling banyak berpengaruh dalam memancing emosi, ketimbang konfliknya. Karakter-karakter di dalamnya lebih berupa bagian interior dalam setiap suguhan nuansa indah bertabur emosi. Lima sentimeter per detik, adalah ukuran kecepatan kelopak bunga sakura jatuh ke tanah. Dan jatuhnya kelopak-kelopak sakura merupakan pemandangan emosional tersendiri bagi yang melihat.
Tahun Rilis: 2007
Judul Internasional: 5 Centimeters Per Second / Centimeters Per Second: a chain of short stories about their distance
5 Centimeters Per Second, atau 5 sentimeter per detik, adalah ukuran kecepatan kelopak bunga sakura jatuh ke tanah. Secara analitik, kecepatan merupakan hasil bagi antara jarak dengan waktu. Dengan kata lain jarak dan waktu merupakan variabel yang paling menentukan angka 5 sentimeter per detik, kecepatan jatuhnya kelopak sakura ke tanah. Jarak dan waktu merupakan komponen penting dalam animasi yang dibagi menjadi tiga babak ini.
Jarak dan waktu tersebut merupakan esensi utama bagi kisah cinta antara Takaki dan Akari. Keduanya dipertemukan di elementary school (kurang lebih SD). Keduanya langsung dekat akibat kesamaan nasib yang diderita. Keduanya juga harus dipisahkan oleh nasib ketika orang tua Akari diharuskan pindah tugas.
Saat SMP (atau kira-kira SMP), jarak antara keduanya masih bisa dipersingkat dengan surat (perlu diperhatikan kisah ini berlangsung di sekitar 1990-an, di masa HP, e-mail, dan perangkat komunikasi kantong lainnya masih belum eksis). Keduanya bertukar cerita melalui surat. Walau tidak satupun yang menyampaikan cinta di dalam surat, bisa dilihat keduanya mempunyai perasaan yang sama. Keduanya pun membuat janji untuk bertemu, walaupun jarak dan waktu yang jadi halangannya.
Babak kedua tidak kalah pahit dengan babak pertama. Bukan karena Takaki diharuskan pindah lebih jauh lagi sehingga jaraknya dengan Akari semakin sulit ditempuh. Tapi karena kehadiran Kanae di masa SMA (atau kira-kira SMA) Takaki. Kanae selalu mebayangkan Takaki. Kanae selalu mengintip Takaki berlatih panah. Kanae juga selalu menunggu Takaki pulang sekolah. Sekalipun kedua cukup dekat, Kanae tidak pernah berani mengutarakan perasaannya. Sekalipun Takaki bersikap baik pada Kanae, Takaki tidak benar-benar “dekat” (dalam artian yang sama dengan yang diharapkan Kanae). Sekalipun keduanya duduk berdekatan menyaksikan pemandangan spektakuler dari atas bukit, perasaan Takaki terbang nun jauh di sana. Untuk kasus Kanae, jarak yang memisahkan keduanya merupakan hal yang bias.
Babak terakhir merupakan kesimpulan dari kisah antara Takaki dan Akari. Saya tidak akan memberikan garis besar tentang babak ini, karena kemugnkinan akan mengandung spoiler. Yang bisa saya katakan, kesimpulan yang diberikan bukan benar-benar sebuah “kesimpulan yang pasti.” Malah bisa saja kesimpulan yang diberikan di babak akhir ini akan mengecewakan beberapa penonton. Namun, saya rasa, kesimpulan yang diberikan merupakan kesimpulan yang paling banyak dihadapi orang-orang yang pernah dihadapkan pada dilema serupa dengan Takaki atau Akari, atau Kanae sekalipun.
Yang membuat 5 Centimeters Per Second adalah kedinamisan Makoto Shinkai dalam mengelola gambar-gambarnya, sehingga melodrama ini tidak terasa terlalu sentimentil melainkan indah. Makoto Shinkai sepertinya paham betul menyajikan area-area luas terbuka cantik dilengkapi dengan detil-detil yang indah. Bahkan bagi saya sendiri, ketimbang tentang konflik, 5 Centimeters Per Second lebih tentang kelirisan visual. Karena memang visual lah yang paling banyak berpengaruh dalam memancing emosi, ketimbang konfliknya. Karakter-karakter di dalamnya lebih berupa bagian interior dalam setiap suguhan nuansa indah bertabur emosi. Lima sentimeter per detik, adalah ukuran kecepatan kelopak bunga sakura jatuh ke tanah. Dan jatuhnya kelopak-kelopak sakura merupakan pemandangan emosional tersendiri bagi yang melihat.
lanjutkan terus ulasannya bro.. bener banget.. 5 senti perdetik betul2 menyuguhkan pemandangan yang indah.. bahkan malah pemandangan2 tersebut benar2 ada.. lokasi2nya.. seperti di stasiun kereta, terus stasiun tokyo, sama mobil tronton pengangkut roket juga asli semua bro.. mantap.
BalasHapusbetulkah pas sudah dewasa mereka berdua berpapasan di rel kreta?