Geri's Game
Sutradara: Jan Pinkava
Tahun Rilis: 1997
Tipikal Pixar, Geri's Game berhasil menggelitik tanpa perlu memaksakan diri. Dengan cerita sederhana, tentang seorang pria tua yang sedang bermain catur di taman melawan musuh terbesarnya – dirinya sendiri. Saya tidak mau berspoiler, kalau bingung dengan sinopsis super singkat yang saya beri, silahkan puaskan dengan nonton sendiri. Seperti kebanyakan animasi CGI Pixar lainnya, yang memang sudah makanan sehari-hari Pixar, pesona Geri's Game adalah bagaimana animasi ini dibuat dengan sangat memanfaatkan sumber dayanya. Dengan tekonlogi komputer masa itu, sekalipun tidak seberapa apabila dibandingkan dengan Pixar yang sekarang, Geri's Game cukup mampu menangkap setiap momennya. Setiap humornya. Dan setiap jenakanya. Mungkin Geri's Game masih jauh dari pencapaian terbaik Pixar, setidaknya karya kecil ini tidak kehilangan pesona Pixar yang mampu melebarkan senyum para penggemar.
Tahun Rilis: 1997
Tipikal Pixar, Geri's Game berhasil menggelitik tanpa perlu memaksakan diri. Dengan cerita sederhana, tentang seorang pria tua yang sedang bermain catur di taman melawan musuh terbesarnya – dirinya sendiri. Saya tidak mau berspoiler, kalau bingung dengan sinopsis super singkat yang saya beri, silahkan puaskan dengan nonton sendiri. Seperti kebanyakan animasi CGI Pixar lainnya, yang memang sudah makanan sehari-hari Pixar, pesona Geri's Game adalah bagaimana animasi ini dibuat dengan sangat memanfaatkan sumber dayanya. Dengan tekonlogi komputer masa itu, sekalipun tidak seberapa apabila dibandingkan dengan Pixar yang sekarang, Geri's Game cukup mampu menangkap setiap momennya. Setiap humornya. Dan setiap jenakanya. Mungkin Geri's Game masih jauh dari pencapaian terbaik Pixar, setidaknya karya kecil ini tidak kehilangan pesona Pixar yang mampu melebarkan senyum para penggemar.
Bunny
Sutradara: Chris Wedge
Tahun Rilis: 1998
Saya nonton Bunny tepat seusai nonton Geri's Game. Dua-duanya animasi yang memanfaatkan habis-habisan teknologi komputer di masanya. Dua-duanya ternyata mampu menyunggingkan senyum di bibir, walaupun masih jauh dari spesial bagi saya. Bedanya, yang ini bukan jebolan Pixar. Animasi yang disutradarai oleh pencipta (kelak) Ice Age dan Robots ini sama simpelnya dengan Geri's Game, bercerita tentang usaha seekor janda kelinci tua bertempur melawan seekor lalat di dapurnya. Apalagi ketika si lalat dengan lancangnya menempelkan diri di foto mendiang suaminya. Murka lah si janda tua. Bukan kisah yang istimewa. Terbilang dangkal malah meningat sebagian besar durasi hanya dihabiskan dengan adegan si janda kelinci mati-matian berusaha membunuh lalat. Untungnya animasi komputer yang ditampilkan tidak melelahkan. Cukup menyenangkan malah.
Tahun Rilis: 1998
Saya nonton Bunny tepat seusai nonton Geri's Game. Dua-duanya animasi yang memanfaatkan habis-habisan teknologi komputer di masanya. Dua-duanya ternyata mampu menyunggingkan senyum di bibir, walaupun masih jauh dari spesial bagi saya. Bedanya, yang ini bukan jebolan Pixar. Animasi yang disutradarai oleh pencipta (kelak) Ice Age dan Robots ini sama simpelnya dengan Geri's Game, bercerita tentang usaha seekor janda kelinci tua bertempur melawan seekor lalat di dapurnya. Apalagi ketika si lalat dengan lancangnya menempelkan diri di foto mendiang suaminya. Murka lah si janda tua. Bukan kisah yang istimewa. Terbilang dangkal malah meningat sebagian besar durasi hanya dihabiskan dengan adegan si janda kelinci mati-matian berusaha membunuh lalat. Untungnya animasi komputer yang ditampilkan tidak melelahkan. Cukup menyenangkan malah.
Rejected
Sutradara: Don Hertzfeldt
Tahun Rilis: 2000
Siapa bilang film yang istimewa harus mewah? Begitu juga animasi. Animasi yang sangat-sangat sederhana, dengan ide yang sangat-sangat sederhana pula, nyatanya bisa memberikan sensasi yang lebih mewah daripada animasi yang mewah. Rejected contoh nyatanya.
Ide yang ditampilkan terbilang inovatif tapi sangat sederhana. Bercerita tentang seorang animator (narator voice over film ini) yang ditugaskan membuat animasi untuk kepentingan komersial dan iklan. Sayangnya jerih payahnya ditolak mentah-mentah. Mula-mula, film ini menampilkan sketsa animasi yang dibuat narator tersebut. Sepanjang bagian ini Rejected lebih mirip sebuah satir. Satir yang “sakit” tapi tetap menggelitik. Berbagai kritik, terutama seputar kultur pop, pun dilayangkan tanpa mengurangi kekocakan. Sampai akhirnya, ketika karyanya itu ditolak, dunia animasinya pun dihancur-leburkan. Dan ide hancur-lebur itu lah yang paling fenomenal dari Rejected. Tidak perlu bertele-tele, rasanya pantas kalau Rejected saya katakan sebagai salah satu dari segelintir animasi modern yang kocak, tajam, gila, dan sangat luar biasa orisinil.
Ryan
Sutradara: Chris Landreth
Tahun Rilis: 2004
WOW! Semua yang ditawarkan Ryan sebagai sebuah animasi pendek modern bisa dirangkum dalam tiga huruf itu: “WOW.” Selama durasi kurang lebih empat belas menit, Ryan menawarkan sebuah pemandangan mendalam tentang kehidupan manusia. Dalam kasus ini, subyeknya adalah Ryan Larkin. Seorang animator ternama yang cukup dikenal karena karya-karya spektakulernya di tahun 70-an. Salah satu sejarah dalam peta animasi Kanada. Karyanya yang paling dikenal mungkin Walking dan Street Musique. Sayang sisa kehidupannya disiasiakan sebagai alkoholik dan pecandu obat-obatan. Animasi pendek ini berlangsung di sebuah ruangan di mana seorang pria (pembuat animasi ini) tengah mewawancarai Ryan yang hidupnya sudah hancur-lebur. Tentang karya-karyanya. Tentang orang-orang yang berpengaruh baginya. Dan tentang Ryan Larkin sendiri.
Visual dramatis film ini melengkapi tiga huruf “WOW” yang saya serukan di awal. Teknik CGI dan gaya yang digunakan sangat mencolok, sangat menantang kedua bola mata dan saraf-saraf yang terhubung, dan sangat orisinil. Grotesque, di sisi lain juga bitter-kelam-suram-kindda-thing. Entahlah, saya sendiri agak kesulitan menuliskan sespektakuler apa visual yang ditawarkan. Saya cuma bisa bilang, Ryan jelas salah satu animasi modern yang berhasil menampilkan visualisasi yang tidak akan saya lupakan.
I Met the Walrus
Sutradara: Josh Raskin
Tahun Rilis: 2007
Dibuat berdasarkan wawancara antara John Lennon dan Jerry Levitan di tahun 1969.
Di tahun 1969, Jerry Levitan (saat itu berusia 14 tahun), seorang penggemar The Beatles, menguntit John Lennon sampai ke kamar hotelnya di Toronto. Jerry Levitan bersikeras meminta sebuah wawancara dengan idolanya itu. Dan jadilah sumber yang jadi basis film ini. Animasi ini mungkin bisa dibilang “animasi dokumenter.” Karena memang yang dianimasikan sebuah dokumen personal produser film ini. Tapi, ketimbang disebut faktual, rasanya film lebih tepatnya disebut tribut personal buat wawancara tersebut bagi Jerry Levitan. Jadilan I Met the Walrus, sebuah imaji dari pernyataan-pernyataan John Lennon di dalam rekaman yang umurnya sudah kurang lebih 38 tahun saat film ini diluncurkan. Gaya animasi acak bergaya vintage 60-an yang digunakan cukup menantang mata, sebenarnya. Secara keseluruhan, film ini cukup berhasil menyampaikan perasaan personal Jerry Levitan sebagai seorang penggemar. Sebuah kedekatan historis. Sebuah memori. Hanya saja, I Met the Walrus tidak bisa berbicara lebih dari itu sebagai sebuah film.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar