Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Aleksandr Petrov
Tahun Rilis: 1999
Judul Internasional: The Old Man and the Sea
Film ini diangkat dari novel The Old Man and the Sea karya Ernest Hemingway
Santiago itu nelayan tua miskin yang merasa sudah mulai pudar kepiawaiannya sebagai nelayan. Tidak seperti waktu muda dulu ketika ia tahan banting panco non-stop dari Minggu pagi ke Senin pagi. Dasar Santiago walau tua tetap saja tidak berkurang kebanggan dirinya. Walau sudah berhari-hari miskin ikan, Santiago saja tetap melaut.
Hidup Santiago di gubuk tua ditemani seorang bocah laki-laki (kalau di novel namanya Manolin) yang selalu setia menanti kepulangannya. Manolin mengaggumi Santiago baik sebagai nelayan maupun sebagai pria tua yang sudah puas makan garam. Manolin ini merupakan simbolisme dari keyakinan dan semangat hidup Santiago. Ketika Santiago terdampar sendirian di lautan, ia berharap Manolin berada di dekatnya.
Sayangnya Santiago memang sendirian terdampar di tengah lautan lepas. Umpannya digigit ikan. Enta beruntung atau sial, ikan itu berukuran sangat besar sampai-sampai mampu menarik Santiago bermil-mil jauhnya. Berhari-hari lah Santiago bertarung melawan si ikan besar.
Kisah sederhana tentang pertarungan Santiago, nelayan tua pesisir Kuba, melawan seekor ikan Marlin raksasa di tengah lautan lepas luas ini rasanya sudah cukup dikenal meluas (entah ya kalau di Indonesia). Santiago digambarkan sebagai pria alam. Pria yang sepertinya tahu betul situasi-situasi alam. Mungkin juga karena memang Santiago sudah banyak makan garam di lautan. Santiago bangga pada dirinya sendiri, tapi tidak serta-merta angkuh apalagi congkak. Kebanggaan yang ditunjukkannya berada pada level bijak. Ketika ia berhasil mengalahkan si ikan raksasa, Santiago tidak serta-merta keranjingan. Santiago justru merasa bersalah, dan menaruh hormat pada musuh yang dia lawan berhari-hari itu. Santiago semakin terpukul ketika ia harus mengorbankan si ikan raksasa. Ia menyesal.
Tanpa pikir panjang lagi Aleksandr Petrov memang salah satu dari segelintir animator modern favorit saya. Beliau juga salah satu dari dua animator Rusia yang bakal saya ingat namanya (sesuah apapun itu), berbarengan dengan Yuriy Norshteyn. Sejauh ini memang belum ada satupun karya-karyanya yang mengecewakan, malah kesemuanya sangat-sangat fantastis, magis, dan menghipnotis. Kepiawaian gaya animasi lukisnya, cat minyak di lembaran kaca (sebuah teknik yang sudah jadi ciri khas Rusia), memang sudah tidak perlu diragukan lagi.
Berhasil menyulap empat kisah dari pengarang ternama Rusia ke dalam wujud animasi, giliran karya tersohornya Ernerst Hemingway yang dilahap. Pesona-pesona coretan Aleksandr Petrov memang tidak pernah pupus, termasuk di film ini. Konon lebih dari 29000 lembar lukisan dilukis oleh Petrov dan anaknya untuk film yang berdurasi kurang lebih 20 menit ini. Lukisan-lukisan tersebut tampil sangat realistis, di sisi yang lain lembaran kaca yang digunakan memberikan efek dream-like yang sangat menghipnotis. Sekalipun Anda tidak peduli dengan film tentang memancing, saya yakin Anda tetap bisa mengaggumi keindahan The Old Man and the Sea.
Tahun Rilis: 1999
Judul Internasional: The Old Man and the Sea
Film ini diangkat dari novel The Old Man and the Sea karya Ernest Hemingway
Santiago itu nelayan tua miskin yang merasa sudah mulai pudar kepiawaiannya sebagai nelayan. Tidak seperti waktu muda dulu ketika ia tahan banting panco non-stop dari Minggu pagi ke Senin pagi. Dasar Santiago walau tua tetap saja tidak berkurang kebanggan dirinya. Walau sudah berhari-hari miskin ikan, Santiago saja tetap melaut.
Hidup Santiago di gubuk tua ditemani seorang bocah laki-laki (kalau di novel namanya Manolin) yang selalu setia menanti kepulangannya. Manolin mengaggumi Santiago baik sebagai nelayan maupun sebagai pria tua yang sudah puas makan garam. Manolin ini merupakan simbolisme dari keyakinan dan semangat hidup Santiago. Ketika Santiago terdampar sendirian di lautan, ia berharap Manolin berada di dekatnya.
Sayangnya Santiago memang sendirian terdampar di tengah lautan lepas. Umpannya digigit ikan. Enta beruntung atau sial, ikan itu berukuran sangat besar sampai-sampai mampu menarik Santiago bermil-mil jauhnya. Berhari-hari lah Santiago bertarung melawan si ikan besar.
Kisah sederhana tentang pertarungan Santiago, nelayan tua pesisir Kuba, melawan seekor ikan Marlin raksasa di tengah lautan lepas luas ini rasanya sudah cukup dikenal meluas (entah ya kalau di Indonesia). Santiago digambarkan sebagai pria alam. Pria yang sepertinya tahu betul situasi-situasi alam. Mungkin juga karena memang Santiago sudah banyak makan garam di lautan. Santiago bangga pada dirinya sendiri, tapi tidak serta-merta angkuh apalagi congkak. Kebanggaan yang ditunjukkannya berada pada level bijak. Ketika ia berhasil mengalahkan si ikan raksasa, Santiago tidak serta-merta keranjingan. Santiago justru merasa bersalah, dan menaruh hormat pada musuh yang dia lawan berhari-hari itu. Santiago semakin terpukul ketika ia harus mengorbankan si ikan raksasa. Ia menyesal.
Tanpa pikir panjang lagi Aleksandr Petrov memang salah satu dari segelintir animator modern favorit saya. Beliau juga salah satu dari dua animator Rusia yang bakal saya ingat namanya (sesuah apapun itu), berbarengan dengan Yuriy Norshteyn. Sejauh ini memang belum ada satupun karya-karyanya yang mengecewakan, malah kesemuanya sangat-sangat fantastis, magis, dan menghipnotis. Kepiawaian gaya animasi lukisnya, cat minyak di lembaran kaca (sebuah teknik yang sudah jadi ciri khas Rusia), memang sudah tidak perlu diragukan lagi.
Berhasil menyulap empat kisah dari pengarang ternama Rusia ke dalam wujud animasi, giliran karya tersohornya Ernerst Hemingway yang dilahap. Pesona-pesona coretan Aleksandr Petrov memang tidak pernah pupus, termasuk di film ini. Konon lebih dari 29000 lembar lukisan dilukis oleh Petrov dan anaknya untuk film yang berdurasi kurang lebih 20 menit ini. Lukisan-lukisan tersebut tampil sangat realistis, di sisi yang lain lembaran kaca yang digunakan memberikan efek dream-like yang sangat menghipnotis. Sekalipun Anda tidak peduli dengan film tentang memancing, saya yakin Anda tetap bisa mengaggumi keindahan The Old Man and the Sea.
setuju sekali, gambar animasi ini memang dream-like dan indah. ternyata gambar animasi "jadul" masih engga kalah ya dibandingka era digital-nya Pixar :D
BalasHapusKalau mayoritas orang menggilai animasi CGI, aku malah terpana-pana dengan animasi "pastel oil on glass" nya Aleksandr Petrov atau animasi "cut out" nya Yuriy Norshteyn. :)
BalasHapusMalah baru baca novelnya dan emang ceritanya sederhana tp dalem
BalasHapus