Orphan
Sutradara: Jaume Collet-Serra
Pemain: Vera Farmiga, Peter Sarsgaard, Isabelle Fuhrman, C. C. H. Pounder, Jimmy Bennett, Margo Martindale, Karel Roden, Aryana Engineer
Tahun Rilis: 2009
Ide “teror di balik keluguan anak-anak” dalam film-film horror dan thriller memang bukan hal baru lagi. Tema ini cukup populer di era 70-an, sebut saja Audrey Rose, franchise The Exorcist, franchise The Omen, dan Alice, Sweet Alice. Dan di tahun 2009 silam, tema “evil child” tersebut dibangkitkan kembali, Bukan hanya oleh satu film, tapi dua film (dalam waktu rilis yang berdekatan pula).
Film yang pertama, Orphan, lebih berupa neo-psychological thriller tentang suami-istri (Peter Sarsgaard dan Vera Farmiga) yang baru saja mengadopsi seorang anak perempuan, Esther (Isabelle Fuhrman). Mulanya Esther terlihat sangat baik dan manis, sekalipun terlalu old-fashioned (baca: kuno) untuk urusan gaya, fashion, dan tata krama. Tapi, seperti film-film dengan tema sejenis, ada sebuah teror jahat dibalik sosok Esther.
Saya tidak akan berbicara soal sinopsis, lagipula saya yakin sebagian besar yang membaca tulisan ini pasti sudah tidak asing lagi. Dalam usaha menyuguhkan ketegangannya, tidak ada yang baru dari Orphan. Film ini tidak lain hanyalah pengulangan gaya-gaya klise yang sudah sangat seringkali ditemukan di film-film segenre. Permainan bayangan, permainan cahaya (gelap-terang), kejutan tiba-tiba dari belakang, efek suara yang menghentakkan, kaca pecah, dan berbagai inovasi dari bentuk-bentuk klise tersebut bisa ditemukan di sini.
Dan pada akhirnya, Orphan mencoba membuai penontonnya dengan twist (sebuah hal yang seakan-akan sudah menjadi kewajiban dalam psychological thriller). Orphan menyimpan sebuah twist raksasa. Suka atau tidak, twist ini akan membuyarkan harapan dan tebakan banyak penonton. Setidaknya ini tidak dihadirkan dengan cara yang murahan. Film ini juga menghadirkan plot yang sudah sangat klasik, tentang seorang wanita (tokoh utama), yang sangat yakin bahwa ia mengetahui kebenaran (teror) yang tersembunyi, tapi malah tidak dipercayai oleh orang-orang disekelilingnya.
Kalau boleh saya bilang, justru Isabelle Fuhrman lah yang berhasil menjadi tontonan utama di Orphan. Isabelle Fuhrman mempunyai kualitas fisik (wajah, bentuk senyum, dan bentuk mata) yang sangat tepat untuk menjadi Esther. Semakin saya mengatahui rahasia seorang Esther, semakin saya mendapati betapa terperincinya akting yang dilakukan aktris cilik tersebut. Saya juga terkesima dengan cara Isabelle Fuhrman menampilkan aksen Rusia tokohnya, yang mulanya tidak terasa (ditutupi) sampai terasa kental di akhir film. Saya rasa penampilan Isabelle Fuhrman di film ini merupakan penampilan aktor anak-anak yang paling intens di tahun 2009.
Case 39
Sutradara: Christian Alvart
Pemain: Renée Zellweger, Jodelle Ferland, Ian McShane, Bradley Cooper, Callum Keith Rennie, Kerry O'Malley, Adrian Lester, Georgia Craig, Cynthia Stevenson, Alexander Conti as Diego Ramirez
Tahun Rilis: 2009
Case 39 mungkin memang mempunyai banyak kemiripan dengan Orphan dari segi premis dan detil-detilnya, tapi tidak pada hasil keseluruhannya. Film ini dibintangi oleh Renée Zellweger yang sudah sangat dikenal baik dalam peran-peran dramatik maupun komik, tapi tidak dalam film-film horror atau thriller. Ini film pertamanya di genre tersebut.
Film ini lebih berbau supranatural ketimbang Orphan. Dan “evil child” di sini benar-benar secara literal diartikan sebagai “anak setan.” Renée Zellweger memerankan seorang petugas sosial (semacam komisi perlindungan anak) yang masih lajang. Renée menyelamatkan seorang gadis kecil yang hendak dibakar kedua orang tuanya di dalam oven, Renée pun membawa pulang anak itu, dan ternyata ada teror perlahan-lahan merayap di balik keluguannya.
Sayangnya Renée Zellweger tidak membantu banyak di sini. Penampilannya terbilang di bawah rata-rata untuk ukuran Renée Zellweger. Film ini malah tampil sangat datar, sangat klise, dan sangat mudah ditebak untuk ukuran sebuah horror. Saya sebagai penonton cuma diputar-putar pada misteri itu-itu saja, dan pada teror itu-itu saja, sepanjang durasi film. Kalau Anda sudah penggemar The Omen, Joshua, dan sejenisnya, siap-siap saja dikecewakan dengan sosok anak setan yang satu ini.
Film yang pertama, Orphan, lebih berupa neo-psychological thriller tentang suami-istri (Peter Sarsgaard dan Vera Farmiga) yang baru saja mengadopsi seorang anak perempuan, Esther (Isabelle Fuhrman). Mulanya Esther terlihat sangat baik dan manis, sekalipun terlalu old-fashioned (baca: kuno) untuk urusan gaya, fashion, dan tata krama. Tapi, seperti film-film dengan tema sejenis, ada sebuah teror jahat dibalik sosok Esther.
Saya tidak akan berbicara soal sinopsis, lagipula saya yakin sebagian besar yang membaca tulisan ini pasti sudah tidak asing lagi. Dalam usaha menyuguhkan ketegangannya, tidak ada yang baru dari Orphan. Film ini tidak lain hanyalah pengulangan gaya-gaya klise yang sudah sangat seringkali ditemukan di film-film segenre. Permainan bayangan, permainan cahaya (gelap-terang), kejutan tiba-tiba dari belakang, efek suara yang menghentakkan, kaca pecah, dan berbagai inovasi dari bentuk-bentuk klise tersebut bisa ditemukan di sini.
Dan pada akhirnya, Orphan mencoba membuai penontonnya dengan twist (sebuah hal yang seakan-akan sudah menjadi kewajiban dalam psychological thriller). Orphan menyimpan sebuah twist raksasa. Suka atau tidak, twist ini akan membuyarkan harapan dan tebakan banyak penonton. Setidaknya ini tidak dihadirkan dengan cara yang murahan. Film ini juga menghadirkan plot yang sudah sangat klasik, tentang seorang wanita (tokoh utama), yang sangat yakin bahwa ia mengetahui kebenaran (teror) yang tersembunyi, tapi malah tidak dipercayai oleh orang-orang disekelilingnya.
Kalau boleh saya bilang, justru Isabelle Fuhrman lah yang berhasil menjadi tontonan utama di Orphan. Isabelle Fuhrman mempunyai kualitas fisik (wajah, bentuk senyum, dan bentuk mata) yang sangat tepat untuk menjadi Esther. Semakin saya mengatahui rahasia seorang Esther, semakin saya mendapati betapa terperincinya akting yang dilakukan aktris cilik tersebut. Saya juga terkesima dengan cara Isabelle Fuhrman menampilkan aksen Rusia tokohnya, yang mulanya tidak terasa (ditutupi) sampai terasa kental di akhir film. Saya rasa penampilan Isabelle Fuhrman di film ini merupakan penampilan aktor anak-anak yang paling intens di tahun 2009.
Case 39
Sutradara: Christian Alvart
Pemain: Renée Zellweger, Jodelle Ferland, Ian McShane, Bradley Cooper, Callum Keith Rennie, Kerry O'Malley, Adrian Lester, Georgia Craig, Cynthia Stevenson, Alexander Conti as Diego Ramirez
Tahun Rilis: 2009
Case 39 mungkin memang mempunyai banyak kemiripan dengan Orphan dari segi premis dan detil-detilnya, tapi tidak pada hasil keseluruhannya. Film ini dibintangi oleh Renée Zellweger yang sudah sangat dikenal baik dalam peran-peran dramatik maupun komik, tapi tidak dalam film-film horror atau thriller. Ini film pertamanya di genre tersebut.
Film ini lebih berbau supranatural ketimbang Orphan. Dan “evil child” di sini benar-benar secara literal diartikan sebagai “anak setan.” Renée Zellweger memerankan seorang petugas sosial (semacam komisi perlindungan anak) yang masih lajang. Renée menyelamatkan seorang gadis kecil yang hendak dibakar kedua orang tuanya di dalam oven, Renée pun membawa pulang anak itu, dan ternyata ada teror perlahan-lahan merayap di balik keluguannya.
Sayangnya Renée Zellweger tidak membantu banyak di sini. Penampilannya terbilang di bawah rata-rata untuk ukuran Renée Zellweger. Film ini malah tampil sangat datar, sangat klise, dan sangat mudah ditebak untuk ukuran sebuah horror. Saya sebagai penonton cuma diputar-putar pada misteri itu-itu saja, dan pada teror itu-itu saja, sepanjang durasi film. Kalau Anda sudah penggemar The Omen, Joshua, dan sejenisnya, siap-siap saja dikecewakan dengan sosok anak setan yang satu ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar