Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Dmitriy Kiselev & Aleksandr Voytinskiy
Pemain: Grigory Dobrygin, Ekaterina Vilkova, Viktor Verzhbitskiy, Valeriy Zolotukhin, Ekaterina Vasileva, Juozas Budraitis, Ivan Zhidkov, Sergey Garmash, Ekaterina Starshova, Mikhail Efremov, Dato Bakhtadze, Igor Savochkin, Sergey Legostaev, Elena Valyushkina, Vitaliy Alshanskiy
Tahun Rilis: 2009
Judul Internasional: Black Lightning
Rasanya sah-sah saja ya kalau resensi saya kali ini lebih berupa curhat ketimbang analisis. Apalagi yang bisa diharapkan dari film yang kover DVD (ba***an) nya memberikan sinopsis seputar pembela kebenaran dan mobil terbang kalau bukan sebuah tontonan popcorn? Dan untuk tontonan popcorn, rasanya memang lebih tepat ditulis dengan cara curhatan ketimbang analisis yang kritis, mendalam, dan super ribet.
Black Lightning adalah sebuah film superhero dari Rusia. Superhero kita kali ini cuma seorang remaja kuliahan biasa yang bernama Dimitri alias Dima (Grigory Dobrygin), yang datang dari keluarga biasa-biasa, dan cuma mempunyai kemampuan layaknya manusia biasa-biasa. Apakah kalimat itu bakal mengarahkan pemikiran kalian ke Kick-Ass? Salah. Dima tidak mempunyai obsesi gila seperti yang dialami tokohnya Aaron Johnson. He's just a normal sweet little being.
Tapi Dima bukan lagi “a normal sweet little being.” ketika tanpa sengaja mendapatkan kekuatan yang mengubah nasibnya. Oh, ralat! Sebenarnya Dima tidak mendapatkan kekuatan apa-apa. Dima tidak digigit serangga, tidak dijadikan obyek operasi rahasia, tidak mati lantas dihidupkan kembali oleh kucing, juga tidak mendapatkan pendidikan di sekolah mutan atau sekolah superhero. Secara teknisnya sih Dima lebih mirip Bruce Wayne (atau bisa juga seperti Madame X kalau ada yang rela), menjadi superhero karena mendapatkan peralatan-peralatan super canggih. Hanya saja Dima cuma dilengkapi satu peralatan super: mobil terbang!
Tidak seperti Bruce Wayne (atau Madame X) yang siap keluar dari mobil canggihnya untuk menghantam, Dima membasmi lawan-lawannya dari dalam mobil dengan cara menabrakkan kendaraan supernya ke arah mereka – yah kirah-kirah begitulah, susah menjelaskan detilnya secara terperinci. Mobil terbang Dima tidak dilengkapi persenjataan, jadi Dima cuma bisa mengejar dan menabrak semata. Yah, jangan keciwa dulu, adegan aksi-aksinya termasuk exciting kok. Apalagi pas mobil Dima mendorong sebuah mobil lawannya ke langit gitu – duh, lagi-lagi susah menhelaskan dietilnya secara terperinci.
Tapi ini jelas bukan Fast and Furious. Simplenya, karena Dima tidak sedang membalapkan mobilnya, tapi sedang, what can I say, meliak-liukkan mobilnya di antara gedung-gedung pencakar langit Moscow (Moscow, Bang, bukan Los Angles), menabrak setiap kelaliman yang ada.
Rasanya memang hampir semua film popcorn yang ada berbau-bau corny dan cheesy. That's why they are funny and exciting. Asal tidak kelewat batas kewajaran sajah. Dramatisme di film Rusia ini memang terasa corny. Baik dari segi dramatismenya maupun dari segi spesial efeknya – kalau Anda seorang budak CGI Hollywood (kalau saya sih masih menganggap spesial efeknya fun-fun saja). Tapi cornynya masih dalam tahaf wajar dan tidak terlalu menganggu kok. Kalau diingat-ingat lagi, Madame X justru menghibur karena ada corny dan cheesy-nya loh. Even Superman versi Christopher Reeve barbau corny dan cheesy kalau ditonton sekarang, tapi tetap saja exiciting. Not every superhero movies are intended to be The Dark Knight, honey.
Sebagai kompensasi ke-corny-an dramatisme dan spesial efeknya (bagi yang merasa terganggu), film Rusia ini justru super untuk urusan emosional dan sisi manusiawi. Terutama untuk tokoh utamanya. Kalau saya mengingat-ingat kenapa saya lebih terhibur dengan film-film Superman versi Christopher Reeve ketimbang X-Men, et cetera, et cetera, karena, sekalipun berusaha tampil spektakuler, filmnya tidak melupakan sisi human dari ceritanya. Simpelnya, saya tidak merasa didehumanisasi oleh spesial efeknya. The hell with corny!
At least, this one is a decent one.
Pemain: Grigory Dobrygin, Ekaterina Vilkova, Viktor Verzhbitskiy, Valeriy Zolotukhin, Ekaterina Vasileva, Juozas Budraitis, Ivan Zhidkov, Sergey Garmash, Ekaterina Starshova, Mikhail Efremov, Dato Bakhtadze, Igor Savochkin, Sergey Legostaev, Elena Valyushkina, Vitaliy Alshanskiy
Tahun Rilis: 2009
Judul Internasional: Black Lightning
Rasanya sah-sah saja ya kalau resensi saya kali ini lebih berupa curhat ketimbang analisis. Apalagi yang bisa diharapkan dari film yang kover DVD (ba***an) nya memberikan sinopsis seputar pembela kebenaran dan mobil terbang kalau bukan sebuah tontonan popcorn? Dan untuk tontonan popcorn, rasanya memang lebih tepat ditulis dengan cara curhatan ketimbang analisis yang kritis, mendalam, dan super ribet.
Black Lightning adalah sebuah film superhero dari Rusia. Superhero kita kali ini cuma seorang remaja kuliahan biasa yang bernama Dimitri alias Dima (Grigory Dobrygin), yang datang dari keluarga biasa-biasa, dan cuma mempunyai kemampuan layaknya manusia biasa-biasa. Apakah kalimat itu bakal mengarahkan pemikiran kalian ke Kick-Ass? Salah. Dima tidak mempunyai obsesi gila seperti yang dialami tokohnya Aaron Johnson. He's just a normal sweet little being.
Tapi Dima bukan lagi “a normal sweet little being.” ketika tanpa sengaja mendapatkan kekuatan yang mengubah nasibnya. Oh, ralat! Sebenarnya Dima tidak mendapatkan kekuatan apa-apa. Dima tidak digigit serangga, tidak dijadikan obyek operasi rahasia, tidak mati lantas dihidupkan kembali oleh kucing, juga tidak mendapatkan pendidikan di sekolah mutan atau sekolah superhero. Secara teknisnya sih Dima lebih mirip Bruce Wayne (atau bisa juga seperti Madame X kalau ada yang rela), menjadi superhero karena mendapatkan peralatan-peralatan super canggih. Hanya saja Dima cuma dilengkapi satu peralatan super: mobil terbang!
Tidak seperti Bruce Wayne (atau Madame X) yang siap keluar dari mobil canggihnya untuk menghantam, Dima membasmi lawan-lawannya dari dalam mobil dengan cara menabrakkan kendaraan supernya ke arah mereka – yah kirah-kirah begitulah, susah menjelaskan detilnya secara terperinci. Mobil terbang Dima tidak dilengkapi persenjataan, jadi Dima cuma bisa mengejar dan menabrak semata. Yah, jangan keciwa dulu, adegan aksi-aksinya termasuk exciting kok. Apalagi pas mobil Dima mendorong sebuah mobil lawannya ke langit gitu – duh, lagi-lagi susah menhelaskan dietilnya secara terperinci.
Tapi ini jelas bukan Fast and Furious. Simplenya, karena Dima tidak sedang membalapkan mobilnya, tapi sedang, what can I say, meliak-liukkan mobilnya di antara gedung-gedung pencakar langit Moscow (Moscow, Bang, bukan Los Angles), menabrak setiap kelaliman yang ada.
Rasanya memang hampir semua film popcorn yang ada berbau-bau corny dan cheesy. That's why they are funny and exciting. Asal tidak kelewat batas kewajaran sajah. Dramatisme di film Rusia ini memang terasa corny. Baik dari segi dramatismenya maupun dari segi spesial efeknya – kalau Anda seorang budak CGI Hollywood (kalau saya sih masih menganggap spesial efeknya fun-fun saja). Tapi cornynya masih dalam tahaf wajar dan tidak terlalu menganggu kok. Kalau diingat-ingat lagi, Madame X justru menghibur karena ada corny dan cheesy-nya loh. Even Superman versi Christopher Reeve barbau corny dan cheesy kalau ditonton sekarang, tapi tetap saja exiciting. Not every superhero movies are intended to be The Dark Knight, honey.
Sebagai kompensasi ke-corny-an dramatisme dan spesial efeknya (bagi yang merasa terganggu), film Rusia ini justru super untuk urusan emosional dan sisi manusiawi. Terutama untuk tokoh utamanya. Kalau saya mengingat-ingat kenapa saya lebih terhibur dengan film-film Superman versi Christopher Reeve ketimbang X-Men, et cetera, et cetera, karena, sekalipun berusaha tampil spektakuler, filmnya tidak melupakan sisi human dari ceritanya. Simpelnya, saya tidak merasa didehumanisasi oleh spesial efeknya. The hell with corny!
At least, this one is a decent one.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar